9.2 C
New York
Saturday, April 20, 2024

Sepekan Ke Depan Pelaku Pasar Keuangan Harus Berhati-hati

Medan, MISTAR.ID

Pasar keuangan dalam sepekan kedepan kembali akan disuguhkan sejumlah data inflasi dari negara besar yang diproyeksikan akan mencatatkan kenaikan. Seperti Inggris inflasinya pada bulan juni diproyeksikan mencapai 9,3%, Kanada 8,3%, dan zona Eropa berkisar 8,7% dan di waktu yang hampir bersamaan Bank Sentral Eropa akan menentukan besaran bunga acuannya yang diperkirakan juga akan naik.

Dikatakan Pengamat Ekonomi Sumatera Utara (Sumut) Gunawan Benjamin, maka sepekan ke depan sentiment pasar masih belum membaik dan masih berpeluang untuk menekan kinerja pasar keuangan.

“Rupiah dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada dasarnya berpeluang untuk terkoreksi. Meskipun Bank Indonesia (BI) juga dijadwalkan akan menetapkan besaran bunga acuannya. Dimana saya menilai BI sangat berpeluang mengerek kenaikan bunga acuan dari posisi 3,5% saat ini,” sebutnya, Senin (18/7/22).

Baca juga: Inflasi AS Meroket, Ribuan Keluarga Antre Bantuan Makanan Tiap Hari

Sambungnya, BI nantinya menaikkan bunga acuan, namun bukan berarti IHSG maupun Rupiah lantas berpeluang untuk menguat tajam.

“Saya justru melihat Rupiah tidak akan beranjak jauh dari posisi 14.900 hingga 15 ribu per US Dolar. Dan tetap berpeluang untuk berada dalam tekanan, karena di dua pekan yang akan datang Bank Sentral AS diyakini akan menaikkan besaran bunga acuannya juga,” jelas Dosen UISU ini.

Sehingga akan ada pertarungan besar di pasar jika BI dan Bank Sentral AS menaikkan bunga acuan nantinya. Dimana Bank Sentral AS akan membuat instrumen dalam US Dolar menarik, sementara kenaikan bunga acuan BI 7 DRR akan menahan capital outflow (aliran dana keluar) dari pasar keuangan domestik.

“Pasar keuangan akan lebih banyak mengambil posisi wait and see di pekan ini. Pasar akan terus memantau data penting sejumah agenda besar dari banyak Negara besar. Saya menilai IHSG masih berpeluang untuk mengalami tekanan dan kembali mencoba level psikologis 6.600. Dan secara teknikal jika level tersebut mampu dilewati, maka peluang IHSG untuk turun ke level 6.500 cukup terbuka,” katanya.

Baca juga: Harga Cabai Merah Naik, Siantar Alami Inflasi 1,36 Persen di Juni 2022

Terlebih jika sentimen eksternal maupun internal semuanya menunjukan realisasi data yang berpeluang menekan kembali kinerja IHSG. Dan fluktuasi pada pasar saham akan meningkat diantara waktu setelah BI menentukan besaran bunga acuannya, hingga Bank Sentral AS menentukan besaran bunga acuannya.

“Jadi, ada pertaruhan besar, dan arah pasar juga bisa cepat berubah. Jadi pelaku pasar harus berhati-hati sebelum membuat kebijakan investasi,” pungkasnya. (anita/hm09)

Related Articles

Latest Articles