15.4 C
New York
Thursday, May 16, 2024

Sepekan Ini Pasar Keuangan Diperkirakan Melemah

Medan, MISTAR.ID

Di awal pekan ini, akan ada rilis data neraca perdagangan yang menjadi data pembuka. Sejauh ini diproyeksikan neraca perdagangan tetap akan surplus, meskipun tren surplusnya mengalami penurunan.

Hal ini dikatakan Pengamat Ekonomi Sumatera Utara (Sumut) Gunawan Benjamin. Ia mengatakan, selang satu hari neraca perdagangan dibuka, China akan merilis data pertumbuhan ekonominya, yang diperkirakan akan tumbuh 3.4% di kuartal ketiga secara tahunan.

“Nah, data dari Jerman menjadi data selanjutnya yang akan berpengaruh terhadap pergerakan pasar. Data indeks sentiment ekonomi Jerman yang akan kembali melemah dan ekspektasi meningkatnya data inflasi inti Eropa, juga akan diikuti dengan rilis data inflasi Inggris yang akan naik di level 10% secara year on year (yoy) pada bulan September,” sebut Gunawan, Senin (17/10/22).

Baca Juga:Pekan ini Tekanan Kembali Hantui Pasar Keuangan dan Harga Emas

Sementara itu, mengacu kepada data tersebut, pelaku pasar pada dasarnya masih dikhawatirkan dengan adanya potensi tekanan pada pasar keuangan secara keseluruhan.

“Dan yang tak kalah penting adalah, selama sepekan nantinya di China akan dipenuhi dengan jadwal kongres Partai Komunis China. Dimana dalam kongres tersebut akan menentukan apakah Presiden China Xi Jin Ping terpilih jadi Presiden atau tidak. Dan yang tak kalah penting adalah, dalam kongres tersebut pelaku pasar juga bisa mendapatkan gambaran terhadap kebijakan China ke depan, serta responnya terhadap perkembangan ekonomi dunia saat ini,” jelasnya.

Dari semua kabar tersebut, ditambahkan Gunawan, dari tanah air yakni Bank Indonesia (BI) akan kembali menetapkan besaran bunga acuannya di pekan ini. Akan tetapi sejauh ini diproyeksikan bahwa besaran bunga acuan akan tetap sama di level 4.25%.

“Saya menilai pola kenaikan suku bunga acuan pada dua bulan sebelumnya lebih dikarenakan oleh kebijakan pre-emptive untuk mengatasi potensi lonjakan inflasi di tanah air. Saya tidak melihat adanya kebijakan yang lebih merespon Bank Sentral AS saat agresif menaikkan suku bunga acuannya, termasuk sejumlah negara lain yang juga turut menaikkan besaran bunga acuan,” sebutnya.

Baca Juga:Pasar Keuangan IHSG Hingga Emas Berpeluang Anjlok Sepekan ke Depan

Jadi, jika berkaca kepada pelemahan mata uang Rupiah yang terjadi selama sepekan kemarin, dia menilai hal tersbeut tidak lantas membuat BI menaikkan bunga acuan di pekan ini.

Memang pada dasarnya kenaikan bunga acuan secara agresif di AS dan negara lain akan memberikan tekanan pada Rupiah, termasuk potensi pelemahan dalam sepekan ke depan.

“Sementara itu, kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga masih berpeluang mengalami tekanan di pekan ini yang mana secara teknikal Rupiah kalaupun melanjutkan pelemahan akan tertahan di kisaran level 15.500. Sementara IHSG yang berpeluang turun akan mencoba mendekati level psikologis 6.700. Disisi lain, harga emas berpeluang bergerak dalam rentang $1.635 hingga $1.675 per ons troy,” pungkasnya. (anita/hm12)

Related Articles

Latest Articles