7.8 C
New York
Friday, April 19, 2024

Sepakati RCEP, Apa dan Bagaimana Efeknya untuk Indonesia?

MISTAR.ID
Indonesia akhirnya menyepakati perjanjian dagang Regional Comprehensive Economic Partnership atau RCEP dengan 15 negara. Dengan perjanjian dagang ini, Indonesia bisa melakukan ekspor dan impor dengan tarif yang lebih murah.

Tapi kalau kata ekonom, RCEP ini bisa mengancam produk lokal dan melemahkan rupiah dalam waktu yang panjang.

Butuh waktu 8 tahun bernegosiasi hingga akhirnya kesepakatan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional atau Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) resmi ditandatangani pada, Minggu (15/11/20).

Pakta tersebut ditandatangani 10 negara ASEAN beserta China, Jepang, Korea Selatan, Australia, dan Selandia Baru saat hari terakhir rangkaian Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke 37 yang digelar secara virtual di Hanoi, Vietnam.

Baca Juga:Presiden Jokowi Hadiri KTT ASEAN-PBB dan KTT RCEP

Namun, India mundur dari negosiasi RCEP pada November tahun lalu. Karena India memang telah ikut Jadi partner negosiasi negara-negara RCEP sejak awal, maka ia boleh kembali bergabung kapan saja.

Apa itu RCEP ? Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) mencakup 2,1 miliar orang dengan anggotanya menyumbang sekitar 30% dari produk domestik bruto (PDP) global. Tanpa kehadiran AS di dalamnya. RCEP disebut-sebut akan makin memperluas pengaruh China di kawasan

Apa tujuannya? RCEP diharapkan dapat memperkecil tarif impor dalam waktu 20 tahun. RCEP membantu negara-negara berkembang mengejar ketertinggalan dunia menurunkan tarif mempromosikan investasi, serta untuk membuka perdagangan jasa

Diharapkan juga dapat menjadi penopang proses pemulihan Asia Tenggara dan negara lain yang terlibat di dalamnya dari tekanan akibat pandemi Covid-19.

Baca JugaMiris! Jumlah Korban Meninggal Akibat Covid-19 di Indonesia Tertinggi di ASEAN

Dilansir dari New York Times, dengan hambatan perdagangan menjadi lebih sedikit, RCEP mendorong perusahaan global yang mencoba menghindari tarif Trump terhadap barang-barang buatan China untuk tetap beroperasi di Asia, ketimbang mengalihkan ke Amerika Utara.

“Kita harus buktikan bahwa integrasi ekonomi yang sangat besar ini akan membawa manfaat bagi rakyat kita,” dikatakan Presiden Jokowi saat berpidato di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-37 ASEAN melalui video konferensi, 12 November 2020.

Namun, RCEP dinilai dapat mengancam produk lokal. Kenapa? Penghilangan tarif impor bukan hanya mempermudah ekspor, tapi juga melonggarkan impor. Produk lokal akan semakin terjepit.

Baca Juga:Setelah Singapura, Ini Empat Negara ASEAN yang Rentan Terkena Resesi

“Sebelum ada RCEP saja produk impor dari Cina banjir baik di e-commerce maupun melalui perdagangan konvensional,” jelas Bhima Yudistira Ekonom INDEF Bhima mengusulkan adanya hambatan non-tarif, seperti sertifikasi halal, SNI lebih ketat untuk produk impor dan sertifikasi lingkungan untuk produk tertentu.

“Ini kreativitas pemerintah untuk menari di atas kesepakatan liberalisasi perdagangan,” kata Bhima. Risiko lain, melemahkan rupiah dalam jangka panjang RCEP memungkinkan modal asing akan banyak masuk di sektor perbankan, asuransi hingga perusahaan dalam negeri

Apa akibatnya? “Semakin banyak modal asing, setiap bagi-bagi dividen atau laba, uangnya akan dikonversi ke mata uang asing. Ini bisa berisiko melemahkan rupiah dalam jangka panjang,” jelas Bhima.(narasinewsroom/ja/hm10)

Related Articles

Latest Articles