21.1 C
New York
Tuesday, May 7, 2024

Rupiah Menguat Pada Dolar AS

Jakarta, MISTAR.ID
Powell dalam testimoninya di hadapan Kongres AS mengatakan, jika inflasi masih lemah dan pemulihan ekonomi masih dipenuhi ketidakpastian.

Nilai tukar rupiah menguat 0,14% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.090/US$ pada perdagangan, Selasa (23/2/21). Pelaku pasar saat ini berfokus pada testimoni ketua bank sentral AS (The Fed), Jerome Powell, kemarin malam, yang membuat dolar AS mundur teratur. Terlihat, mayoritas mata uang utama Asia menguat kemarin.

“Perekonomian AS masih jauh dari target inflasi dan pasar tenaga kerja kami, dan kemungkinan memerlukan waktu cukup lama untuk mendapatkan kemajuan yang substansial,” kata Powell sebagaimana dilansir CNBC International, Rabu (24/2/21).

Baca Juga:IHSG Masuk Zona Merah, Rupiah Masih Hijau

Pernyataan tersebut menegaskan jika kebijakan The Fed belum akan berubah dalam waktu dekat, yang membuat kecemasan pasar mereda.

Alhasil, baik indeks dolar AS maupun yield obligasi (treasury) AS turun pagi ini, yang membuka ruang penguatan rupiah. Indeks dolar AS turun 0,15% ke 90,031. Sementara yield Treasury turun 8,9 basis poin ke 1,3551%.

Meski demikian patut diwaspadai pergerakan bursa saham Asia yang merah membawa pagi ini, artinya sentimen pelaku pasar kurang bagus yang biasa memberikan tekanan bagi rupiah.

Baca Juga:Death Cross Berakhir, Rupiah Bisa Jeblok ke Rp 14.200/US$

Secara teknikal, tekanan bagi rupiah cukup besar setelah menembus ke atas (moving average/MA) 50 hari atau MA 50 (garis hijau). Artinya pola death cross yang terjadi di November 2020 kemungkinan sudah berakhir.

Death cross merupakan perpotongan MA 50 hari, MA 100 hari (MA 100), dan 200 hari (MA 200). Death cross terjadi dimana MA 50 memotong dari atas ke bawah MA 100 dan 200.

Death cross menjadi sinyal suatu aset akan berlanjut turun. Dalam hal ini USD/IDR, artinya rupiah berpotensi menguat lebih jauh. Selama tertahan di atas MA 50, maka pola death cross akan berakhir, sementara jika kembali ke bawahnya pola tersebut bisa berlanjut lagi.(cnbc/hm10)

Related Articles

Latest Articles