13.5 C
New York
Tuesday, May 14, 2024

Pengamat: UKM Tahu dan Tempe Butuh Kompensasi

Medan, MISTAR.ID

Pengamat ekonomi Sumatera Utara (Sumut), Gunawan Benjamin menyampaikan rasa prihatinnya kepada para pengusaha tahu dan tempe yang benar-benar terpukul akibat mahalnya harga kacang kedelai. Bahkan, klimaksnya, para pengusaha rumahan itu kini tidak lagi berproduksi.

“Ada aksi mogok produsen tahu yang dilakukan di wilayah Medan dan sekitarnya. Dari beberapa pedagang yang saya tanyakan, mogok ini akan berlangsung hingga selasa pekan depan,” katanya, Rabu (10/2/21).

Meskipun dia belum mendapatkan jawaban langsung dari pengusaha tahu terkait dengan kabar dari pedagang tersebut, namun dari hasil pembicaraan dengan sejumlah produsen tempe, ada pedagang yang lebih memilih berjualan meskipun harus menghadapi sejumlah resiko.

Baca Juga: Awasi Distributor Kacang Kedelai, KPPU: Jangan Permainkan Harga

“Salah satu risikonya adalah barang kemungkinan tidak laku dan berpeluang kembali lagi ke produsen,” ujarnya.

Lanjut Gunawan, sejauh ini banyak produsen yang menjual tahu atau tempe dengan cara titipan. Artinya dititipkan dahulu baru nanti diminta pembayaran. Dan masalah kian besar karena ada kenaikan harga kedelai.

“Berdasarkan pantauan saya kedelai dijual di kisaran Rp9.650 per kilogram, meskipun ada yang menjual lebih mahal. Sejauh ini harga kedelai yang mahal tersebut sudah berlangsung cukup lama. Namun, saya lihat konsumsi masyarakat yang menurun akibat memburuknya daya beli. Ditambah kenaikan harga tempe maupun tahu. Membuat produsen harus menyiasatinya dengan sejumlah langkah. Saya melihat, langkah-langkah tersebut tetap tidak membuat banyak pelaku usaha bisa menyelamatkan bisnisnya,” terangnya.

Baca Juga: Stok Kacang Kedelai Menipis di Sumut

Maka, guna menghindari barang-barang yang tidak laku, kapasitas produksi diturunkan atau dengan cara menaikkan harga. Tetapi menaikkan harga membuat penjualan turun. Efisien pada sisi produksi justru menggerus keuntungan. Alhasil banyak pelaku usaha yang terpaksa menutup sementara usahanya.

“Bicara kedelai ini kita bicara mengenai impor. Banyak komponen biaya impor yang naik belakangan. Belum lagi kenaikan harga komoditas itu sendiri. Ditambah daya beli masyarakat yang bermasalah karena resesi akibat pandemi Covid-19. Masalah menjadi kian besar yang kita hadapi,” jelasnya.

Untuk itu, adapun tindakan yang harus dilakukan, menurutnya, dari produsen tempe maupun tahu yang selama ini mengharapkan adanya kompensasi biaya produksi. Kompensasi ini mulai dari keringanan listrik, hingga harapan penurunan harga bahan baku.

“Banyak dari mereka yang mengharapkan bantuan operasional, belum lagi harapan akan adanya relaksasi pembiayaan di tengah kondisi serba sulit seperti sekarang ini,” pungkasnya.(anita/hm02)

 

Related Articles

Latest Articles