10.6 C
New York
Friday, April 26, 2024

Ekspor Sumut Juni 2022 Naik Tinggi, Pengamat Sebut Belum Kondisi Pulih

Medan, MISTAR.ID

Juni 2022, Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara (Sumut) mencatat nilai ekspor melalui pelabuhan muat mengalami kenaikan dibandingkan Mei 2022, yaitu dari US$761,86 juta menjadi US$1,26 miliar atau naik sebesar 65,87 persen. Bila dibandingkan dengan Juni 2021, ekspor Sumut mengalami kenaikan sebesar 43,30 persen.

Golongan barang yang mengalami kenaikan nilai ekspor terbesar Sumut pada Juni 2022 terhadap Mei 2022 adalah golongan lemak dan minyak hewan/nabati sebesar US$408,39 juta (249,58%).

Negar ekspor ke Tiongkok pada Juni 2022 merupakan masih menjadi yang terbesar yaitu US$229,70 juta diikuti Amerika Serikat sebesar US$131,65 juta dan India sebesar US$74,52 juta dengan kontribusi ketiganya mencapai 34,50 persen. Menurut kelompok negara utama tujuan ekspor pada Juni 2022, ekspor ke kawasan Asia (di luar ASEAN) merupakan yang terbesar dengan nilai US$480,12 juta (62,01%)

Baca juga: Ekspor Sumut Turun 7,43 Persen di Februari 2022

Menurut Pengamat Ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin dari sisi nominal, ada kenaikan ekspor di bulan Juni dibandingkan dengan sebulan sebelumnya. Angkanya sangat fantastis, dari $761,86 menjadi $1.26 miliar, atau naik sebesar 65.87%.

“Tetapi kita tidak perlu senang dahulu dengan realisasi peningkatan ekspor sebesar itu. Karena toh pada dasarnya realisasi ekspor pada bulan Juni yang sebesar $1,26 miliar, masih lebih rendah dibandingkan dengan realisasi ekspor pada bulan April yang sebesar $ 1,29 miliar dolar,” kata Gunawan, Selasa (9/8/22).

Lanjutnya, bahkan realisasi ekspor pada bulan Mei 2022 anjlok 40,99% dibandingkan dengan ekspor pada bulan April. Salah satu pemicu anjloknya ekpsor Sumut di bulan Mei adalah kebijakan DMO/DPO untuk produk turunan kelapa sawit. Selain itu dipicu libur panjang Idulfitri. Namun, pada dasarnya Sumut banyak kehilangan devisa di bulan Mei tersebut.

“Bayangkan harga CPO pada bulan Mei itu berkisar antara 6.000 hingga 7.000 ringgit per tonnya. Tetapi berapa besar devisa yang kita dapatkan? Bahkan realisasi ekspor minyak hewan atau nabati pada bulan Mei anjlok 68,76%. Artinya di saat harga CPO lagi tinggi tingginya, ekspor Sumut malah jatuh tidak karuan besarnya. Sumut benar-benar dirugikan dengan kebijakan DMO/DPO minyak CPO sebelumnya,” sebut Gunawan.

Nah, di bulan Juni harga CPO justru berada dalam tren turun, dari kisaran 5.500 menuju 4.500 ringgit per tonnya. Di saat itu realisasi ekspornya justru bisa mendekati realisasi ekspor bulan April. Padahal relaksasi kebijakan pelonggaran ekspor belum sepenuhnya pulih. Tetapi lihat realisasi ekspornya dalam nominal mengalami pemulihan, meskipun dalam bentuk kuantitas barang jumlahnya belum tentu mendekati atau sama dengan realisasi april sebelumnya.

Baca juga: Kenaikan Ekspor Sumut Tidak Terlepas dari Tingginya Harga CPO

“Jadi kita tinggal bayangkan saja, seandainya bulan Mei itu tidak ada pembatasan ekspor, dengan harga CPO yang menjulang. Jadi kenaikan ekspor pada bulan Juni ini belum memposisikan ekspor Sumut berada dalam kondisi yang pulih. Kebijakan internal memaksa ekspor Sumut anjlok, dan pendapatan devisa berkurang. Bahkan saya menghitung dibulan Mei saja Sumut mengalami potensi kehilangan devisa ekspor sebesar $1,09 miliar,” katanya.

Jadi bila berbicara ekspor Sumut, Dosen UISU ini menjelaskan bahwa Sumut masih babak belur. Luka yang diakibatkan dari kebijakan DMO/ DPO tersebut belum sepenuhnya terobati. Tetapi kalau berbicara dampak positif dari kebijakan tersebut juga tidak kalah besar. Harga minyak goreng khususnya minyak goreng curah turun sesuai HET.

“Sehingga kerugian yang diakibatkan dari kinerja ekspor Sumut khususnya dari produk turunan minyak kelapa sawit, sangat membebani pengusaha, petani, dan tentunya devisa negara. Tetapi inilah pilihan kebijakan yang ditempuh. Tidak menyenangkan semua pihak, dan sayangnya telah memakan banyak korban,” pungkasnya. (anita/hm09)

Related Articles

Latest Articles