11.5 C
New York
Sunday, May 5, 2024

Ditopang oleh Ekspor, Tren Pemulihan Ekonomi Sumut Terus Berlanjut

Medan, MISTAR.ID

Tren pemulihan ekonomi Sumatera Utara (Sumut) terus berlanjut dan mencatat pertumbuhan 4,97% (yoy) pada triwulan III-2022. Pertumbuhan itu lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Realisasi Pertumbuhan Ekonomi Sumut Triwulanan (%,yoy) Sumatera Utara menjadi penopang pertumbuhan Sumatera pada triwulan III 2022.

“Kinerja ekspor masih menjadi motor penggerak ekonomi utama Sumatera Utara. Hal ini juga turut ditopang oleh tetap kuatnya permintaan domestik, khususnya investasi sejalan dengan masih berlangsungnya akselerasi pembangunan berbagai proyek strategis,” kata Kepala Perwakilan BI Sumut Doddy Zulverdi, dalam pemaparan pertumbuhan ekonomi di Sumut secara online dan offline, Jumat (25/11/22).

Adapun andil Provinsi Sumut terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera sebesar 1,14% meningkat dari triwulan sebelumnya sebesar 1,12%. Konsumsi rumah tangga dan lapangan usaha pertanian yang menguasai pangsa terbesar dari sisi pengeluaran dan produksi, relatif termoderasi. “Meskipun demikian, sebagian besar sektor utama seperti perdagangan, industri dan transportasi juga mencatatkan akselerasi,” sebut Doddy.

Baca Juga:Ekonomi Sumut Triwulan III Tumbuh 4,97 Persen

Lanjuy Doddy, untuk laju pertumbuhan ekonomi di Sumut juga diperkirakan terus berlanjut. Hal ini bisa dilihat dari tetap kuatnya ekonomi di Sumut, tercermin dari beberapa indikator ekonomi terkini seperti aktivitas perdagangan dan dunia usaha terus meningkat tercermin dari peningkatan Indeks Penjualan Riil.

“Mobilitas yang tinggi juga tercermin dari perkembangan penumpang angkutan udara yang terus meningkat. Di sisi lain, masih tingginya ekspektasi inflasi berisiko menahan aktivitas konsumsi masyarakat. Sementara, kinerja ekspor diprakirakan sedikit tertahan sejalan dengan termoderasinya harga komoditas utama,” jabarnya.

Sementara itu, hasil liaison Bank Indonesia mengkonfirmasi adanya peningkatan permintaan ekspor, sedangkan permintaan domestik cenderung menurun di tengah kenaikan biaya bahan baku. “Disamping itu risiko kredit perbankan relatif terjaga yang terlihat dari stabilnya NPL pada Oktober 2022 sebesar 2,46%, yakni dalam batas wajar di bawah 5%. Dari sisi kredit, kredit modal kerja dan kredit konsumsi mencatat perbaikan risiko kredit, sementara kredit investasi risiko kreditnya meningkat meski masih dalam batas wajar,” terangnya.

Baca Juga:Laju Pemulihan Ekonomi Sumut Berpotensi Termoderasi Akibat Inflasi

Hal ini diperkirakan sejalan dengan upaya perbaikan kualitas kredit pada debitur terdampak Covid-19 yang dilakukan oleh Pemerintah melalui restrukturisasi kredit tercatat yang mencapai -26% (yoy) pada Oktober 2022. “Dan, untuk pertumbuhan restrukturisasi kredit negatif seiring dengan telah terlewatinya puncak pertumbuhan pada triwulan I 2021,” pungkasnya.(anita/hm15)

Related Articles

Latest Articles