9.8 C
New York
Friday, April 26, 2024

Suara Hati Pelajar di Tengah Pandemi, Antara Rindu dan Takut Kembali Sekolah

Jakarta, MISTAR.ID

Kerinduan para pelajar, mulai terasa untuk kembali sekolah seperti sediakala. Belajar, bercengkrama dengan teman, berkumpul di ruang kelas dan kantin, sudah lama tidak dilakukan. Kini semua itu seakan hanya kenangan.

Suara hati akan kerinduan para pelajar ini juga dirasakan sejumlah siswa yang daerahnya terkena PSBB, seperti Jakarta.

Mereka mengaku rindu kembali belajar di ruang kelas atau bercengkerama dengan teman-teman sekolah seperti pada masa normal.

Namun mereka mau tak mau lebih memilih berdiam dan belajar di rumah selama pandemi Covid-19 masih membahayakan keselamatan.

Baca Juga: Kembali Sekolah, 1 Siswa Terpapar Corona Rekannya Diisolasi

Kerinduan kembali di sekolah dirasakan oleh Nadien (16), siswa kelas 1 SMA di Jakarta Selatan. Ia telah belajar dari rumah sejak pertengahan Maret lalu.

Nadien ingin kembali belajar di ruang kelas. Tetapi ia mengaku ragu siswa bisa menahan diri untuk menjaga jarak jika sekolah kembali dibuka di masa pandemi.

“Pasti banyak banget yang ngelanggar. Karena keinginan buat ngobrol, main sama teman-teman dan berdekatan pasti lebih tinggi. Karena penyakit kan enggak bisa dilihat langsung,” ujarnya kepada CNNIndonesia.com melalui sambungan telepon, Jumat (5/6/20).

Baca Juga: Ini Syarat Dari UNICEF Jika Sekolah Dibuka Kembali

“Karena ini sama teman, sama pacar, mikirnya pasti aman-aman saja,” lanjutnya.

Masuk bulan ketiga belajar di rumah, Nadien mengaku makin sulit mencari motivasi belajar dari rumah.

Ia masih membutuhkan waktu adaptasi agar bisa menetapkan rumah sebagai tempat belajar. Sebelum corona, rumah jadi tempatnya istirahat.

Wacana pembukaan sekolah pertama kali diungkap Plt. Direktur Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbud Muhammad Hamid.

Ia menyatakan pembukaan sekolah hanya dilakukan di daerah zona hijau. Pembukaan sekolah ini disebutnya bakal diungkapkan Mendikbud Nadiem Makarim.

Baca Juga: Denmark Berhasil Menekan Penyebaran Covid-19, Sekolah dan Tempat Penitipan Anak Kembali Dibuka

Namun hingga kini Nadiem belum banyak bicara soal pembukaan sekolah. Ia hanya menyatakan pembukaan sekolah di masa pandemi masuk dalam kewenangan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19.

Micky (16) siswa kelas 1 SMA di Surabaya, Jawa Timur pun setuju bahwa kondisi pandemi di Indonesia belum aman bagi siswa untuk kembali belajar di sekolah.

Meskipun masih duduk di bangku sekolah, ia mengaku rajin mengikuti perkembangan kasus di Surabaya maupun Indonesia.

Salah satu yang jadi perhatiannya adalah fenomena orang tanpa gejala (OTG). Menurut Micky keberadaan OTG membuat siswa, seandainya kembali belajar di sekolah, semakin rentan tertular dan menularkan virus.

Ia pun ragu protokol kesehatan bisa diterapkan maksimal di sekolah. Bahkan bila ruang kelas diberi sekat untuk menjaga jarak.

“Kalau istirahat percuma, kita juga ngumpul lagi,” ujarnya.

Solusi yang memungkinkan, menurut Micky, adalah memangkas jumlah siswa dalam satu kelas. Artinya, waktu belajar di bagi dalam beberapa sif.

Micky bukannya tak mau kembali ke sekolah. Ia bahkan mengaku memiliki banyak kendala saat belar dari rumah. Salah satunya terkait komunikasi dengan guru.

Saat jam belajar gurunya tak selalu responsif menjawab pesan singkat, sehingga terkadang ia tertinggal mengerjakan tugas.

Micky merasa jengkel dengan masalah tersebut dan ingin kembali sekolah seperti normal. Namun  jika kegiatan sekolah dipaksakan selama pandemi, ia percaya bakal membawa bahaya.

Buat Aisyah, siswa kelas 5 SD di Tangerang Selatan, Banten, sulit membayangkan mengenakan masker selama jam sekolah.

Aisyah yang masih berusia 10 tahun ini berkaca dari pengalamannya sendiri. Ia sering merasa gerah memakai masker dalam waktu lama.

“Ayah bilang kalau keluar harus pakai perlengkapan dulu, kayak masker, sarung tangan. Aku kalau keluar pakai masker, tapi sering keringatan. Gerah,” ungkapnya kepada CNNIndonesia.com. (CNN/hm02)

 

 

Related Articles

Latest Articles