14.4 C
New York
Saturday, May 4, 2024

Pelajaran Penting Mengatasi Covid-19 Dari Negara Yang Tidak Terduga

Brasilia, MISTAR.ID
Wabah virus corona sampai sekarang masih menjadi sebuah tantangan bagi semua negara mulai dari negara maju sampai negara miskin. Salah satu paradoks tentang virus corona di mana beberapa negara maju dengan kapasitas tinggi khususnya Amerika Serikat dan Inggris gagal menangani masalah virus corona, sementara beberapa negara dan berbagai wilayah yang lebih miskin dengan kapasitas rendah, seperti Vietnam, Yunani, dan negara bagian Kerala di India dengan cepat berhasil mengendalikannya.

Negara yang gagal dalam menangani penyebaran virus corona sudah harus merencanakan langkah-langkah lain di luar dari kebijakan lockdown.

Di Amerika Serikat dan Inggris, cara pemerintah dalam menangani virus corona masih ambigu tanpa rencana jalan keluar yang jelas sehingga menghasilkan kebijakan yang kurang maksimal antara mempertahankan kebijakan lockdown yang berkelanjutan atau membuka kembali perekonomian negara tanpa memperhitungkan resiko kedepannya.

Hal ini bertolak belakang dengan para pembuat kebijakan di negara bagian Rio Grande do Sul, Brasil yang telah menggunakan perencanaan yang cermat untuk belajar hidup berdampingan dengan virus itu.

Negara tersebut sudah melakukan persiapan pada 2 Maret lalu, ketika Gubernur Eduardo Leite menugaskan sekretaris perencanaan, anggaran, dan manajemennya agar membentuk panitia data untuk mengembangkan dan mengimplementasikan rencana dalam langkah menjaga perekonomian negara agar tetap berjalan seperti biasanya sambil memerangi penyebaran virus corona.

Di banyak negara bagian lain Brasil, penyebaran virus corona tidak terkendali dan negara itu sekarang memiliki jumlah kasus virus corona tertinggi kedua di dunia dan jumlah kematian tertinggi keenam di dunia.

Namun, negara dengan populasi terpadat kelima di dunia, telah menunjukkan cara yang boleh ditiru oleh banyak negara maju. Lima komponen tanggapan Gubernur Eduardo Leite menuaikan hasil yang bisa dikatakan cukup optimal dalam masalah virus corona.

Pertama, sejak awal Leite berfokus untuk menghindari kemungkinan terburuk yang muncul akibat wabah virus corona, daripada hanya berdiam diri tanpa melakukan antisipasi.

Sebelum pandemi terjadi di Brasil, pejabat negara ini menggunakan data informasi dari Jepang dan Singapura di mana dampak dari virus corona masih tergolong ringan sedangkan Italia dan Spanyol menjadi negara dengan dampak yang cukup mengerikan. Dengan proyeksi kalkulasi, Leite berupaya menghindari hasil yang menyerupai negara dengan dampak corona yang mengerikan itu.

Kemudian gubernur Leite mengumumkan kebijakan pembatasan pada pertengahan Maret sebelum negara melaporkan kasus kematian yang pertama kali akibat virus corona, sehingga dapat mengundurkan waktu untuk memperkuat kapasitas sistem kesehatan sambil memperlambat penyebaran virus.

Kedua, pejabat negara mengambil pendekatan berbasis data untuk melacak pergerakkan virus corona, tidak hanya mengumpulkan lebih banyak data, tetapi juga dalam mengembangkan sistem dan merekrut orang-orang yang memiliki talenta untuk menaksir dan mengelola informasi tersebut.

Pramugari Latam Airlines berjalan di ruang check-in di bandara Internasional Guarulhos ketika lalu lintas udara ditunda akibat wabah penyakit corona virus, di Guarulhos, dekat Sao Paulo, Brasil.(f:ist/mistar)  

Panitia data membagi negara bagian menjadi 20 wilayah, yang masing-masing memiliki rumah sakit utama dengan unit perawatan intensif (ICU), dan telah memantau 11 indikator di setiap wilayah setiap minggu.

Sekitar setengah dari indikator tersebut,tergolong baru dalam melaporkan kasus covid-19 yang dirawat di rumah sakit dibandingkan dengan minggu sebelumnya, dalam 50 hari terakhir, jumlah kasus pemulihan terbukti relatif aktif, serta rawat inap baru dan kematian per 100.000 penduduk.

Panitia juga melacak jumlah pasien di ruangan biasa dan ICU terkait penyakit paru-paru yang berhubungan dengan Covid-19 atau sindrom gangguan pernapasan akut karena biasanya kasus seperti ini kurang dicatat.

Indikator lainnya dalam mengukur kapasitas sistem kesehatan masing-masing daerah, termasuk jumlah tempat tidur di ruangan ICU yang tersedia terhadap total populasi dan jumlah penduduk berusia di atas 60 tahun, serta perubahan dalam penggunaan ruangan ICU dibandingkan dengan minggu sebelumnya.

Selain pemantauan data yang intensif, panitia data juga mengadakan pertemuan dengan para pakar kesehatan dan akademisi tanpa di pungut biaya apapun dan membuat laporannya terbuka untuk umum. Saat ini lebih dari 150 ahli dari pemerintah dan akademisi sedang menguji dampak covid-19 terhadap kegiatan ekonomi, kerentanan sosial, infrastruktur, dan mobilitas di negara bagian.

Selain itu, sejak awal pemerintah menciptakan kemitraan dengan universitas untuk memulai pengujian acak dan survei di seluruh negara bagian, untuk memberikan pemahaman umum yang lebih baik tentang virus corona yang sebenarnya.

Komponen ketiga dari respons negara Rio Grande do Sul, Brasil yakni menggunkan sistem peringatan yang sederhana, spesifik, dan transparan. Setiap minggu, komite menyaring 11 indeks menjadi satu angka tunggal untuk setiap wilayah, yang menempatkan wilayah tersebut dalam satu dari empat kategori risiko.

Kuning mewakili risiko rendah, oranye sedang, merah tinggi, dan hitam menandakan risiko sangat tinggi, dalam kasus-kasus ekstrem diharapkan dapat menerapkan kebijakan lockdown yang maksimal. Karena masyarakat dapat mengakses data yang menjadi dasar klasifikasi risiko, sehingga sistem tersebut membuat lebih transparan sehingga membangun pemahaman dan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.

Keempat, para pejabat dengan teliti memikirkan bagaimana cara menjaga agar perekonomian tetap berfungsi semestinya, karena negara yang sudah berhutang tidak mampu menghidupi kebutuhan rakyatnya yang tidak memiliki pekerjaan dalam waktu lama.

Panitia jelas telah membagi pekerjaan dan kegiatan ekonomi dalam hal protokol keselamatan pekerja, memberikan persyaratan jarak sosial, dan kebutuhan ekonomi mereka. Misalnya, pertanian relatif aman, karena pekerja berada di luar ruangan dan berjarak antara satu sama lain, dan juga penting bagi perekonomian Rio Grande do Sul.

Semua informasi tersedia untuk umum. Kelima, pemerintah negara bagian membuat protokol untuk kembali bekerja bagi setiap industri berdasarkan hasil konsultasi dengan pakar kesehatan kerja, asosiasi industri, bisnis, dan pekerja.

Brazil sedang membangun rumah sakit lapangan, seperti di Aguas Lindas, Negara Bagian Goias, dalam mempersiapkan melawan virus corona gelombang kedua.(f:ist/mistar)

Di luar langkah-langkah wajib seperti memakai masker muka, cuci tangan, jaga jarak, dan memantau kelompok berisiko, protokol yang bervariasi untuk setiap sektor tergantung pada tingkat siaga. Misalnya, industri dapat berfungsi pada kapasitas 100 persen di wilayah kuning, 75 persen di bawah peringatan oranye, 50 persen di daerah merah, dan 25 persen di daerah hitam, dengan pengecualian untuk sektor-sektor penting seperti makanan, energi , bahan kimia, dan kesehatan.

Ritel, yang memiliki risiko penularan yang lebih tinggi, dapat beroperasi hanya dengan kapasitas 50 persen di bawah peringatan kuning, dan harus ditutup di bawah peringatan hitam.

Sementara bus dan gereja memiliki batasan kursi yang tergantung pada tingkat siaga, tidak ada acara massal yang diizinkan saat ini. Sekarang negara memperdebatkan institusi pendidikan mana yang harus dibuka kembali terlebih dahulu, dan kapan, serta bagaimana membuka kembali sisanya.

Kebijakan keselamatan kerja Rio Grande do Sul kini telah diterapkan selama tiga minggu. Pada minggu terakhir bulan Mei, kurang dari 20 persen ruang ICU covid-19 negara bagian sedang digunakan. Negara bagian itu memiliki 56 kasus per 100.000 penduduk, dibandingkan dengan 720 kasus per 100.000 penduduk di negara bagian Amazonas, 390 kasus di negara bagian Ceará, dan 220 kasus di Rio de Janeiro.

Dan angka kematian covid-19 adalah 1,6 per 100.000 penduduk, jauh di bawah angka di Amazonas (42,4) dan Rio de Janeiro (23,1).

Para pemimpin Rio Grande do Sul telah menyusun strategi untuk hidup berdampingan dengan virus corona, berdasarkan pada indikator utama, konsultasi ahli, dan proses yang dapat dilaksanakan. Ini bisa dijadikan pelajaran bagi pemerintah negara-negara maju yang belum mengembangkan rencana semacam itu. (CNA/JS/hm06)

Related Articles

Latest Articles