9.4 C
New York
Saturday, April 20, 2024

Pegiat Budaya di Asahan Gaungkan Anak Muda Berbusana Melayu

Asahan, MISTAR.ID

Asahan punya sejarah panjang yang tak bisa dipisahkan dari budaya Melayu. Identitas itu tentunya tak boleh hilang dimakan zaman jika generasi muda tak pandai melestarikan.  Semangat itulah yang menginisiasi pegiat budaya Melayu Asahan yang didominasi oleh anak muda menggelar talkshow bertajuk Ngobrol Pintar ‘Bermelayu Rabu Malam’ di salah satu kafe di Kisaran.

“Melayu Asahan punya kejayaan di masa lampau. Pada tahun 1630 Kesultanan Asahan berjaya di masanya. Sebagai anak muda di Asahan kita tak boleh menghilangkan identitas sejarah budaya itu,” kata Alamsyah, pegiat sejarah budaya Melayu kepada wartawan, Minggu (7/8/22).

Pengenakan busana Melayu yang dikenal banyak orang seperti baju teluk belanga, kain songket, tengkulak atau tanjak memiliki filosofi tersendiri. Pakaiannya sederhana, sopan, tertutup, longgar dan nyaman digunakan.

Baca juga: Film Kearifan lokal Masyarakat Melayu “Sinandong Perawan” Dilirik Sineas Jogyakarta

Tokoh muda Melayu Asahan, Awen Irawan menyebut pengenaan busana Melayu sesungguhnya memiliki derajat dan kebanggaan yang tinggi bagi pemakainya.

“Kenapa harus malu berbusana adat budaya. Di Jawa, anak-anak muda di sana terbiasa mengenakan blangkon. Kita di Asahan hendaknya begitu. Ini prinsip budaya yang harus dilestarikan,” kata Awen.

Kegiatan itu mendapat dukungan penuh pula dari Gerakan Ekonomi Kreatif Nasional (GeKrafs) Asahan diketuai Didi Prasetyo. Ia menyebut Pemkab Asahan telah mengeluarkan imbauan terkait penampilan kesenian Melayu hingga penggunaan busana bagi pelaku usaha hiburan, kafe.

“Imbauan itu sudah dikeluarkan oleh Bupati Asahan melalui surat dan telah diedarkan. Artinya akselerasi pengenaan budaya Melayu Asahan ini harus mendapat dukungan dari semua pihak,” kata dia.

Baca juga: Bupati Batu Bara Minta Gubsu Dukung Pengembalian Ornamen Bangunan Khas Melayu

Dalam imbauan tersebut lanjut Didi, disampaikan setiap hari Rabu malam pelaku usaha yang menggelar live musik diminta untuk menggelar nyanyian atau tarian Melayu. Sementara, bagi pelaku usaha yang tidak menggelar live musik diminta para pekerjanya memakai adat busana Melayu Asahan.

“Malam ini mungkin dimulai dari satu kafe di Kisaran. GeKrafs berupaya mendukung gerakan Bermelayu Malam Rabu agar kita tak hilang identitas. Ini juga jadi salah satu program prioritas pemerintah daerah yaitu Asahan Go Wisata,” tambah dia. (perdana/hm09)

Related Articles

Latest Articles