8.2 C
New York
Thursday, March 28, 2024

Selama 30 Tahun Tetap Semangat Berjualan Makanan Keliling di Siantar

Pematang Siantar, MISTAR.ID

Tangannya masih tampak begitu cekatan dalam menyiapkan hidangan pesanan para pembelinya dan terlihat sangat semangat dan cepat mengantarkan pesanan-pesanan itu tanpa ada yang salah alamat. Sepertinya ia sangat mengingat siapa memesan apa.

“Jangan foto-foto, gak usah difoto, untuk apa difoto-foto,” sergah ibu lanjut usia pedagang pecal keliling itu kepada Mistar yang akan mengambil fotonya di saat sedang menyiapkan pesanan-pesanan setiap pembeli jualannya, mulai dari pecal, mie, ongol-ongol, perkedel dan yang lainnya, Senin (1/8/22).

“Ya udahlah kalau begitu, bikin mie-nyalah nek, kasih (campur) pecalnya dikit, ya Nek,” ujar mistar yang mengurungkan niatnya untuk mengabadikan ibu tersebut. “Apa? Nek? Nenek? Hari gini panggil Nenek? Gak mau aku dipanggil nenek,” cecarnya kritis kepada Mistar. “Panggil saja tante, kan umurku masih 23 tahun,” sambungnya tersenyum bersahabat.

Baca juga: Anak Penjual Koran di Pematangsiantar Lulus Seleksi Bintara Polisi

Karena sudah tampak bersahabat, Mistar berupaya menjelaskan niatnya untuk mengambil fotonya yang kemudian akan dijadikan foto berita yang diharapkan dapat menginspirasi masyarakat agar tetap semangat dalam menjalankan kegiatannya sehari-hari. Mendengar itu, akhirnya ibu itu mengerti dan bersedia difoto, serta mau bercerita menjawab sejumlah pertanyaan yang dilontarkan kepadanya.

Meski sudah berusia lanjut, nenek yang belakangan diketahui berusia 69 tahun itu tampak masih lincah menyajikan dan mengantarkan tiap pesanan para pembeli jualannya yang ada di seputaran gedung komplek kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Pematang Siantar.

Diceritakannya, ia lahir pada tahun 1953 dan menikah pada tahun 1975. Setelah berkeluarga, mereka tinggal di seputaran Kelurahan Teladan Kecamatan Siantar Barat. Ia memiliki 4 cucu dari 3 orang anak-anaknya yang semuanya telah memiliki pekerjaan. “Aku sering dipanggil Bu Supia, kalau waktu berjualan sehari-hari, aku lebih sering dipanggil Cik Min,” ujarnya sembari melayani pembeli.

Saat ditanya mengapa masih berjualan di tengah anak-anaknya yang sudah bekerja semuanya, Bu Supia bilang, kegiatannya itu sudah dilakoninya sekitar 30 puluhan tahun. “Aku sudah puluhan tahun jualan, kalau tak salah sudah ada 30 puluh tahun. Lagipula, kalau aku di rumah aja pun, ngapain? Iya kan,” cecar ibu itu dalam bahasa Indonesia bercampur bahasa Batak meski ibu itu adalah suku Jawa.

Baca juga: Festival Bunga Buah Berastagi Tak Menggenjot Penjualan

Selanjutnya, saat ditanya apa rahasianya sehingga ia tetap semangat dalam menggeluti kesehariannya, berjualan dari kantor yang satu ke kantor yang lain, Bu Supia bilang, rahasianya sederhana.

“Biasa aja, enjoy aja, emang gue pikirin,” ujarnya seakan menirukan gaya anak muda dalam berujar. “Ngapain terlalu dipikiri hidup ini. Jalani aja dan berserah sama Allah, udah beres itu,” tukasnya.

Ketika ditanya apa saja jenis penyakit yang dirasakannya selama puluhan berjualan, Bu Supia mengaku sangat bersyukur belum pernah sakit parah.

“Syukurlah, kalau sakit belum pernah sakit parah. Paling kecapekan aja, setelah dikusuk, sudah enak lagi. Tapi pernah juga karena terlalu kecapekan, aku terpaksa gak jualan sampai beberapa hari,” ungkap Ibu yang ngaku cuma lulusan SD tapi mampu menguliahkan anak yang saat ini sudah bekerja. (ferry/hm09)

Related Articles

Latest Articles