8.2 C
New York
Thursday, March 28, 2024

Menyikapi Isu Populasi Menua (Lansia)

Oleh: Devina Octavia

Manusia tentunya tidak bisa melepaskan dari yang namanya kelahiran, pertumbuhan, penuaan dan kematian. Seluruh manusia di dunia tentu sadar akan hal ini. Namun salah satu yang menjadi perhatian bagi kita semua adalah mengenai aging population atau yang lebih akrab dengan istilah populasi menua (lansia).

Apa itu populasi lansia? Pernahkah kalian mendengarkan hal itu? Mungkin banyak sekali orang belum mengetahui apa pengertian dari populasi lansia. Populasi lansia (populasi menua) adalah suatu keadaan atau situasi yang merupakan penghambat dalam kegiatan sosial dan ekonomi.

Bagaimana cara kita untuk menghindari hal ini semakin banyak terjadi? Menarik bukan? Hal apa saja yang membuat penduduk usia lanjut menjadi penghambat dalam kegiatan sosial dan ekonomi? Maka dari itu mari kita bahas satu persatu

Banyak faktor yang mempengaruhi tingginya penuaan dalam populasi manusia. Dibeberapa negara, dapat terjadi karena adanya harapan usia hidup yang cukup lama.

Tapi, tidak dapat dipungkiri bahwa hal ini dapa menyebabkan kesulitan dalam bagian jasa kerja, maupun perekonomian, karena populasi lansia sudah tidak dapat meningkatkan potensi mereka dalam banyak hal.

Akibatnya, banyak tenaga kerja muda sulit mendapatkan pekerjaan dan meningkatkan potensi mereka. Seluruh penduduk yang termasuk di dalam usia kerja dapat dikatakan sebagai tenaga kerja.

Di Indonesia, usia kerja minimum adalah 15 tahun dan tidak memiliki batas usia maksimum kerja.  Secara global, Indonesia saat ini telah menduduki posisi kelima dalam populasi lansia di dunia.

Pada tahun 2012 lalu populasi lansia di Indonesia meledak secara dramatis hingga hampir 21 juta orang. Dan di perkirakan pada saat itu pada tahun 2050 mendatang, populasi lansia akan meningkat hingga mencapai 21,1 % dari total penduduk yang ada.

Pemerintahan Indonesia sebenarnya sudah cukup handal dalam mengurangi kemiskinan yang ada pada Negara, namun masih juga tetap banyak orang yang tinggal di bawah jembatan serta hidup di bawah garis kemiskinan.

Sekitar 32,5 juta penduduk Negara kita hidup dibawah dari garis keimiskinan yang membuat Indonesia menempati peringkat 116 dari 189 negara pada indeks Pembangunan Manusia di PBB tahun 2018 dan pada tahun 2020 adalah pada nomor 107 dari 189 negara.

Karena penduduk usia lansia lebih bergantung kepada Negara sehingga perekonomian Negara dapat melemah. Salah satu contohnya adalah Negara kita sendiri.

Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jumlah populasi menua (di atas 65 tahun), yang bergantung pada Negara di Indonesia pada tahun 2020 adalah sekitar 16 juta jiwa dan memungkinkan meningkat menjadi 56,99 juta jiwa pada tahun 2045. Dimana jumlah ini adalah sekitar sebesar 5,95 % dari penduduk Indonesia yang tercatat 270,2 juta jiwa.

Setara Negara G20

Staf Ahli Menteri Kesehatan Bidang Desentralisasi Kesehatan menyatakan, populasi di Indonesia hampir setara dengan jumlah negara-negara G20 (Argentina, Australia, Brazil, Kanada, China, Uni Eropa, Prancis, Jerman, India, Indonesia, Italia, Jepang, Meksiko, Rusia, Arab Saudi, Afrika Selatan, Korea Selatan, Turki, Inggris, dan Amerika Serikat)

Pada tahun 2013, penelitian dilakukan oleh Burtless yang menyatakan bahwa penduduk usia muda memiliki pertumbuhan yang lebih lambat di bandingkan penduduk usia lansia yang merupakan ciri khas menuju pada ageing population (populasi menua).

 Dimana hal ini dapat memicu keadaan menjadi lebih rumit. Sering kali penduduk usia lansia tidak memiliki keluarga yang ingin mengurus dan menjaga mereka karena keadaan fisik, maupun mental mereka yang tidak bekerja dengan baik.

Alhasil, banyak dari mereka dititipkan pada panti jompo maupun perawatan asuhan yang membuat populasi menua menjadi beban pemerintah, karena banyak dari penduduk usia menua tidak dapat membayar biaya pengasuhan mereka. Hal ini makin menambah beban Negara.

Dibawah ini merupakan tabel data perkiraan populasi lansia Indonesia :

  2019 2050
Populasi umur 60 tahun keatas 27,524,000 69,792,000
Persentase populasi umur 60 tahun keatas 10% 21%
Harapan hidup( laki-laki) 69,29 74.89
Harapan hidup( perempuan) 73.63 79.47
Rasio ketergantungan hari tua(65+) 9.2
Persentase lansia pedesaan 8,87
Persentase lansia perkotaan 8.29
Persentase lansia tinggal sendiri(60+) 8.5
Persentase Wanita lansia 5.32 11,45

(Sumber: https://www.bps.go.id)

Selain Negara Indonesia ada juga sebagian atau beberapa Negara yang memiliki populasi lansia terbanyak yang terdiri atas :

  • Jerman

Jerman menjadi Negara dengan populasi menua terbanyak dengan persentase mencapai 21,4 % atau sejumlah 17,7 juta jiwa. Penduduk usia lansia pada Negara ini mencapai hingga usia 81 tahun, sedangkan pertumbuhan penduduk hanya sekitar 0,33 % dan di prediksi akan menambah pada beberapa tahun lagi.

  • Yunani

Negara yunani juga mencapai pada angka 21,8% atau sekitar 10,6 juta jiwa mencapai 2,33 juta jiwa. Negara ini juga mengalami penuaan karena menurunnya pertumbuhan penduduk dinegara ini.

  • Portugal

Terletak dibagian Eropa barat, Negara dengan julukan the navigators ini memiliki penduduk usia lansia sebesar 21,8%  dimana terdapat 2,24 juta jiwa penduduk usia lansia.

  • Italia

Negara asal pizza dan spaghetti ini juga 23% populasinya berusia 65 tahun atau lebih. Populasi lanjut usia di negara itu diketahui tetap sekitar 20% dalam periode antara 2005 dan 2010.

  • Jepang

Iya kalian benar! Pada benua asia, jepang merupakan salah satu Negara dengan angka penduduk lansia terbanyak pada dunia. Negara ini memiliki persentase sampai 28,2% atau sekitar 35,37 juta jiwa dari 126 juta jiwa penduduk yang terdaftar.

Jepang memang sudah dikenal dengan penduduk usia lansia terbanyak karena harapan hidup penduduk yang mencapai 85 tahun. Menurut, World bank pertumbuhan penduduk Negara sakura ini terus menurun sekitar -0,2% sehingga banyak ahli memprediksi satu per tiga penduduk jepang akan lebih banyak lansia disbanding penduduk muda di tahun 2030

Tantangan pemerintah lainnya adalah pemikiran orang-orang yang memiliki pandangan positif mengenai menjadi tua akan menikmati masa tua dibandingkan memiliki keturunan. Mereka juga menunjukkan bahwa mereka akan lebih terhindar dari penyakit Alzheimer atau demensia. Namun masyarakat usia menua tidak memikirkan bahwa mereka juga dapat mengidap penyakit tidak menular seperti stroke dan jantung.

Lebih menyulitkan lagi ketika biaya pengobatan dan perawatan penyakit ini lebih mahal dibandingkan penyakit lainnya. Untungnya pemerintah sekarang memiliki sistem Jaminan Kesehatan Nasional.

Selain tantangan pemikiran menimati masa tua, pemerintah juga menghadapi permasalahan dimana wanita Indonesia sangat jarang memiliki pekerjaan ataupun akses di dalam ketenagakerjaan karena lebih sering dikucilkan karena sebagian penduduk Indonesia beranggapan wanita hanya boleh mengurus hal rumah tangga dan tunduk kepada suami.

Tidak sedikit dari populasi menua ini yang memerlukan long term care (pengasuhan jangka panjang) yang tidak memungkinkan untuk ditanggung oleh asuransi ataupun jaminan kesehatan. Sehingga pemerintah harus memikirkan lagi hal untuk mencegah populasi menua semakin meningkat.

Namun pada negara-negara maju pelayanan seperti long term care dapat dijalankan karena biaya yang di pakai berasal dari luar jaminan kesehatan sehingga dapat di tanggulangi oleh negaranya.

Menurunnya angka kelahiran dan meningkatnya angka kelahiran membuat hal ini menjadi lebih rumit lagi bagi pemerintah. Banyak penduduk usia kerja dan muda selalu bekerja dan membayar pajak sehingga dapat membantu pemerintah dalam membiayai layanan publik dan keuntungan bagi negara tersebut.

Namun jika populasi muda selalu bekerja dan tidak memikirkan untuk memiliki keturunan, maka perlahan-lahan populasi menua akan semakin meningkat dan akan semakin sedikit yang membayar pajak karena populasi muda yang menurun dengan pesat dan juga beberapa penduduk usia muda banyak yang tidak mau membayar pajak sehingga keadaan ini semakin mempersulit Negara.

Karena hal tersebut pemerintah juga semakin gencar dalam menyusun kebijakan- kebijakan baru agar dapat mengatasi populasi lansia di Negara dengan beberapa cara yaitu:

  1. Menghapus sistem insentif bagi yang ingin melakukan pensiun dini
  2. Mulai gencar dalam meningkatkan kualitas tenaga kerja dengan cara menerapkan program pendidikan paling minimal 12 tahun
  3. Memfokuskan efesiensi pada pasien lansia yang memiliki penyakit kronis
  4. Meningkatkan batas usia minimum pensiun secara bertahap
  5. Memberikan kesempatan bagi banyak pekerja wanita untuk berpartisipasi dengan angkatan kerja
  6. Menrevisi program pensiun dan menerapkan sistem yang bersifat berkelanjutan
  7. Membuka lowongan kerja yang lebih banyak bagi penduduk usia muda
  8. Membuat beberapa posyandu atau Puskesmas khusus penduduk lansia dibandingkan rumah sakit

Keinginan pemerintah dalam pengembangan program bagi kesehatan penduduk lansia adalah supaya para penduduk lansia dapat tetap hidup sehat dalam segi fisik, mental, spiritual dan kognitif. Dalam pengembangan program ini, juga diharapkan agar para lansia yang sedang sakit dapat cepat sembuh dalam aspek fisik, mental, spiritual dan lainnya.

Berdasarkan data yang telah diberikan oleh Direktorat kesehatan keluarga pada 2018, sudah ada sekitar 48% Puskesmas. Dapat dikatakan sekitar 4000-an dari 9000-an Puskesmas yang telah menerapkan sistem Santun Lansia. Dari pengembangan program ini pemerintah mengharapkan agar para pihak yang bertanggungjawab dapat meningkatkan kualitas dalam fasilitas pelayanan kesehatan bagi para lansia dalam segala aspek.

Ketidakseimbangan dalam angka kelahiran juga dapat diatasi dengan beberapa cara yang keras, yaitu:

Pertama, pemerintah harus meningkatkan pajak bagi orang- orang yang masih bekerja.

Kedua, adalah pemerintah juga harus mencoba untuk menarik beberapa orang usia pensiun yang masih sehat untuk kembali bekerja.

Dua solusi tersebut memanglah tidak akan menarik bagi pihak yang bersangkutan. Namun jika tidak ada strategi yang berhasil di temukan oleh pemerintah maka kehidupan masyarakat akan pelan-pelan runtuh .

Meskipun proses penuaan tidak dapat dibalik, namun dapat ditunda. Aktivitas fisik, stimulasi mental dan aktivitas sosial adalah beberapa aktivitas sehat. Telah terbukti bahwa menggabungkan ketiganya lebih efektif dan meningkatkan kualitas hidup orang lanjut usia

(Penulis adalah Siswa Kelas XI MIA-1 SMA Kristen Methodist Pematangsiantar)

Related Articles

Latest Articles