6.6 C
New York
Friday, March 29, 2024

Togi Sinaga ‘Menyulap’ Ban Bekas jadi Sofa Cantik

Pematangsiantar | Mistar – Memanfaatkan barang bekas menjadi barang yang bernilai guna, adalah salah satu ide yang kreatif. Selain mengurangi limbah, juga dapat dijadikan sumber pendapatan. Seperti halnya ban bekas yang dipoles Togi Marulak Sinaga ini.

Togi Sinaga melalui inspirasinya yang sangat kreatif, telah membuktikan pada kita, bahwa ban mobil bekas yang tadinya hanya dipandang sebelah mata, disulapnya menjadi properti yang bernilai jual tinggi.

Lazimnya, kursi selama ini dibuat dari kayu atau besi bahkan platik. Tapi bagi Togi, peralatan rumah tangga itu justru dibuatnya dari ban bekas.

Wawancara dengan Mistar di rumahnya yang sekaligus tempat usaha kreatirnya, Togi Marulak Sinaga (35), berkisah. Awalnya dia bingung melihat ban-ban bekas dari usaha mobil rentalnya dulu, berserakkan di depan rumah.

Dia takut akan menjadi sarang ular. Berfikir kalau dibuang begitu saja sayang, atau kalau dijual ke tukang botot paling harganya sangat murah. Dia pun berfikir bagaimana mengolahnya agar bernilai jual tinggi.

Inspirasi menjadikan ban bekas itu tidak datang begitu saja, dia banyak belajar tentang usaha kreatif. Dia juga tak henti mencari informasi usaha kreatif dari intenet. Hinga akhirnya dia menemukan ide itu, menjadikan ban bekas sebagai usaha rumahan yang peluang pasarnya tinggi.

“Awalnya saya mendapat musibah. Salah satu mobil saya menabrak orang dan mobil juga rusak. Akhirnya saya berhenti usaha rental. Lalu secara otodidak saya belajar dari internet membuat sofa dari ban. Kemudian teman berkunjung ke rumah dan melihat sofa tersebut langsung berminat dan membelinya. Ternyata respon pasar cukup bagus,” ujarnya dengan senyum sumringah.

Lelaki yang juga bekerja di salah satu yayasan keagamaan di Jalan Bali, Kota Pematangsiantar itu sudah setahun lalu menggeluti usaha atau sebagai pengrajin ban bekas.

Limbah kenderaan bermotor itu disulapnya jadi berbagai benda ramah lingkungan. Seperti tong sampah, pot bunga, sofa maupun hiasan taman. Sekarang memiliki omzet mencapai Rp10 jutaan.

Menurutnya mendapatkan ban bekas tidak susah. Setiap satu ban bekas dihargai Rp5.000. Terkadang penjual ban bekas tersebut datang langsung mengantarkan, dengan penambahan biaya untuk satu ban menjadi Rp7000.

Produksi ban bekas jadinya, kata Togi, untuk satu set sofa dijual mulai harga Rp1 jutaan, terdiri dari dua kursi dan satu meja atau empat kursi dengan satu meja.

Menurut Togi harga itu tergantung dari motif yang diinginkan pelanggan. Motif yang agak mahal katanya, adalah motif ulos. Ulos adalah kain tenun tradisional Batak ini memiliki tingkat harga di pasaran. Jadi tidak semua ulos sama harganya.

Togi menjelaskan cara pembuatan barang ramah lingkungan tersebut cukup dengan membalik ban bekas. Lalu memasukkan kayu di dalam ban.

Untuk pembuatan sofa, semuanya dilakukan sendiran. Saat ini, ia belum membutuhkan karyawan untuk melakukan pembuatan kerajinan tersebut.

Proses pembuatannya pun tidak lama. Satu set sofa bisa dilakoninya dalam 1 hari saja. Demikian juga untuk pemasaran barang kerajinan miliknya, banyak yang melalui online dan reseller.

“Yang pertama adalah merangkai dulu jenis perabotan yang akan digunakan. Bagi saya yang utama ada mempertahankan kwalitas dari semua bahan- bahan yang saya gunakan. Saya tidak ingin membuat kecewa pelanggan, karena mereka adalah sumber informasi utama pada orang lain,” paparnya.

Namun, selama menjalankan usahanya, Togi mengaku tak selamanya mulus. Soal dana menurut Togi kerap menjadi masalah utama, dan sangat vital dibandingkan transport untuk mengirim barang-barang, keluar kota ataupun sekitar Pematangsiantar.

“Saya memang lagi membutuhkan biaya untuk mengembangkan usaha ini, tapi saya tidak tahu mau lewat mana. Tapi nantinya kami akan cari informasi ke bank atau pemerintah kota Pematangsiantar,” katanya.

Togi juga berharap kepada pemerintah untuk memerhatikan usaha kecil dari masyarakat.

Penulis : yetty

Editor : Herman maris

Related Articles

Latest Articles