17.9 C
New York
Thursday, May 9, 2024

SMAN 1 Tarutung Gelar Seminar, Kaum Milenial Jangan Takut Hadapi Perubahan

Taput | MISTAR.ID – Dua putra terbaik bona pasogit pentolan SMA Negeri 1 Tarutung menggelar seminar bertajuk “Antisipasi Para Siswa Menghadapi Revolusi Industri 4.0”, Sabtu (15/2/20) di Gedung Nasional, Tarutung.

Keduanya adalah Dr. Erikson Sianipar, MM, yang berlatar belakang di industri komunikasi, sebagai Direktur Operasi dan Bisnis PT.Telkom Landmark Tower dan Dr Sahata Lumbantobing,MM,AAAI berlatar belakang pekerjaaan di industri asuransi. Keduanya alumni SMA Negeri 1 Tarutung Tahun 1982.

Duet narasumber ini berhasil menginspirasi 300 siswa guna menghadapi dan menempatkan dirinya di era revolusi industri 4.0. Para pelajar peserta seminar berasal dari semua jurusan.

Jauh datang dari Jakarta, kepada Mistar, keduanya mengaku, ingin mendedikasikan diri kepada sekolah almamaternya sebagai wujud kecintaan terhadap sekolah yang telah mendidik mereka.

Erikson memaparkan masalah teknologi digital, sementara Sahata paparkan tentang peluang bisnis dan usaha.

Ikut juga Nico Sianipar, anak Erikson Sianipar, yang baru lulus pascasarjana di salah satu universitas di Birmingham, Inggris. Usianya tidak jauh diatas usia para siswa. Ia pun masih berada di kelompok milenial.

Erikson Sianipar mengatakan, para siswa (generasi muda), tidak perlu takut menghadapi perubahan, termasuk revolusi industri 4.0. Ia mengajak agar tidak menghindar dari perubahan itu, tetapi belajar dan menjadi pribadi yang tangguh dan jujur untuk bisa sebagai pelaku.

“Kata kunci di era industri 4.0, meninggalkan yang tidak relavan dan melakukan yang relavan sesuai dengan kebutuhan di masa ini,” kata pria yang saat ini aktif mengajar sebagai dosen pasca sarjana di Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara (USU) itu.

Erikson menegaskan, generasi muda milenial sudah harus terbuka serta memanfaatkan perkembangan tekhnologi. Serta harus bersemangat dan memiliki integritas.

Sementara itu Sahata Lumbantobing mengemukakan, secara umum tantangan di era industri 4.0 justru terjadi pada ketertinggalan di tehknologi leadership dan bisnis model.

“Kedua hal ini mestinya harus dimasuki generasi milenial. Kita harus kejar untuk membentuk pribadi yang tangguh dalam membuka peluang bisnis yang tepat dan relevan di era ini,”tandas Sahata.

Dia menceritakan pengalamannya menghadiri wisuda anaknya di California Amerika Serikat pada beberapa waktu lalu. Dari 2000 yang diwisuda, 1000 diantaranya anak anak berdarah Thionghoa dan hanya satu orang Indonesia yaitu anaknya.

Saya pernah kaget ketika berhadapan dengan rekan bisnis, ceritanya mau transaksi sebesar Rp500 milliar. Saya pakai stelan jas dan dasi untuk menghadiri pertemuan itu. “Wah, ternyata yang mau bertransaksi dengan saya adalah anak muda milenial berusia 24 tahun, mengenakan kaos dan celana pendek.Ternyata dia jebolan perguruan tinggi dari Amerika Serikat, dia juga orang keturunan Cina,”katanya.

Ia juga menyebutkan sejumlah ciri perilaku manusia di era Industri 4.0 . Diantaranya, kecerdasan buatan dimana manusia lebih cenderung menggunakan teknologi robotik untuk membantu aktifitas dan pekerjaannya dan virtual reality atau sebuah pemikiran yang cenderung mengarah pada realita yang dibayangkan.

Penulis: Jan

Editor: Edrin

Related Articles

Latest Articles