7.5 C
New York
Friday, April 19, 2024

Saufi Simangunsong, dari Mantri Hingga Ketua PWI Tanjungbalai

Asahan, MISTAR.ID
Saufi Simangunsong, lelaki berusia 30 tahun, baru sepekan menerima mandat sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kota Tanjungbalai melanjutkan sisa masa jabatan 2019-2022, usai rapat pleno yang dibawa oleh PWI Sumut, Jumat (14/1/22) lalu.

Saufi dipilih dan diyakini rekan-rekannya sesama anggota PWI di Kota ‘Kerang’ mampu melanjutkan masa jabatan tersisa. Sekarang, dia sah didapuk jadi Ketua PWI Tanjungbalai.

Namun, tak banyak yang tahu jejak Saufi yang baru sekitar 7 tahun berkecimpung di dunia kewartawanan. Dia berkisah, sebelumnya berprofesi sebagai perawat. Lulus dari Diploma 3 sekolah keperawatan di Tanjungbalai tahun 2010, dengan menyandang gelar akademik AMk, Saufi mulai survive dengan profesinya sebagai perawat.

“Mantri–mantri kampungnya awak ini dulu. Dipanggil-panggil orang menyuntik, sakit demam, batuk, pilek, macamlah,” kata Saufi seraya memesan jus jeruk di warung kopi dengan dialeg khas pesisir Melayu Tanjungbalai. Lalu, bagaimana mula ayah satu anak ini kini ‘nyemplung’ di dunia kewartawanan?

Baca Juga:Jelang Hari Pers, PN Kisaran Dukung Sinergitas PWI Asahan

“Ha, itu mulanya waktu dapat job (pekerjaan) jadi tim medis pertandingan bola di Tanjungbalai. Proyek gitu, jadi dibayar di pertengahan kompetisi,” ujarnya. Saufi bercerita, saat itu, dia mendahulukan uang pribadi guna pembelian obat-obatan sebagai kebutuhan tim medis pertandingan. Namun, menjelang kompetisi berakhir, pembayaran obat hingga honor medis tak kunjung cair.

“Karena tak jolas pencairannya, ku ajaklah kawan-kawan mogok. Waktu itu pas lagi pertandingan di stadion. Ada pemain cidera tapi tim medisnya enggak ada, jadinya pertandingan kacau,” kenang dia.

Aksi mogok itu ternyata menarik perhatian seorang wartawan yang meliput jalannya pertandingan. Saufi diwawancara. Dia menyampaikan keluh kesah mewakili rekan–rekannya.

“Tak ingat pula waktu itu siapa nama wartawannya,” kata Saufi. Kejadian itu kemudian ditulis di media massa dalam pemberitaan. Gayung bersambut, tuntutan tim medis dipenuhi, honor cair seketika.

Baca Juga:Kapolresta Sambangi Kantor PWI Deli Serdang

Dari sinilah, dia mulai tertarik di dunia jurnalistik. “Jadi wartawan itu mulia kali. Bisa bantu orang dari tulisan pemberitaan masalah jadi beres. Dari situ mulai tertarik putar setir profesi dari perawat jadi wartawan,” kata saufi berkelakar.

Perjuangan Saufi meminati dunia jurnalistik dimulai dari nol. Tak ada satupun kenalannya yang berprofesi sebagai wartawan. Mulailah dia keluar-masuk warung kopi yang biasa ditongkrongi wartawan-wartawan di Tanjungbalai.

Beradaptasi. “Waktu itu aku sempat juga meng-inbox dari facebook Mak Iyan, (Yan Aswika) wartawan Antara, zaman itu dia Ketua PWI Tanjungbalai. Ondak (mau) bertanya, dimana ada pelatihan jurnalistik, tapi tak dibalasnya,” kata Saufi terkekeh.

Perjuangan Saufi menceburkan diri di dunia jurnalistik mencapai titik terang saat dia mendapat informasi dari sosial media adanya pelatihan yang diselenggarakan oleh salah satu media online di Kota Medan.

Baca Juga:Gubsu Ajak Pengurus PWI Baru Bekerja Sama Bangun Sumut

“Ikut pelatihan di situ 3 bulan. Biaya-biaya sendiri ke Medan, pakai duit simpanan. Hancurlah waktu itu,” kenang dia. Seberes ikut pelatihan dan merasa punya bekal dasar jurnalistik, ia pun akhirnya kembali ke Tanjungbalai mengaplikasikan ilmu jurnalistiknya.

“Dari situlah mulai kenal kawan-kawan, belajar dari senior-senior sampai sekarang. Pertama jadi wartawan motivasinya memang ingin bantu orang, seperti pengalaman waktu jadi tenaga medis bola itu,” katanya.

Meyakini wartawan sebagai profesi mulia lewat perjuangannya melalui tulisan kembali dibuktikan Saufi pada November tahun 2018. Hatinya tersayat mengetahui ratusan perawat magang di Kota Tanjungbalai termasuk yang bekerja di rumah sakit umum (RSU) tidak pernah mendapatkan insentif.

Baca Juga:PWI Sumut Serahkan Tali Asih Pada Keluarga Almarhum H Alamsyah Siregar dan Togang Sitorus

Saufi ikut menginisiasi digelarnya aksi itu. Dia menghubungi rekannya sesama wartawan untuk membantu tenaga medis mendapatkan haknya, termasuk membantu pengadvokasiannya. Perjuangannya berhasil. Untuk pertama kali tenaga perawat mendapatkan intensif sebesar Rp500 ribu yang ditampung dalam keuangan daerah.

Berangkat dari beragam pengalaman itu dan sudah tercebur di dunia profesi wartawan, membuat Saufi tertantang untuk menimba ilmu hukum. Sekarang dia tercatat sebagai mahasiswa di Universitas Alwashliyah (UNIVA) Medan fakultas hukum.

“Doakan lah, PWI yang awak pimpin ini bisa lebih baik dan terjalin solidaritas untuk kawan-kawan wartawan termasuk berkomunikasi bagus dengan mitra strategis,” sebutnya.(perdana/hm10)

Related Articles

Latest Articles