10.9 C
New York
Wednesday, April 24, 2024

Mengenang Lagi Kejayaan Bunut, Perajin Sandal-Sepatu Berkualitas Penembus Pasar Eropa

Asahan, MISTAR.ID

Masa kejayaan Bunut kini hampir redup. Perajin sepatu-sandal dengan kualitas terbaik di Kisaran, Kabupaten Asahan, ini kini hampir lekang dimakan zaman.

Padahal, dahulu kala ada sentra pembuatan sepatu dan sandal ternama dan pernah jaya di awal tahun 1980-an di sini. Bahkan pemasarannya bisa menembus pasar di Eropa. Namanya sepatu Bunut.

Nama Bunut, diambil dari sebuah kelurahan yang berada di bagian barat Kota Kisaran. Di sini, dulunya pernah ada sebuah pabrik karet penghasil tapak sepatu/sandal berbahan kulit dengan berkualitas terbaik.

Baca Juga:UMKM Batu Bara Ekspor Perdana Produksi Hasil Laut ke Malaysia

Kini pabrik karet yang pernah dimodali pengusaha Amerika tersebut sudah puluhan tahun tutup. Namun bekas buruh pabrik meneruskan keahlian mereka dengan membuat tapak sepatu dan sandal hingga keahlian itu diwariskan secara turun temurun. Salah satu perajin ahli warisnya adalah Sutomo (55).

“Dulu di Bunut ini ada pabrik karet punya orang Amerika, yang salah satu usahanya bikin percetakan tapak sepatu dan sandal sekitar tahun 70-an lah,” kata Sutomo saat berbincang bersama wartawan, Kamis (16/9/21).

Ia menceritakan, saat itu orang tuanya dan warga kampung sekitar terberdayakan dengan kehadiran pabrik karet Uni Royal yang saat ini bernama PT Bakrie Sumatera Plantation (BSP) yang memproduksi tapak sepatu tersebut hingga akhirnya pabrik itu berhenti beroperasi. Untuk diketahui, Asahan dan sekitarnya memang dahulu dikenal wilayah perkebunan sebagai salah satu penghasil karet terbaik di dunia pada masanya.

Baca Juga:HUT ke-41 Dekranas, Nawal Lubis: Jadikan Momentum Tingkatkan Taraf Hidup Perajin

“Lupa tahun berapa itu tutupnya. Yang jelas habis itu, orang-orang sini kan sudah punya keahlian bikin sepatu itu lalu buat-buat sendiri dengan pengalaman dari sana,” kata Sutomo.

Ia juga mengatakan, era kejayaan sepatu Bunut ada di tahun 80-an hingga awal tahun 2000-an. Perajin sepatu yang membuat lalu memasarkan sendiri produknya di rumah-rumah mereka. Lokasi kelurahan Bunut, tempat pemasaran sepatu ini juga berada strategis di pinggir jalan lintas Sumatera (Jalinsum) jalur timur menuju Kota Medan.

“Kalau jaman dulu, memang dengar ceritanya sepatu ini sampai Eropa,” kenang dia.

Baca Juga:Dekranas Sumut Salurkan Bantuan kepada Pengrajin Terdampak Covid-19 di 10 Daerah

Jufri (40), seorang perajin lainnya ditemui di lokasi pembuatan sepatu Bunut mengatakan saat ini produksi maupun penjualan yang bisa dihasilkan jauh lebih merosot apalagi di masa pandemi.

Di tempat usaha produksi miliknya, ia mempekerjakan 7 orang pegawai. Sepatu Bunut, selain punya nama tersohor memiliki kualitas baik dengan pemakaian awet dan tahan lama. Untuk mendapatkan sepasang sepatu ini dibanderol mulai harga Rp100 ribu hingga Rp500 ribu.

Sepatu Bunut, diklaim mempunyai kualitas yang baik dan jahitan yang rapi. Modelnya kini beragam dan cocok dipakai untuk dalam setiap kegiatan acara, hingga pertemuan.

Baca Juga:Pedagang Keliling: Kami Butuh Bantuan Modal

Kini, dalam sehari rata-rata pengusaha sepatu Bunut hanya bisa memproduksi selusin pasang sepatu maupun sandal, di samping permintaan yang juga sepi terutama di masa pandemi.

“Kalau sekarang sepi, setiap tahun makin merosot penjualannya. Apalagi kan sudah hampir dua tahun ini pandemi Covid-19. Biasanya ramai waktu lebaran, banyak orang melintas, ada dari Jawa juga, singgah beli oleh-oleh sepatu di sini,” kata dia.

Hingga sampai saat ini, kejayaan sepatu Bunut belum kembali meski sudah banyak pihak yang mendorong membantu perajin atau pengusaha meningkatkan produksinya. Diperlukan sinergitas semua pihak untuk meningkatkan kembali masa jaya sepatu Bunut ini. (Perdana/hm14)

Related Articles

Latest Articles