9.4 C
New York
Wednesday, March 27, 2024

Konflik Di TNGL, Kedatukan Besitang Kutuk Aksi Kekerasan

Langkat | MISTAR.ID – Kerapatan Adat Kedatukan Besitang mengeluarkan pernyataan sikap terkait munculnya gesekan akibat kesalahpahaman antara kelompok masyarakat Adat Kedatukan Besitang dengan Kelompok Tani Hutan Konservasi (KTHK) binaan Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (BB-TNGL) pada tanggal 25 Januari 2020 lalu.

Pernyataan sikap tertanggal 29 Januari 2019 yang ditandatangi Datok Besitang, OK Muhammad Yusuf Chalid SH ini berisi empat poin:

1.Mengutuk keras segala bentuk intimidasi, kekerasan dan penjarahan serta pengerusakan rumah dan harta benda milik masyarakat adat Kedatukan Besitang.

2. Meminta kedua belah pihak menjunjung Hak Asasi Manusia setiap warga, dan mengedepankan upaya dialog dan musyawarah mufakat dalam mengambil keputusan.

3. Meminta seluruh Masyarakat Adat Kedatukan Besitang agar tetap tenang dan dapat mengendalikan diri untuk mencegah terjadinya tindak kekerasan dan konflik horizontal agar tidak semakin meluas.

4. Meminta aparat yang berwenang untuk dapat memproses segala pelanggaran hukum yang terjadi dan melindungi warga masyarakat dikedua belah pihak yang berada dilokasi konflik secara adil dan netral.

5. Meminta kepada Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (BB-TNGL) sebagai pihak yang membina Kelompok Tani Hutan Konservasi (KTHK) agar bersama-sama dangan pihak Kedatukan Besitang menjaga kondusifitas situasi dilokasi berkonflik.

6. Demi terciptanya ketenangan dan keberlangsungan upaya pelestarian kawasan Hutan Sikundur sebagai warisan Kedatukan Besitang kepada anak negeri dan paru-paru dunia, pihak Kerapatan Adat Kedatukan Besitang selalu siap berkerjasama kepada pihak manapun, termasuk BB-TNGL.

Sebagaimana diketahui Sabtu (25/1/2020), rombongan Kedatukan Besitang, Walhi dan Pusaka Indonesia sempat tidak bisa keluar dari kawasan Desa Sei Bamban karena jembatan dirusak sejumlah orang. Empat jam rombongan ini tertahan sebelum akhirnya bisa keluar setelah aparat kepolisian turun ke lokasi.

Menurut Juru Bicara Kedatukan Besitang M Hidayat, awal mulanya mereka sedang berkumpul di gubuk milik Radem untuk berdiskusi pada kelompok masyarakat yang menolak skema kerjasama dengan TNGL

Tiba – tiba datang, Lembang Hutasoit, seorang petugas TNGL. Ia mempertanyakan maksud kehadiran rombongan Walhi. Tak lama muncul seorang petani mengatakan jembatan telah dibongkar oleh kelompok tani konservasi yang selama ini dibina pihak TNGL.

Akibat pembongkaran jembatan tersebut rombongan WALHI dan rombongan Kedatukan tidak dapat keluar dari lahan tersebut.

Keesokan harinya, Minggu (26/1/20) pagi kelompok tani konservasi merusak dan merubuhkan 4 gubuk milik kelompok masyarakat Kedatukan Besitang. Keempat gubuk itu milik Radem, Syahril, Woyo dan Gitok.

Menurut Srik (34 ) istri Radem yang melihat aksi perobohan gubuk yang dilakukan puluhan orang yang diduga dari kelompok tani konservasi mengatakan selain merobohkan gubuk mereka orang-orang itu juga menjarah barang – barang dari dalam gubuk mereka.

Tindakan kekerasan ini kemudian dilaporkan ke kepolisian. Petugas yang tiba di tempat kejadian langsung melerai pertikaian tersebut. Sehingga tidak sempat terjadi ada korban jiwa.

Penulis: Edrin

Editor: Edrin

Related Articles

Latest Articles