15.4 C
New York
Thursday, April 25, 2024

Komunitas Pemuda Kreatif Toba Gelar Festival Mardoton Bagi Nelayan Tradisional Danau Toba

Samosir, MISTAR.ID

Komunitas Pemuda Kreatif Toba akan mengadakan festival menangkap ikan dengan menggunakan gilnet (Mardoton ) yang diikuti sejumlah nelayan tradisional, yang ada di seputaran Danau Toba.

Festival menangkap ikan dengan menggunakan gilnet, direncakan akan digelar di sepanjang Bibir Pantai Tuktuk dan sekitarnya, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir, Sabtu ( 13/2/03/21 )

Pelaksanaan festival ini berangkat dari semakin terpuruknya kehidupan nelayan di kawasan Danau Toba. Ketidakseimbangan ekosistem Danau Toba dinilai menjadi pemicu minimnya jumlah tangkapan ikan nelayan, termasuk kontribusi limbah domestik.

Nelayan-nelayan yang dikenal dengan istilah lokal, “Pandaram, Martoba, Panggobuk, dan Paddabu”, mengaku saat ini kehidupan mereka tidak seindah pemandangan Danau Toba.

Baca Juga:Eksplore Budaya Batak Dan Danau Toba Di Film Mauli Bulung

Atas keresahan para nelayan, Komunitas Anak Tao (Komunitas Pemuda Kreatif Toba) berinisiatif mengembalikan kejayaan “Pandaram”.

Perwakilan Komunitas Anak Tao, Febry Tua Siallagan, mengatakan, mereka hadir bersama para nelayan tradisional dalam Festival Edukasi “Mardoton” di Pulau Samosir. Mardoton diartikan, menangkap ikan menggunakan jaring secara tradisional.

Dalam festival ini, kata Febry, mereka mengajak semua pihak untuk menjaga ekosistem Danau Toba. Seperti, mardoton dengan berbasis kearifan lokal, meminimalisir tangkapan ikan kecil dengan menerapkan mata jaring yang lebih besar, dan melarang penggunaan strum dan bom ikan, atau racun.

Selain menangkap ikan dengan ukuran terpola, ditargetkan menabur benih secara berkala.

“Membiasakan syukuran pemujaan terhadap Maha Pencipta melalui “Pasahat Itak Putih Tu Namboru Saniang Naga” yang secara Batak diyakini sebagai Dewi Air pemberi berkat,” terangnya.

Mardoton, katanya, merupakan salah satu kekayaan intelektual para pendahulu di pinggiran Danau Toba untuk menghidupi keluarga. Sampai hari ini, mardoton masih menjadi sistem mata pencaharian sebagian masyarakat di sana.

Baca Juga:Punya Hobi Hiking, Menlu RRT Lihat Langsung Keindahan Danau Toba

Oppu Dika Sinaga (65), keluarga para Pandaram yang menggantungkan hidup dari mardoton di Pulau Samosir. Ia mengatakan, Pandaram merupakan istilah untuk nelayan tradisional Danau Toba.

Bagi Oppu Dika Sinaga, ada ketentuan-ketentuan tertentu agar pandaram atau pardoton bisa menghasilkan tangkapan ikan yang baik dari Danau Toba. Mulai mempersiapkan doton yang biasa disebut “pauli doton, mangikkot-ikkot, atau manopong doton”.

Manopong doton, katanya, berarti bermain dengan hitungan, menghitung mata jaring pada doton. Doton tidak dapat dipasang ke danau bila tidak ada “ramo”, pelampung.

Jarak ramo pertama dengan ramo kedua dan selanjutnya tentu diikat berdasar jumlah hitungan topongan yang sudah ditentukan. Satu hitungan topongan pun tidak ada yang boleh meleset.

Bila hitungan lebih atau kurang, risiko kerusakan doton tinggi serta tangkapan ikan tidak berhasil baik. Hitungan topongan yang tepat mampu menangkap ikan dengan baik. Membalut tanpa mencekik ikan, sehingga ikan mampu bertahan hidup lebih lama.

Baca Juga:Pariwisata Danau Toba, 8 KDh Perlu Tingkatkan Koordinasi

Topongan yang tidak tepat, akan mengakibatkan doton mudah terkoyak bila ikan yang ukurannya jauh lebih besar menabrakkan diri ke doton. Manopong bagi pandaram, harus membutuhkan konsentrasi penuh. kesulitan manopong doton bukan hal yang gampang dikerjakan.

Ada rumus matematika agar mata jaring tak lari. Doton yang rusak, pada masanya tidak tetiba langsung diganti doton baru. Ada ilmu spesialis untuk memperbaikinya. istilahnya, “mangumei”, yang dalam praktiknya menyatukan kembali yang terpisah, merajut benang-benang yang terkoyak.

Festival Mardoton kali ini, jatuh di Bulan Sipaha Sada pada Penanggalan Kalender Batak. Festival ini digelar sepanjang Bibir Pantai Tuktuk dan sekitarnya.

Pada mulanya menggunakan bubu, kemudian penggunaan doton pun mulai akrab. Bahan doton terbuat dari atom maupun berbahan kain yang dirajut menjadi mata jaring beragam ukuran setelah diproduksi massal secara pabrikan.

Pada festival ini, sambung Febry, Komunitas Anak Tao berfokus pada edukasi melalui beberapa rangkaian kegiatan. Antara lain, Focus Group Discussion, pembentukan Komunitas Pardoton, Perlombaan Manopong Doton, Edukasi Ekosistem Danau Toba, Penaburan 20 Ribu Benih Ikan Jahir dan 200 Benih Endemik Toba, lomba menghias solu, pameran kuliner ikan Danau Toba, pemutaran (karmel/hm01)

Related Articles

Latest Articles