9.4 C
New York
Friday, March 29, 2024

Ekspor Karet Sumut ke Amerika Naik 3 Persen

Medan, MISTAR.ID

Pada Oktober 2021, pengapalan karet ke Amerika Serikat (AS) mencapai 23,9% dari total volume ekspor Sumatera Utara (Sumut). Menurut Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut Edy Irwansyah, pengapalan karet ini mengalami kenaikan 3 persen khususnya ke Amerika Serikat.

“Karena di bulan September, volume ekspornya hanya sebesar 20,6%. Peningkatan ini menggeser posisi Jepang yang selama ini menempati posisi pertama,” katanya, Jumat (12/11/21).

Peningkatan volume ekspor karet ke Amerika Serikat, kata Edy sejalan dengan beberapa indikator perbaikan. Di antaranya penciptaan lapangan kerja pada Oktober meningkat, disahkannnya RUU infrastruktur senilai US$1 triliun. “Ini tentunya menjadi angin segar bagi industri,” katanya.

Baca Juga:Ekspor Karet Sumut Naik Tipis 521 Ton di September 2021

Edy menyebutkan, volume ekspor karet Sumut di bulan Oktober sebanyak 31.568 ton atau naik 3.725 ton (13,4%) dibandingkan bulan lalu yang tercatat sebanyak 27,843 ton. Kinerja ekspor ini berangsur membaik, dimana delay shipment dari pihak buyer semakin berkurang. Delay shipment karena kelangkaan palet-metalbox memang masih berlanjut, tetapi trendnya sudah menurun.

“Hanya saja secara kumulatif untuk periode Januari-Oktober 2021 masih menurun 10.633 ton (3,4%) dibanding pada periode yang sama di tahun 2020,” sebut Edy.

Selain Amerika Serikat, negara tujuan utama ekspor karet Sumatera Utara posisi Oktober adalah Jepang (14,2%), Turki (11,3%), Kanada (6,9%), dan Brazil (6,6%). Volume ekspor yang akan datang diperkirakan masih tertahan karena kondisi ketersediaan bahan baku. Apalagi saat ini sentra karet di bagian Utara equator sedang musim hujan.

Terpisah, Pengamat Ekonomi Sumatera Utara (Sumut) Gunawan Benjamin mengatakan harga karet sempat menyentuh 337 yen per kilogram (kg). Saat ini karet hanya 200-an yen per kg. Pada awal tahun 2021 harga karet dunia sempat menyentuh 337 yen per kg.

Baca Juga:Ekspor Karet Sumut Anjlok di April

Namun kondisi saat ini berbalik di kisaran angka 200 yen per kg. Di awal tahun ekspektasi pemulihan ekonomi sempat menjadi katalis untuk mendukung harga karet. Namun, belakangan ini permintaan karet dari China yang dikhawatirkan tidak pasti karena ada ke khawatiran terjadinya gelombang Covid-19 lanjutan.

“Sebenarnya ada beberapa sentimen yang membuat harga karet mengalami keterpurukan belakangan ini. Gelombang Covid-19 yang melanda negara-negara besar, kebijakan AS yang kembali melakukan tapering atau pengurangan pembelian aset. Adanya ancaman stagflasi di Cina, ancaman krisis masalah sektor properti hingga pasokan musiman,” jelasnya.

Nah, sementara itu sambung Gunawan, kinerja harga karet sebenarnya tertopang dengan kebijakan raksasa dari AS untuk infrastruktur. Atau inflasi di AS yang terus menanjak bisa mendorong kenaikan harga karet itu sendiri. Mungkin bagian yang sulit untuk menterjemahkan bagaimana faktor-faktor tersebut bisa memicu terjadinya penurunan atau kenaikan harga karet.

Baca Juga:Ekspor Sumut di Juni 2021 Menurun Namun Permintaan Karet Meningkat

“Tetapi semakin meningkat seperti ini, saat ini tidak terlihat adanya pemulihan ekonomi secara fundamental atau mendasar, maka harga karet bisa turun seperti yang terjadi. Seperti China menjadi salah satu negara yang sebenarnya menjadi lokomotif perubahan harga karet dunia,” jelasnya.

Selain itu, otomotif menjadi salah satu sektor yang seharusnya bisa menjadi motor penggerak utama permintaan karet. Namun sayang belum ada penjualan otomotif global yang fantastis yang bisa menjadi penggerak-penggerak konsumsi karet itu sendiri.

“Jadi, kenaikan harga karet di awal tahun 2021, dan penurunan kembali menjelang akhir tahun ini, menunjukkan bahwa kenaikan harga sebelumnya belum disebabkan oleh faktor-faktor fundamental yang dapat menahan harga karet bertahan untuk waktu yang lama,” pungkasnya. (anita/hm12)

Related Articles

Latest Articles