9.8 C
New York
Friday, April 26, 2024

Edukasi Gizi, Upaya Tekan Angka Stunting di Sumut

Medan, MISTAR.ID

Upaya menurunkan angka stunting di Sumatera Utara (Sumut) terus dilakukan berbagai pihak, baik pemerintah maupun swasta. Salah satu upaya yang dilakukan untuk menekan stunting yaitu lewat edukasi gizi.

Ketua Harian Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI), Arif Hidayat mengungkapkan, data hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), prevalensi balita stunting di Sumut mencapai 25,8%. Lebih memprihatinkan lagi, sebanyak 13 dari 33 kabupaten berstatus ‘merah’, dimana persentase stunting masing-masing daerah di atas 30%.

“Mengacu pada SSGI 2021, Sumatera Utara berada pada urutan 17 provinsi dengan prevalensi stunting tertinggi. Kabupaten Langkat berada pada urutan ke-10 kabupaten/kota yang memiliki jumlah stunting tertinggi di Sumatera Utara, yaitu sebanyak 31,5%,” kata Arif saat diwawancarai di Medan, Selasa (28/6/22).

Baca juga: Musa Rajekshah Ajak Lintas Sektoral Turunkan Angka Stunting di Sumut

Karena itu, sebut Arif, dalam rangka mendukung percepatan penurunan stunting, pihaknya bersama Pengurus Pusat Aisyiyah memberikan edukasi mengenai gizi anak dan keluarga kepada lebih dari 300 kader kesehatan di Kabupaten Langkat.

“Edukasi gizi yang dilakukan bukan semata-mata berdasarkan data balita dengan stunting atau gizi buruk. Banyak faktor diantaranya karakteristik wilayah, kesiapan wilayah dan kader serta beberapa pertimbangan lainnya,” ujarnya.

Menurut Arif, pada dasarnya edukasi gizi seharusnya tidak hanya difokuskan pada wilayah-wilayah dengan angka stunting yang tinggi, namun harus merata di seluruh daerah.

“Edukasi gizi ini harus dilakukan secara menyeluruh, seluruh kader dan penyuluh kesehatan masyarakat harus memiliki pengetahuan mengenai gizi keluarga, dilakukan secara terus menerus. Ini adalah cara yang efektif untuk memutus mata rantai gizi buruk di Indonesia,” jelasnya.

Baca juga: Sambut Hari Keluarga Berencana, Deputi BKKBN Launching Dapur Sehat Atas Stunting di Sergai

Ia menambahkan, gizi yang optimal sangat krusial untuk pertumbuhan normal, perkembangan fisik, kecerdasan bayi dan anak, serta semua kelompok umur. Gizi yang baik membuat tubuh menjadi tetap sehat dan terhindar dari berbagai serangan penyakit kronis dan penyakit tidak menular.

“Kader kesehatan yang diberikan edukasi adalah para ibu karena ibu pemeran utama menyediakan makanan di keluarga perlu mengetahui bagaimana menyediakan makanan yang sehat sesuai dengan gizi seimbang untuk keluarga tercinta. Karena itu, edukasi yang diberikan diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan mereka terhadap pentingnya gizi untuk mencegah stunting,” pungkasnya.

Ketua Bidang Advokasi YAICI, Yuli Supriati mengatakan, selain edukasi gizi juga dilakukan kunjungan rumah di beberapa wilayah di Langkat, diantaranya Paya Mabar, Pangkalan Brandan dan Besitang. Tujuannya, untuk menggali pola konsumsi keluarga dan pengetahuan masyarakat mengenai gizi anak.

“Di masing-masing wilayah, kami berinteraksi dengan kader Posyandu dan juga ibu-ibu dengan balita. Dengan cara ini kita mendapatkan gambaran kebiasaan-kebiasaan masyarakat setempat yang mempengaruhi kecukupan gizi anak,” ujar Yuli.

Baca juga: Gubernur Sumut Targetkan Prevalensi Stunting Turun 3,9% Per Tahun

Di samping itu, juga melakukan penelitian dengan metode survei sehingga hasil temuan di suatu daerah menjadi lebih komprehensif. Menariknya, masing-masing wilayah ini memiliki karakteristik persoalannya sendiri.

“Di Paya Mabar, rata-rata balita tidak diimunisasi. Kalaupun ada yang imunisasi tapi tidak lengkap. Alasannya, karena anaknya akan sakit setelah diimunisasi. Lalu, rata-rata balita di sana juga tidak minum susu dengan alasan susu mengakibatkan anak jadi mencret. Bahkan, ada 1 balita yang sehari-hari hanya minum air putih di dalam botol dengan ditambahkan gula sekitar 1 sendok teh. Dalam sehari bisa 10-15 botol,” papar Yuli.

Dia berharap, dengan adanya temuan tersebut menjadi masukan bagi pemerintah setempat untuk memberi perhatian lebih terhadap persoalan ini. “Berdasarkan pengamatan kami dan juga berdasarkan data pengukuran dari kader posyandu setempat, tinggi badan dan berat badan balita di sana tidak sesuai dengan umurnya. Artinya, ada indikasi permasalahan asupan gizi,” tandasnya. (anita/hm09)

Related Articles

Latest Articles