14.4 C
New York
Friday, May 3, 2024

Dekranasda Taput, Kembangkan Benang Tenun dari Serat Nanas

Taput, MISTAR.ID

Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Tapanuli Utara (Taput) memfokuskan pembuatan benang tenun dengan menggunakan serat nanas sebagai bahan dasar.

Ketua Dekranasda Tapanuli Utara, Satika Simamora baru-baru ini mengatakan,inovasi ini dilakukan demi peningkatan perekonomian penenun dengan memanfaatkan serat nanas yang tersedia di daerah itu.

Selain sebagai upaya meningkatkan penghasilan penenun, hal tersebut juga merupakan bentuk dukungan atas semangat Menparekraf Sandiaga Salahudin Uno untuk meningkatkan ekonomi kreatif masyarakat di wilayah kawasan Danau Toba melalui Gernas BBI dan tagar #BeliKreatifDanauToba.

Baca Juga: Bupati Taput Dilantik Jadi Ketua Bidang Pemerintah dan Aparatur Apkasi

Dalam pembuatan benang dari serat nanas,bagian nanas yang bisa diolah menjadi bahan benang adalah bagian daunnya yang memiliki lapisan dengan helai-helai serat yang merekat jadi satu oleh semacam lem.

Terkait dengan inovatid tersebut, Kementerian Perindustrian RI melalui Dirjen Industri Kecil Menengah dan Aneka menggelar bimbingan teknis IKM tenun ulos bagi 25 penenun selama 4 hari, 23-26 Juni 2021 di GNB Lake Resort Muara, Tapanuli Utara, Sumut.

Kemenperin menghadirkan Alan Sahroni, owner Alfiber yang merupakan lulusan STT Tekstil Bandung, dan peraih sejumlah penghargaan untuk kategori inovasi teknologi tepat guna, sebagai pembicara dalam agenda bimtek ini.

Baca Juga: Bupati Taput Hadiri Rakor Wasin 2021 Secara Virtual

“Proses pembuatan benang dari serat daun nanas, setidaknya membutuhkan sejumlah peralatan, baik itu pengerok dari bambu, gunting, bobin palet,” sebut Alan, Rabu (23/6/21), di tengah agenda Bimtek IKM tenun ulos di GNB Lake Resort Muara, Tapanuli Utara, Sumut.

Awalnya, daun nanas yang sudah disiapkan direndam terlebih dahulu sekitar 1-2 jam agar lebih lembut dan mudah dikerok, serta membersihkan kotoran-kotoran yang menempel pada daun.

Selanjutnya, sisi bagian dalam daun dikerok dengan menggunakan bambu yang dihaluskan hingga terlihat serat-seratnya.

Baca Juga: Malam Amal YKI Taput Kumpulkan Dana Rp196 Juta

Pengerokan dimulai dari pangkal hingga ujung daun, dan tidak boleh terlalu kuat agar seratnya tidak putus.

Setelah itu, serat yang terlihat akan diambil secara hati-hati agar serat tidak putus dan kusut yang dimulai dari bagian pangkal daun.

Serat yang dihasilkan dijemur di bawah sinar matahari sampai kering dan warna serat menjadi putih.

Kemudian, serat yang sudah kering disambung dengan tangan menggunakan teknik sambung tenun.

Baca Juga: Ketua YKI Taput Peduli Kasih, Kunjungi 19 Orang Warga di Kecamatan Purba Tua

Selanjutnya, pemaletan dengan menggulung benang dari bentuk untaian menjadi bentuk bobin pakan atau palet.

Dan hasilnya, serat daun nanas yang sudah menjadi benang bisa dijadikan benang pakan pada proses pertenunan.

Namun, untuk kebutuhan produksi yang dilakoni, kini dirinya telah menggunakan mesin dekortikator yang memiliki keunggulan ekstraksi, dimana kapasitas produksi serat lebih banyak, yakni 3-4 kg per hari.

Baca Juga: Ketua YKI Taput Satika Simamora, Kunjungi Penderita Cacat Mental dan Fisik di Adian Koting

Demikian halnya dengan pemanfaatan limbah yang lebih optimal, mesin portable, serta bisa digunakan untuk mengekstraksi serat alam lainnya.

“Jika sebelumnya, daun nanas hanya merupakan limbah yang dibuang, saat ini kita memperkenalkan inovasi baru bahan baku benang tenun dari serat daun nanas,” sebut Alan, Rabu (23/6/21).

Dikatakan, serat daun nanas banyak digunakan untuk keperluan barang tekstil seperti benang, tambang, wig, fiber, dan aneka kerajinan tangan lainnya.

Baca Juga: YKI Taput Akan Gelar Malam Dana Kanker

“Kalau selama ini masih dominan menggunakan serat buatan atau lainnya sebagai bahan baku benang, saat ini, serat daun nenas dapat dijadikan benang. Bahkan kedua bahan itu bisa juga dipadupadankan, agar bernilai lebih”, jelasnya.

Disebutkan, satu hektar lahan pertanaman nanas bisa menghasilkan 10-20 ton serat nanas.

Penerapan pembuatan bahan tekstil dari serat daun nenas, kata Alan, sudah berhasil dikembangkan di daerah Subang hingga ke sejumlah daerah penghasil buah nanas seperti Kediri, Prabumulih Sumsel, Bolaang Mongondow Sulawesi Utara,Toboali Bangka Selatan.

Bahkan, menurut dia, produksi serat daun nenas Subang sudah menembus pasar Malaysia, Jepang, dan Singapura.(Antara/hm13)

 

Related Articles

Latest Articles