10.7 C
New York
Friday, April 26, 2024

Anggota DPRD Sumut: Pemerintah Harus Benahi Tata Niaga Pertanian yang Buruk

Medan, MISTAR.ID

Sejumlah harga komoditi saat ini mengalami kenaikan, baik harga cabai merah, bawang merah dan komoditi lain seperti jagung, kedelai dan lainnya. Bahkan kenaikan harga ini tidak hanya terjadi di daerah namun secara nasional.

Menurut Anggota DPRD Sumut, Sugianto Makmur, memang secara keseluruhan tata niaga pertanian Indonesia buruk atau tidak bagus. Bukan hanya masalah cabai saja yang dikeluhkan, namun untuk semua yang berbau pertanian sedang tidak baik-baik saja.

Baca Juga:Sejahterakan Petani Lewat Konsep Pertanian Terintegrasi di Tapsel

“Kalau harga cabai ini bisalah bulan depan turun. Nah, ini harga jagung sampai hari ini Rp6.000 per kg dan itu tidak baik. Saya ambil contoh harga jagung di Amerika saat ini Rp4.000 per kg sudah teriak mereka ketinggian. Kita di sini, Menteri Pertaniannya masih tenang saja, masih santai. Jadi kalau harga komoditi mahal tidak masalah saat ini,” katanya saat dihubungi mistar.id, Selasa (21/6/22).

Anggota Komisi B ini berpikir, kerangka mengenai pertanian mulai dari produksi sampai pemasarannya itu harus dipikirkan. Contohnya harga pupuk mahal saat ini. Namun ternyata banyak bahan-bahan limbah yang menjadi substitusi pupuk paling sedikit bisa menggantikan 50%.

“Contoh kulit kopi, kulit coklat, limbah sawit, abu janjang kelapa sawit ini bisa sampai 20% lebih. Jadi maksud saya, cobalah pemerintah mulai benar-benar memperbaiki dasar-dasar pemikiran tentang pertanian ditambah proses produksi yang tidak jelas sampai hari ini,” jelasnya.

Baca Juga:Besok Petani Sawit se-Indonesia Bakal Ancam Demo Serentak

Ia juga meberikan contoh, di luar negeri untuk produksi jagung Harga Pokok Penjualan (HPP)-nya itu Rp1.500. Kalaupun dijual harganya Rp2.500, petani disana sudah untung besar.

“Di Indonesia kan enggak, kenapa ini? Padahal harga gabah kita hari ini Rp5.400 per kg, beras kita di pasaran Rp13.500 per kg tapi petani kita miskin. Berbeda di Vietnam harga beras Rp8.000 per kg dan diimpor Indonesia masih bisa dijual Rp8.200 per kg. Akan tetapi petani mereka sejahtera. Jadi tidak hanya soal cabai saja,” bebernya.

Sehingga menurut Sugianto, HPP di Indonesia ketinggian. Dia mendorong Menteri Pertanian untuk berpikir bagaimana HPP bisa diturunkan. “Tujuannya supaya yang diuntungkan itu bukan golongan petani saja tapi seluruh rakyat. Bagaimana hasil petanian dijual tidak mahal tapi petani sejahtera itu yang harus mereka pikirkan,” tegasnya.

Baca Juga:Mentan Tunggu Bupati Simalungun Bawa Konsep Kedaulatan Pangan

Dia juga mendorong bagaimana HPP salah satunya di pupuk untuk bisa di modernisasi pertanian. Disebutkannya, kalau hari ini di Vietnam menghabiskan uang 65 triliun untuk modernisasi pertanian kebalikannya di Indonesia mengucurkan Rp100 triliunan lebih untuk pupuk subsidi.

“Untuk apa kita subsidi pupuk padahal masih bisa membuat pupuk organik. Harganya jauh lebih murah. Kenapa kita tak buat teknologi lebih banyak dalam pertanian. Kenapa tidak mereformasi UU Pertanian tentang penggunaan lahan. Sehingga tata niaga pertanian ini yang harus segera diperbaiki,” pungkasnya.(anita/hm15)

Related Articles

Latest Articles