9.2 C
New York
Saturday, April 20, 2024

500 Penenun Di Festival Tenun Ulos Batak

Taput | MISTAR.ID -Tangan-tangan halus itu memintal benang, menghitung helai demi helai dan menyatukannya dengan dibantu sebuah alat sederhana dari kayu. Membutuhkan sebuah ketelitian menyatukan warna untuk membentuk motif. Karyanya memesona dari rangkaian benang menjadi songket nan indah. Tak ada kekhawatiran jika karya mereka tergerus oleh jaman yang mengandalkan tekhnologi. Keyakinan karya tenun tetap memiliki tempat bagi pecintanya.

Hari itu, Jumat (28/11/19), sebanyak 500 orang penenun berkumpul. Mereka begitu bersemangat mengikuti sebuah Festival Tenun Ulos Batak yang diselenggarakan Dinas Pendidikan Taput dan Dekranasda Taput bertempat di kawasan Obyek Wisata Hutaginjang Kecamatan Muara, Tapanuli Utara.Mereka datang dari berbagai kecamatan, Kecamatan Tarutung, Siatas Barita, Sipoholon, Adiankoting dan Muara.

Tak sekedar menghasilkan karya indah, hasil tenun ini juga mampu menghidupi keluarga. Meskipun, produksi tenun mesin kayu manual ini mengandalkan kecepatan tangan. Untuk menghasilkan sehelai kain, terkadang mereka harus menghabiskan waktu selama 3 hari.

Natalia Sianipar, salah seorang penenun warga desa Parbubu Kecamatan Tarutung, yang hadir dalam festival ini mengatakan, hasil menenun ulos mampu membantu membiayai kehidupan keluarganya. Hasil tenunan ulos batak dijual hingga keluar daerah dengan harga berpariasi melihat jenis dan motiv ulos.

“kami mengucapkan banyak terimakasih kepeda Pemkab yang telah memberikan bantuan berupa alat alat kebutuhan menenun. Selain itu, Pemkab Taput juga memperomosikan hasil tenun kami keluar daerah. Sehingga dari hasil menenun ini, kami dapat membutuhi kehidupan keluarga,” ujar Natalia.

Penenun adalah pekerja yang tekun. Salah sedikit dari hitungan helai benang, bisa merusak motif. Sayang, tidak banyak generasi muda yang mau meneruskan budaya menenun ini. Natalia Sianipar telah lama menekenuni bidang menenun. Sayangnya, sulit sekali mencari pengganti dirinya.

Hasil tenun mereka akan dinilai oleh tim panitia penyelenggara, Pameran ulos tua serta pemberian penghargaan
bagi penenun Lansia ( Lifetime Achievement).Sebelumnya Ketua Dekranasda Tapanuli Utara, Satika Simamora
diwakili Wakil Ketua Marsaulina Lumbantobing bersama Kepala Dinas Pendidikan Tapanuli Utara, Bontor Hutasoit, Sekretaris Dinas Pendidikan Bahal Simanjuntak dan Kabid Pendidikan Non Formal dan Informal (PNFI) Tiur Sinaga. Membahas penyelenggaraan Festival Ulos Batak 2019 yang dilaksanakan 29 Nopember 2019, bertempat di Sopo Rakyat Rumah Dinas, Tarutung.

Kegiatan diikuti dari lima Kecamatan yaitu, Tarutung, Siatas Barita, Sipoholon, Adiankoting dan Muara, acara dimulai pada pukul 10.00 WIB dengan rangkaian Lomba tenun, Pameran ulos, Pameran ulos tua serta pemberian penghargaan bagi penenun Lansia ( Lifetime Achievement).

Bontor Hutasoit dalam laporannya menyampaikan, pelaksanaan festival tenun ulos Batak Tapanuli Utara oleh Dinas Pendidikan Bidang Kebudayaan dan PNFI. Telah menetapkan panitia Surat Keputusan Bupati Nomor 948 tentang pembentukan panitia Tenun Ulos Batak Tapanuli Utara.

” Peserta diikuti festival ini sebanyak 500 orang penenun dari lima kecamatan sentra penenun Taput dari lima Kecamatan,” sebut Bontor.

Lanjut Bontor, akan ada stand khusus pameran ulos tua hingga ratusan tahun milik budayawan Taput ( Samuel Harianja) dan Bupati Taput diwakili ketua Dekranasda akan menyerahkan tanda kasih kepada lanjut usia sebanyak 16 orang. Pemenang lomba festival akan diberikan berupa piagam penghargaan dan uang pembinaan.

Wakil ketua Dekranasda Marsaulina Lumbantobing dalam arahannya mengatakan, kegiatan ini untuk mengangkat penenun sebagai visi kearifan lokal Tapanuli Utara. (fernando/hm06)

Related Articles

Latest Articles