10.9 C
New York
Wednesday, April 24, 2024

Togu Simorangkir Bantu ODGJ dan Tuna Wisma di Rumah Langit Biru

Pematangsiantar, MISTAR.ID

Di Indonesia, penanganan terhadap warga yang mengalami gangguan mental sepertinya masih belum menjadi isu yang teramat penting. Menjadi tak mengherankan, hampir di setiap sudut kota kita menemukan orang-orang yang menderita ganguan mental atau orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) berkeliaran.

Berangkat dari keprihatinan keberadaan ODGJ inilah kemudian lahir yang namanya Rumah Langit Biru di Jalan Ragi Pane No.13 Kelurahan Nagori Pematang Simalungun, Kecamatan Siantar, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara.

Salah satu fasilitas di rumah singgah Langit Biru, berupa kamar tidur.(foto:ist/mistar)

Rumah Langit Biru ini didirikan untuk menampung atau tempat tinggal bagi para ODGJ termnasuk para tuna wisma (homeless) yang selama ini berkeliaran di jalanan. Rumah langit biru menjadi atap sekaligus tempat berteduh bagi mereka. Semua ditampung di rumah sosial itu, tanpa membedakan jenis kelamin, suku, agama maupun ras.

Baca Juga: Tuntaskan Sensus Penduduk, BPS Data Tunawisma Medan di Malam Hari

Togu Simorangkir, adalah pencetus dari berdirinya rumah singgah tersebut. Bagi Togu, ide mendirikan rumah sosial itu sudah terbersit sejak enam tahun silam, tapi bisa terealisasi saat ini pada saat kondisi sedang tidak baik akibat pandemi Covid-19. Rumah tersebut didirikannya sekaligus memperingati Hari Kesehatan Jiwa Dunia, yang diperingati setiap 10 Oktober.

“Seringkali kita lihat orang awam menganggap para ODGJ sebagai hal yang aneh dan mereka dengan anteng memberi label ‘orang gila’ pada penderita gangguan mental tersebut. Selain diberi label ‘orang gila’, juga diasingkan dan jauh dari orang-orang yang mereka cintai, mereka kerap diperlakukan secara tak manusiawi,” tukas Togu Simorangkir kepada Mistar, Sabtu (10/10/20).

Relawan yang bekeraja di rumah sosial itu, ujarnya, dibutuhkan kesabaran yang tinggi. Karena di rumah langit itu para ODGJ itu akan dibina dengan sabar dan penuh kasih sayang.

Baca Juga: Wah! Jepang Bakal Bantu Ekonomi Wanita Tuna Susila

Sedangkan bagi homeless juga akan diberikan beberapa program agar mereka menjadi orang yang memahami akan arti kehidupan yang sebenarnya, menjadi orang yang mampu hidup mandiri, berpenghasilan, kemudian menyewa rumah untuk kembali hidup dan bermasyarakat secara benar.

“Kasih sayang dan dukungan akan membuat ODGJ merasa nyaman dan membantu dalam proses pemulihan nantinya,” tegas Togu.

Ia mengaku, selama ini upaya pendirian rumah singgah tersebut dilakukan secara swadaya, yang berasal dari para donatur. Artinya, Rumah Langit Biru tidak mendapatkan bantuan apapun dari Pemerintah. Diakuinya, peran serta pemerintah masih minim, bahkan nyaris tidak ada. Untungnya para mereka punya relawan-relawan serta para donatur yang membantu.

Baca Juga: Miris! Masih Banyak Mengeksploitasi Anak untuk Bekerja di Jalanan

“Para donatur ini juga tidak terikat, melainkan bebas. Jadi, mereka bebas untuk memberikan apa saja tanpa ditentukan. Contohnya, ada donatur bilang sawahnya akan segera panen, lalu dia mengatakan akan mengirim beras saja,” ujar Togu menirukan apa kata donatur.

Meskipun tidak ada bentuk perhatian ataupun bantuan, mereka para relawan kata Togu tetap fokus dengan cita-cita mereka. Hal itu didak menyurutkan upaya pengelola Rumah Langit Biru membantu menangani pemulihan para ODGJ.

Rumah tersebut dapat menampung hingga 20 orang ODGJ maupun homeless. Lambat laun sekaligus telah menghapus stigma negatif terhadap orang dengan gangguan jiwa. Sebab, karena sesungguhnya ODGJ adalah bagian dari masyarakat kita yang dengan kesabaran bisa disembuhkan.(yetty/hm02)

Related Articles

Latest Articles