11.3 C
New York
Tuesday, April 16, 2024

Tak Ada Pesta Adat, Pengrajin Ulos Terpuruk Akibat Covid-19

Simalungun, MISTAR.ID

Pesta adat adalah salah satu ritual penting di budaya Batak. Pesta adat meliputi kelahiran, kematian, pernikahan, selamatan dan masih banyak lagi. Rasanya tak berlebihan bila disebut budaya Batak sangat identik dengan perayaan dengan melibatkan tamu dalam jumlah besar.

Namun, Covid-19 telah membuat ritual adat Batak menjadi tersendat dengan adanya larangan pesta sejak Covid-19 menjadi pandemi mematikan di seantero dunia. Ketika normal baru diatur, maka protokol kesehatan menegaskan pesta adat sekalipun pernikahan yang biasanya melibatkan banyak orang dibatasi tegas, bahkan jumlah tamu juga diatur agar tidak terjadi kerumunan.

Kondisi ini ternyata membuat pengrajin ulos Batak menjadi paling terdampak. Tak ada ulos berjalan di pesta adat dan kalau adapun sangat sedikit jumlahnya membuat peredaran ulos menjadi minim dan akhirnya memukul industri rumahan pengrajin ulos Batak.

Baca juga: 500 Penenun Di Festival Tenun Ulos Batak

Seorang pengrajin ulos Batak, Mondang Aritonang di Jalan Besar Sidamanik No 71 Nagori Tigabolon Kecamatan Sidamanik Simalungun menyebutkan tak lagi menenun ulos karena ulos saat ini tak memiliki pasar.

“Sudah lama alat tenun ini tak dipakai dan kemarin aku mau jual tapi beberapa yang kuhubungi bilang kalau saat ini tak mungkin beli alat tenun karena ulos pun sedang tak laku karena tak ada pesta berjalan,” ujar Mondang Aritonang (37) kepada Mistar, Selasa (22/9/20).

Terlihat alat tenun manual yang dimilikinya memang sudah berdebu pertanda sudah lama tak dipakai. Dia menyebutkan awalnya dia berhenti menenun ulos karena sedang program memiliki anak dan dokter menyarankan agar berhenti bertenun ulos. Namun, setelah anaknya lahir, pandemi Covid-19 meluas sehingga niatnya untuk kembali bertenun jadi urung.

Itu sebabnya, katanya dia berusaha menjual saja alat tenun berukuran jumbo tersebut. Tapi karena terkendala Covid-19, dia akhirnya tak menjualnya. Siapa tahu, katanya, nanti Covid-19 berlalu dan pesta adat digelar lagi, dirinya bisa kembali bertenun ulos.

Beberapa rekannya sesama penenun, dikatakannya juga akhirnya berhenti bertenun karena memang ulos tak laku dijual. Padahal, kalau pasaran sedang bagus, dia bisa menenun selembar ulos berukuran besar yang dijual ke penampung di Pasar Horas seharga Rp70 ribu per lembar. Bagi yang mahir, selembar ulos hanya butuh waktu sehari.

“Itu masih ulos mentah istilahnya. Karenan ulos itu nantinya masih harus dipernis lagi dengan benang emas dan menambahkan rambu ulos dan nantinya ulos itu mereka jual lagi Rp120 ribu per lembar,” katanya. (jelita/hm09)

Related Articles

Latest Articles