9.2 C
New York
Saturday, April 20, 2024

Ini Tanggapan KPH II Siantar Soal Banjir di Parapat

Pematangsiantar, MISTAR.ID
Dua kubangan yang berada di sekitar Huta Sualan Nagori Sibaganding dan Bukit Bangun Dolok Parapat, menurut UPT Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) II Pematangsiantar, menjadi sumber banjir yang beberapa kali terjadi di kota wisata Parapat akhir-akhir ini.

Hal itu disampaikan Tigor Siahaan selaku Kasi Perlindungan Hutan dan Pemberdayaan Masyarakat KPH II Pematangsiantar. Dikatakannya, pihaknya telah meninjau lokasi di kedua titik tersebut.

“Tujuan kita datang kesana guna mengungkap kondisi hutan yang sebenarnya. Kita dari KPG II Pematangsiantar siap mengungkap fakta di lapangan bersama stakeholder terkait, bila dibutuhkan,” kata Tigor saat ditemui di kantornya, Selasa (8/6/21).

Tigor menjelaskan, apa yang diduga oknum tertentu terkait kerusakan hutan yang parah di Parapat mesti diluruskan. Pada titik koordinat pertama, Nagori Sibaganding sebenarnya jalur air. Kalau ada hujan saja baru ada airnya.

Baca Juga:Poldasu Lidik Penyebab Banjir di Parapat

“Kita sudah kesana dan melihat di atasnya ada kubangan yang kerap menampung air saat hujan. Kalau sudah mencapai titik jenuh, itulah meluap mengakibatkan banjir dan airnya turun ke jalan,” ujarnya.

Hanya saja, kata Tigor, kubangan tersebut takkan mampu menampung debit air yang besar saat hujan deras terjadi ketila sewaktu-waktu. Itulah yang menjadi penyebab air tumpah bila air sudah melewati batas ambang jenuh.

Titik lain penyumbang banjir di Parapat juga berasal dari perbukitan Bangundolok. Di atas perbukitan ini, sebut KPH II Pematangsiantar ini, ada kubangan yang menampung air hujan dan beberapa tutupan areal yang belum maksimal.

Baca Juga:Polisi Diminta Usut Banjir Bandang Parapat, DPRD Simalungun: Bila Perlu Kita Pansuskan

“KPH II Pematangsiantar hanya memonitor sebagian kecil kawasan hutan. Selebihnya, kawasan hulu (daerah sumber air) merupakan wewenang Balitbang Aek Nauli yang mengelola hutan Kawasan Dengan Tujuan Khusus (KDTK),” ucapnya.

Diterangkannya, di kawasan Balitbang Aek Nauli tersebut tampak jelas ada penebangan hutan. Namun, sebut Tigor, areal itu tidak begitu luas dan diduga penebangan terjadi sudah lama.

“Disitu kondisi tutupan lahannya agak bagus. Sempat ada penebangan disana, beberapa pohon berdiameter kecil kita lihat tumbang dan berlumut. Kita duga terjadi sudah lama. Kalau menurut saya, rusaknya hutan memberi dampak. Di Huta Sualan tidak ada penebangan. Tapi di Bangun Dolok Parapat yang kita lihat penebangan, tapi penebangan lama,” terangnya.

Baca Juga:Banjir di Parapat Diduga Akibat Kerusakan Hutan

Lebih jauh dikatakan Tigor, KPH II Pematangsiantar siap berdiskusi dengan Balitbang LHK Aek Nauli maupun Pemkab Simalungun, guna mencari solusi agar banjir di Parapat tak terulang kembali.

Apalagi, baru-baru ini Pemkab berniat buat tembok penahan dan jalur air di kedua lokasi tersebut. Perlu diketahui, KPH II Pematangsiantar mengawasi dua unit area hutan yang ada di Kabupaten Simalungun, di luar hutan konservasi.

Total luas area hutan tersebut yakni, unit 6 Simalungun seluas 45 ribu hektar yang berada di daerah Dolok Silau-Raya-Raya Kahean-Silau Kahean-Panombeian Panei. Lalu, unit 12 Simalungun seluas 56 ribu hektar berada di daerah Girsang Sipanganbolon-Hatonduhan-Ujungpadang.(hamzah/hm10)

Related Articles

Latest Articles