12.6 C
New York
Friday, April 26, 2024

Bencana di Danau Toba, Pendidikan Karakter Penting untuk Pelihara Alam

Simalungun, MISTAR.ID

Ketua Umum Lembaga Studi Agama dan Pendidikan Karakter (L-SAPIKA) Indonesia Pdt Dr Riris Johanna Siagian mengatakan, banjir bandang yang terjadi di Parapat pada Kamis (13/5/21) sore, menegaskan bahwa kerusakan lingkungan sudah sangat parah.

“Hal itu sekaligus membuktikan bahwa selama ini alam dan lingkungan hidup di daerah Parapat dan sekitarnya, telah diperlakukan secara tidak adil dan tidak bertanggung jawab, oleh orang-orang atau pihak-pihak tertentu yang tidak memerdulikan keselamatan manusia,” kata Riris kepada MISTAR.ID, Sabtu (15/5/21).

Riris menyebutkan, persoalan penebangan pohon secara semena-mena hingga mengakibatkan banyak bukit di sekitar Danau Toba, Samosir menjadi gundul. Dan akibatnya, sering terjadi longsor, banjir, dan tumpahan lumpur dan batu-batuan dan kerusakan lingkungan. Hal itu bukanlah berita baru.

Baca Juga:Bencana Banjir di Parapat, Ini Langkah yang Diambil Bupati Simalungun

Filosofi dan spiritualitas hidup orang Batak sebagaimana dihidupi para leluhurnya, menyebutkan bahwa kesatuan hidup masyarakat Batak dengan alam merupakan satu totalitas hidup. Oleh karena itu, jika kerusakan alam ini tidak ditangani segera, maka bisa saja suatu saat bencana yang lebih besar dapat terjadi. Korbannya adalah masyarakat yang bermukim di sekitar Danau Toba.

Lebih jauh, Riris yang juga Ketua Program Studi S1 STT-HKBP Pematangsiantar mengatakan bahwa bencana yang telah berulangkali terjadi ini, bukan saja mengindikasikan persoalan ekonomi yang tidak seimbang, atau managemen tata kelola alam yang salah, maupun karena adanya kebijakan yang salah terkait penebangan pohon.

Masih kata Riris, hal yang terutama ditegaskan, bahwa semua ini terkait dengan karakter dan moral manusia yang rusak. Oleh karena itu pendidikan karakter merupakan suatu kebutuhan yang sangat strategis dan mendesak. Dan untuk itu, L-SAPIKA Indonesia juga mendorong para pemimpin agama untuk menerapkan kepemimpinan spiritualitas (spirituality leadership), agar memiliki otoritas dan sahala untuk memberikan pemahaman yang baik kepada jemaat yang dilayani.

Baca Juga:Dampak Penyekatan Mudik dan Banjir, Pelaku UMKM di Parapat Semakin Menjerit

Jemaat, kata Dr Riris Siagian, perlu diberikan pemahaman bahwa tindakan merawat alam merupakan tugas teologis, untuk menghadirkan wajah Allah melalui alam yang sehat dan bermartabat. Hal itu juga sangat penting, terutama bila dikaitkan dengan program pemerintah untuk menjadikan Danau Toba sebagai satu destinasi wisata internasional, di mana Parapat berfungsi sebagai pintu gerbangnya.

Atas peristiwa bencana yang terjadi di Parapat, Dr Riris menyambut gembira respon yang cepat dari Ephorus HKBP Pdt Dr Robinson Butarbutar, yang segera mengeluarkan press release atas peristiwa banjir bandang tersebut. Di penghujung pernyataannya, Dr Riris Siagian tidak lupa mengimbau semua pihak, masyarakat dan pihak-pihak terkait, termasuk pemerintah untuk bersama-sama memikirkan kelestarian alam Danau Toba sekitarnya. (ferry/hm12)

Related Articles

Latest Articles