7.5 C
New York
Tuesday, April 23, 2024

Terlempar Dari 10 Besar Kota Toleransi se Indonesia, Ini Tanggapan Kesbang Pol Pematangsiantar

Pematangsiantar, MISTAR.ID
Setara Institute mengeluarkan laporan indeks kota toleran (IKT) tahun 2020. Kota Salatiga, Jawa Tengah, menjadi kota paling toleran, sementara Pematangsiantar terlempar dari 10 besar.

Data tersebut merupakan laporan yang dirilis Setara Institute pada, Kamis (25/2 21). Laporan ini adalah yang keempat kali sejak studi berjalan pada 2015 lalu. Studi terkait indeks kota toleran dilaksanakan sepanjang 2020 di 94 kota, dari 98 kota di Indonesia.

Dengan adanya hasil tersebut, pihak Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbang Pol) Kota Pematangsiantar menyikapi santai hasil Setara Institute tersebut.

Kepala Bidang Kewaspadaan Nasional Badan Kesbang Pol Kota Pematangsiantar Yusri Damanik yang ditemui di kantornya, Jumat (26/2/21) menyampaikan, bahwa pihaknya tidak mengetahui apa yang menjadi kriteria Setara Institute melakukan survey, sehingga Kota Pematangsiantar berada di luar 10 besar kota paling toleran di Indonesia.

Baca Juga:2022, Program Sekolah Penggerak Akan Diluncurkan di Kota Pematangsiantar

“Hasil pantauan Badan Kesbang Pol Kota Pematangsiantar, sejak tahun 2014 hingga saat ini di awal tahun 2021, tingkat toleransi antar warga masih terjaga. Baik itu toleransi antara umat beragama maupun antar suku,” kata Yusri yang ditemui.

Dikatakan Yusri kembali, sempat terjadi dan memunculkan aksi unjuk rasa terkait dampak dari pemandian jenazah wanita terduga Covid-19 oleh empat tenaga kesehatan (Nakes) di RSUD Dr Djasamen Saragih Kota Pematangsiantar yang terjadi pada September 2020 lalu.

Hanya saja, dari hasil pantauan langsung Kesbang Pol, dan menurut informasi yang didapatkan pihaknya, massa yang mengikuti aksi unjuk rasa kebanyakan dari luar daerah Pematangsiantar.

Seperti dari Simalungun, Tebing Tinggi. “Mungkin hal itu kurang diketahui Setara Institute. Meski ada aksi unjuk rasa terkait peristiwa pemandian jenazah terduga Covid-19 tersebut, sama sekali tidak menimbulkan gesekan antar umat beragama, dan Kota Pematangsiantar tetap kondusif,” ucapnya.

Kondusifnya Kota Pematangsiantar, dikatakan Yusri, bahwa pihaknya bersama unsur lainnya acap kali melakukan koordinasi dengan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), Majelis Ulama Indonesia (MUI), lembaga-lembaga gereja yang ada di Pematangsiantar guna menciptakan kondisi yang aman.

Baca Juga:Buka MTQ Siantar Sitalasari, Wali Kota Siantar Ajak Berdzikir dan Bertafakur

“Kalau saya melihat, kerukunan umat beragama tidak mengkhawatirkan. Walaupun mungkin ada kemarin kasus pemandian jenazah, bukan menjadi kerukunan umat beragama terpecah. Kerukunan kita di Siantar ini, kalau kita lihat struktur yang ada, seperti FKUB, MUI dan lembaga-lembaga gereja sudah berfungsi, serta juga bekerja untuk ini,” ungkapnya saat diwawancarai.

Ditambahkan Yusri Damanik lagi, Kota Pematangsiantar telah memiliki Forum Kewaspadaan Dini, terdiri dari tokoh agama dan tokoh masyarakat yang siap menjaga toleransi di Pematangsiantar.

Sikap toleransi hingga kini masih dipertahankan dan terjaga. Dan hal itu sudah berlangsung lama. “Sejak 2014 hingga saat ini, kalau saya lihat sama saja, dan masih terjaga sampai saat ini juga,” katanya.

Di tempat yang sama, Kabid Karakter Bangsa pada Badan Kesbang Pol Kota Siantar Gilbert Ambarita juga mengatakan, bahwa Kota Pematangsiantar merupakan kota yang kondusif.

Baca Juga:Keputusan Belajar Tatap Muka di Sekolah Ada di Tangan Wali Kota Siantar

Sedangkan terkait peristiwa pada September 2020 lalu, dan hal itu merupakan suatu dinamika yang biasa terjadi pada kota jasa dan perdagangan, seperti Kota Pematangsiantar.

“Secara karakter, kasus yang terjadi pada bulan September 2020 itu tidak membuat warga Kota Pematangsiantar terpancing untuk berbuat intoleran. Dari dulu kota kita ini sudah toleran. Dari sejak orang tua kita dahulu sudah toleran,” tegas Gilbert Ambarita.

Terkait terlemparnya Kota Pematangsiantar dari 10 besar kota toleransi, Gilberta Ambarita mengajak masyarakat Pematangsiantar untuk tetap tenang dan menjaga kekondusifan.

“Jangan mudah terpancing isu negatif. Pemerintah tetap bekerja melakukan pemantauan, analisa dan evaluasi terhadap peristiwa yang terjadi. Mari kita sama sama memperbaikinya untuk mendapatkan hasil yang baik kedepannya,” pungkasnya.(hamzah/hm10)

Related Articles

Latest Articles