7.9 C
New York
Thursday, April 18, 2024

Suara Merdu Musisi Jalanan Hilangkan Suasana Sepi Pasar

Pematangsiantar, MISTAR.ID

Pedagang di pasar sedikit terhibur dengan kehadiran para musisi jalanan atau pengamen yang melantunkan lagu – lagu penghibur hati mereka. Dampak pandemi covid-19 sangat dirasakan oleh para pedagang pasar tradisional. Penjualan pun kian menurun lantaran kondisi pasar yang semakin sepi.

Kendati begitu, berbagai usaha dilakukan masyarakat dalam mencari rezeki halal untuk menyambung hidup sejak muncul virus corona di Indonesia. Salah satunya adalah pengamen atau musisi jalanan. Tapi kini ada banyak orang tua maupun anak-anak yang menjadi pengamen karena faktor ekonomi. Rupiah demi rupiah dikumpulkan. Nominalnya memang tak seberapa, tapi layak disyukuri.

Ramot Sinurat (36), salah satu pengamen yang sering menyanyi di pasar tradisional Dwikora Pematangsiantar. Biasanya, dia memulai aktivitasnya jam 6 pagi. Menyasar lorong demi lorong setiap sudut pasar. Apalagi kalau datang hujan pada malam hari. Dengan kondisi pasar sangat memprihatinkan yakni becek dan kotor.

Baca juga: Judika Ngamen di Bus, Wajah Kondektur Jadi Pahit

“Ini bukan pilihan, tapi tuntutan ekonomi untuk menghidupi istri dan anaknya jadi hal yang dipikirkan kami dikondisikan pandemi ini. Itulah juga jadinya banyak yang berprofesi menjadi pengamen jalanan saat sekarang,”ucapnya, Kamis (5/11/20).

Tak hanya soal itu, katanya, alasan lain adalah tidak adanya lagi lapangan pekerjaan lain, yang bisa mereka lakukan kecuali berprofesi sebagai pengamen. Mereka mengamen di pasar bertujuan agar tetap eksis, produktif dan mendapat penghasilan selama masa pandemi.

Selama satu jam Mistar berkesempatan menemani Ramot dan temannya Raja Lahong berkeliling pasar sembari berhenti sesekali di depan toko atau lapak yang belum datang penghuninya.

Sederet peralatan pun mereka bawa sendiri. Ramot bawa gitar, kotak memasukkan sumbang para pengunjung pasar dan stand mic yang bisa diatur ketinggiannya. Sedangkan Raja bertugas membawa portabel speaker yang bisa di bawa ke mana saja.

Baca juga: Setelah Menelan Anggaran Rp1,7 Miliar Lebih, Pasar Tojai Merana Ditinggal Pedagang

Mereka berdua berkolaborasi, Ramot lihai bermain gitar dan memiliki suara merdu. Kadang dibantu menyanyi oleh Raja sembari menyodorkan kotak, mengharapkan koin atau lembaran uang dari pengunjung pasar maupun para pelaku usaha.

Semua jenis dan genre lagu mereka bisa nyanyikan. Meskipun tidak sepenuhnya mengerahkan keterampilannya dalam hal bermusik. Baik dari segi suara, atau permainan instrumen musiknya.

Pengamen di Pasar Dwikora Siantar. (f:yetty/mistar)

Ramot mengatakan, saat ini penghasilan sangat menurun drastis dibandingkan sebelum Corona mewabah di kota ini. Selain itu, semakin bertambahnya kelompok pengamen yang juga turut menyanyi di pasar tersebut.

“Ada 13 kelompok saat ini yang sering nyanyi di pasar Dwikora. Sebelumnya, bisa dapat 200 ribu sehari. Tapi sekarang, 80 ribu yang paling tinggi dapatnya sehari-hari,” ucap Ramot.

Ramot sudah lama menekuni profesi mengamen ini. Di samping itu, dia juga berprofesi menyanyi diatas panggung jika ada orderan dari masyarakat yang sedang pesta atau hajatan. “Sudah mulai banyak orderan nyanyi akhir – akhir ini,”ketusnya.

Berbeda dengan Raja, yang terbilang pengamen baru. Baru sebulan ini ia bergabung dengan Ramot. Pandemilah yang memaksanya mengamen. Dia korban pemutusan hubungan kerja (PHK). “Saya dari Tebingtinggi, ngontrak di Siantar. Hasil kerja sebagai pengamen sebisa mungkin dicukupi buat bayar rumah dan kebutuhan saya,”jelasnya.

Mereka tak pernah berlama-lama. Kalau dihitung-hitung, kurang dari 30 menit. Mereka lalu bergeser ke lorong lain di pasar itu. Meski suasana sepi saat itu, tapi tidak mengurangi semangat Ramot dan Raja mengumpulkan pundi-pundi sedikit demi sedikit dari hasil mengamen. Hasilnya, mereka bagi rata bersama, kata Ramot. (yetty/hm09)

Related Articles

Latest Articles