8.4 C
New York
Friday, March 29, 2024

Setelah Menelan Anggaran Rp1,7 Miliar Lebih, Pasar Tojai Merana Ditinggal Pedagang

Pematangsiantar | Mistar – Pasca diserahterimakan pihak Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah dan Perdagangan kepada pihak Perusahaan Daerah Pasar Horas Jaya (PD PHJ), Pasar Tojai di Kecamatan Siantar Sitalasari sudah sempat beroperasi, dan sempat ada transaksi jual beli.

Namun, seiring dengan sepinya pembeli, pasar yang dibangun menggunakan APBD 2017 senilai sekitar Rp1,792 miliar itu merana ditinggal pedagang.
Kini, bangunan pasar yang sudah dikepung tumbuhan liar itu hanya dihuni pengusaha kedai kopi Grace, bermarga Tampubolon, sekaligus penjaga pasar tersebut.

Menurut ceritera beberapa warga yang ditemui di kedai kopi tersebut, awal bulan April 2019 lalu, sudah ada sekitar 20-an pedagang yang berjualan di pasar itu.
Pedagang itu antara lain berjualan sayur mayur, ikan, sembako dan pakaian. Hanya saja, para pedagang itu tak lama bertahan, mereka berjualan hanya beberapa bulan saja.

“Paling lama yang bertahan hanya 4 bulan aja, setelah itu gak lagi,” ujar seorang pria paruh baya berkacamata yang mengaku bermarga Sihombing ketika berkenalan dengan awak Mistar saat menyambangi kedai kopi tersebut.

Ia mengatakan bahwa sejak awal adanya Perumahan Tojai, sudah tiga kali dilakukan pembangunan di Pasar Tojai. Dan selama tiga kali pasca pembangunannya, Pasar Tojai tetap kembali merana karena ditinggal pedagang karena barang dagangannya tidak laku akibat sepinya pembeli.

“Entah apa pertimbangan mereka (pihak Pemerintah) membangun pasar ini,” ujar Sihombing yang meminta namanya tidak usah dimuat dalam pemberitaan ketika mengetahui awak Mistar menuliskan komentar-komentar yang diucapkannya.

“Perlunya kalian pertanyakan apa sebenarnya rencana (program) mereka untuk pembangunan pasar ini,” cecar Sihombing yang menyayangkan anggaran yang digunakan untuk membangun Pasar Tojai, dan terakhir anggarannya sebesar Rp 1,7 miliar, tapi tidak berfungsi dengan baik.

Mengenai penyebab, sepinya pembeli, seorang pria lainnya yang mengaku sebagai orang (suku) Jawa, menceritakan bahwa 70 persen penghuni Perumahan Tojai adalah pegawai yang beraktivitas di pusat kota. Sehingga, sebelum pulang, mereka menyempatkan diri berbelanja di Pasar Horas dan Pasar Dwikora.

Bukan itu saja, menurutnya, sepinya pembeli di Pasar Tojai juga diakibatkan banyaknya warung di Perumahan Tojai yang bersedia memberikan hutang, yang bisa dibayar setelah gajian.

“Warung-warung disini bisa utang, bayarnya bulanan, setelah gajian. Itu juga membuat pembeli ke pasar ini menjadi sepi,” ujar pria berusia sekitar 40-an tahun itu diamini Sihombing dan seorang warga lainnya yang mengaku marga Lumban Gaol saat berkenalan di warung tersebut.

Menurut Lumban Gaol, kalau pengusaha kedai kopi bermarga Tampubolon itu tidak eksis berjualan sembari menjaga, maka besi-besi yang ada di pasar itu sudah dipastikannya bakal dibotot. Saat itu, Lumban Gaol juga merasa diuntungkan dengan sepinya pasar itu, sehingga ia bisa tidur di atas meja batu yang ada di Pasar Tojai.

Terpisah, Direktur PD PHJ Kota Pematangsiantar, Imran Simanjuntak ketika dimintai waktu untuk wawancara mengenai program PD PHJ terhadap Pasar Tojai ke depan, ia mengaku sedang berada di luar kota. Sementara Direktur Utama (Dirut) PD PHJ, Bambang WK, ketika dikonfirmasi via WA, meski centang dua di WA sudah terlihat berwarna biru, tanda sudah dibaca, Bambang tak membalas sama sekali.(ferry/hm02)

Related Articles

Latest Articles