9.9 C
New York
Friday, April 19, 2024

Sampah Organik Hasilkan Rp10 Juta per Tahun untuk PAD Siantar

Pematangsiantar, MISTAR.ID

Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Pematangsiantar terus memikirkan agar dari pengelolaan sampah tidak hanya menghasilkan tumpukan sampah yang terus bertambah, namun juga bagaimana caranya agar dari sampah yang dikelola atau dari kegiatan pengelolaan sampah tersebut dapat menghasilkan nilai ekonomis yang dapat diandalkan sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Kepala Dinas DLH Pematangsiantar,Dedi Tunasto Setiawan mengatakan, hingga saat ini, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa sampah termasuk ke dalam masalah yang belum terselesaikan secara efektif.

Daripada dibuang dan dibiarkan begitu saja di TPA, sampah-sampah organik rumah tangga tersebut diubah hingga memiliki nilai guna yang tinggi yaitu, sebagai bahan pembuatan pupuk kompos.

“Dari tahun 2019, Dinas DLH telah menghasilkan keuntungan dari pengelolaan sampah organik itu. Tiap tahun kami menargetkan pendapatan sebesar Rp10 juta untuk dimasukkan ke kas PAD Pematangsiantar dari hasil sampah organik tersebut. Dan terget tersebut terpenuhi seperti tahun kemarin,” jelasnya pada Mistar di ruang kerjanya, Jumat (21/5/21).

Baca Juga:Perkuat Armada Pengangkutan Sampah, Ini Rencana DLH Siantar

Dia menuturkan, pupuk kompos yang dihasilkan tadi sudah merambah ke petani Simalungun, Tanah Karo dan Dairi. Para petani langsung membeli ke tempat pengelolaan sampah organik yang ada di Tanjung Pinggir Kelurahan kebun Sayur Kecamatan Siantar Barat Kota Pematangsiantar.

Pupuk kompos yang dihasilkan oleh Dinas DLH sebenarnya sama dengan kompos komersial yang ada diperjualbelikan di tengah masyarakat. Hanya saja, kompos tersebut dicampur dengan zat cairan yang disebut B4, kemudian dilakukan pembusukan dengan sampah-sampah organik rumah tangga seperti jenis sayuran dan daun-daunan.

“Sebenarnya, bahan dasarnya adalah sampah dedaunan. Bahan ini banyak kami dapat dari hasil ranting pohon yang dibuang di TPS. Paling banyak dari ranting-ranting pohon di jalur listrik PT PLN. Daunnya akan kami giling hingga halus lalu dibusukkan selama dua minggu atau lebih. Bahan dari sayur-sayuran juga ada. Ini kami manfaatkan sampah dari pasar tradisional di kota ini,” terangnya.

Dedi menambahkan, dalam sebulan, Dinas DLH bisa menghasilkan 2 ton pupuk kompos yang sudah siap dijual. Pupuk tersebut dihargai Rp2.000 per kilogramnya. Sayangnya, ucap dia, saat ini yang menjadi kendala bagi dinasnya adalah bahan dasar dedaunan dan mesin yang kurang maksimal yang membuat berproduksi kurang efisien.

Baca Juga:Sampah Berserakan di Pusat Kota Siantar, Kadis DLHK Turun Tangan

Ia sedang berupaya membangun kerja sama dengan beberapa stakeholder terkait dalam pemenuhan bahan baku. “Beberapa waktu lalu kita kerja sama dengan PMKRI Cabang Siantar-Simalungun dalam program jumat bersih, salah satu programnya mengajak gerakan mahasiswa tersebut untuk kerja sama pemenuhan bahan dasar kompos tersebut. Begitu juga dengan organisasi mahasiswa lainnya,” ungkapnya.

Di samping itu, DLH Siantar juga sedang membangun komunikasi dengan Universitas Simalungun (USI). Pasalnya, kampus tersebut memiliki hutan atau pepohonan di dalam kampus yang cukup banyak, begitu juga pada Universitas Nommensen.

Satu sisi, ujar Dedi, kerja sama ini akan saling menguntungkan nantinya. “Pertama kebutuhan dasar kami terpenuhi, kedua mereka tidak perlu membutuhkan tenaga untuk melakukan pembersihan dedaunan, sebab petugas kami yang akan turun langsung.(yetty/hm10)

Related Articles

Latest Articles