9.4 C
New York
Friday, March 29, 2024

Ross ‘Saragih Sister’ Siadari, Artis Tenar dan Pencipta Lagu Batak yang Jadi Juru Parkir

Pematangsiantar | MISTAR.ID – Memasuki Jalan Tangki, Lorong 20 Parluasan, Kota Pematangsiantar, ada gang yang yang hanya bisa dilalui satu kenderaan roda empat secara pas-pasan. Di situlah Ross Siadari bersama adiknya Uli Siadari bermukim.

Rumah tinggalnya itu tidak berasbes, berupa bangunan berdinding beton membujur segi empat. Dinding luar bercat kuning, sedangkan dinding dalam rumah dicat merah jambu.

Sebuah lemari hias berukuran kurang lebih 2 m x 1,5 m berfungsi sebagai penyekat dengan dapur, dan ada dua kamar bersekat tripleks.

Ross Siadari memperlihatkan album rekamnnya bersama Buntora Situmorang, saat diwawancarai di rumahnya Jalan Simpang Tangki, Kelurahan Nagapita, Kecamatan Siantar Martoba, Kota Pematangsiantar.(f:mistar/maris)

Rumah itu terbilang kecil, namun berada di dalamnya serasa sangat damai dan sejuk. Suasana rumahnya yang bersih membuat perasaan begitu nyaman.
“Kalau terik, panas juga. Nggak ada asbesnya,” ujar Ross Siadari sembari terkekeh menyahuti bincang-bincang tentang desain indah minimalis ruang tamunya.

Usia Ross Siadari sudah terbilang tua, menjejak 73 tahun. Kondisi fisiknya pun rada kurusan, namun gerak langkahnya masih lincah. Bahkan ketika membaca piagam penghargaan dari Walikota Pematangsiantar Julkifli Harahap yang ada di dingding rumahnya, nenek tujuh cucu itu tidak harus pakai kacamata umur.

“Ini penghargaan dari Walikota Julkifli Harahap untuk adik saya Uli Siadari. Adik saya mendapat penghargaan sebagai juru parkir terbaik Siantar masa itu,” kata Ross sembari mengambil bingkai kaca piagam penghargaan yang dipajang di dinding rumahnya.

Cerita kisah perjalanan hidupnya? Ross Siadari hanya tersenyum. Sejurus kemudian nenek tujuh cucu itu sedikit menarik napas panjang.

“Aku baru sehatnya ini. Kakiku sakit, tapi sudah sembuh. Sebelumnya juga aku sakit, ada baro lilit (kudis melingkar) di pinggangku. Kata orang tua dulu, kalau sampai baro ini melingkar penuh, jarang ada yang selamat,” katanya sembari memperlihatkan bagian pinggangnya yang meninggalkan bekas baro lilit (kudis melingkar).

Kisah Panjang

“Siapa tak kenal Saragih Sister?” katanya mengawali bincang-bincang mengenang kisah perjalanan karirnya di dunia seni.

“Sejak tahun 65, saya dengan adik saya Medi Siadari sudah melanglang buana kemana-mana,” kata perempuan kelahiran Kampung Jawa, Taman Pahlawan, Kota Padang Sidimpuan 73 tahun silam itu.

Mereka 9 bersaudara, 3 laki dan 6 perempuan. Tahun 1965, Ross bersama adiknya Uli Siadari dan Medi Siadari–adik paling bungsu–membentuk ‘Saragih Sister’.

Tembang-tembang yang mereka nyanyikan sebagian besar ciptaan Ross Siadari. Tahun 1971 setelah Saragih Sister terbentuk, tiga kakak-beradik itu berangkat mengadu nasib ke Jakarta.

Melalui perjuangan yang sangat dan panjang, atau tujuh tahun kemudian tepatnya tahun 1978, Saragih Sister sukses menembus dapur rekaman Murni Record di ibu kota.
Selain menyanyikan lagu ciptaan sendiri, lagu-lagu lain yang sering mereka lantunkan dalam albumnya adalah ciptaan orang lain, seperti Tung So Hurimpu, Bunga Na Bontar, Bunga Harotas, Anak Terminal, Dang Alani Parsirangan, Uju Mangolu, Pegang Gonting Abang, Peristiwa Danau Toba, dan Sigodang Hangalan.

‘Tu Dia Nama Au Na Dangol On, Hu Hongkop do Ho Na Sai Lao, dan lagu Molo Lao Ho Mardalani’ adalah sebagian dari puluhan tembang manis dan sentimentil yang paling digemari di jamannya.

Bahkan di antara lagu-lagu tersebut sempat menjadi tembang kenangan termanis di era milenial ini. Lagu-lagu ciptaan sang legendaris itu terbilang sentimentil.

Misalnya, judul lagu ‘Tu Dia Nama Ahu Na Dangol On’. Memaknai satu perjalanan hidup yang sangat pahit—hati perih dan penuh luka. “Kemanalah aku yang menderita ini,” demikian arti harfiahnya.

Tak kalah sentimentil, adalah tembang ‘Hu Hongkop Do Ho Na Sai Lao’. Syairnya mengisahkan perjalanan satu hati yang penuh cinta, namun harus meronta.

Di tiap bait syairnya menorehkan makna menahan rindu yang sangat dalam. “Kenangan yang Takkan Kulupakan Walau Kau Telah Pergi” (demikian kira-kira terjemahannya).

Bahkan Ross Siadari sudah pernah duet dengan Buntora Situmorang, dan duet pula sampai ke dapur rekaman. Juga duet bersama Carles Simbolon dan Korem Sihombing.Nama-mana tersebut sempat menduduki penyanyi papan atas Lagu Batak di Indonesia.

Selain sebagai pencipta dan penyanyi, sejak tahun 60-an Ross Siadari semasa masih gadis kerap mengisi acara di panggung opera. Diantaranya penyanyi di Opera Serindo, Sarada, Ros Opera, Serbu Mas, Rapeda, dan Rampe Mas.
Tapi setelah adiknya Medi Saragih meninggal 27 tahun lalu, sejak itu pula Saragih Sister bubar.

Kisah Tersendiri

“Lagu Hu Hongkop Ho Na Sai Lao, itu punya kisah tersendiri dalam hidup ku,” kata Ross sembari menatap kosong ke langit-langit rumah.

Dengan bahasa yang terputus-putus, Ross pun menceritakan sekelumit tentang lagu itu.

Ternyata kandungan lagu itulah apa yang ada dalam hatinya, sebuah kerinduan dalam penantian, hingga sekarang tetap hidup menjanda setelah ditinggal pergi suaminya.

Dan sejak kesendiriannya, lagu itu lahir. Hu Hongkop Ho Na Sai Lao, bagi Ross, mengisahkan sebuah penantian yang tak mengenal batas waktu.

Ross mengisahkan masa bahagianya ketika masih bersama suaminya, Herdi Simanjuntak. Dan 42 tahun lalu, Ross Siadari ditinggal suami tercinta untuk selam-lamanya. Hingga sekarang nenek tujuh cucu dari satu anak perempuan itu tetap hidup menjanda.

Kehidupan sebagi artis Batak di ibu kota, katanya, sangat memprihatinkan. Satu kali rekaman–satu volume–Ros mengaku hanya dihargai kurang lebih Rp5 juta. Selebihnya, yang namanya royalti atau komisi dari penjualan rekaman lagu-lagu ciptaannya, dia mengaku tak pernah benar-benar dirasakannya.

Melihat beratnya cobaan hidup di ibu kota, membuat Ross tak betah bertahan lebih lama. Akhirnya, tahun 2006 Ross memutuskan kembali ke Kota Siantar, mengikuti adiknya Uli Siadari, yang sudah kembali lebih awal dan bekerja di Badan Pengelola Perparkiran (BPP) Kota Siantar sebagai tenaga honorer.

Kembali ditanya tentang peluang untuk mendapatkan haknya dari royalti? Ross hanya tesenyum. “Mendengar laguku dinyanyikan orang saja, aku sudah sangat bahagia. Bagiku, tak ada yang lebih bahagia dari itu semua,” katanya.

Juru Parkir

Mungkin kita membayangkan, sekarang ini si vokalis Saragih Sister dan pencipta lagu Batak itu sedang menjalani hari tuanya hidup berkecukupan. Seperti kehidupan artis-artis top ibu kota kebanyakan.

Kejayaan Ross Siadari yang dulu, tidak lagi sama dengan Ross Siadari yang dijumpai Mistar di rumah tinggalnya, Kamis (24/10/19).

Bedanya sekarang, kini dia tak lagi memakai stelan gemerlap seperti masa-masa di dunia entertainment saat melakoni peran sebagai penyanyi tenar.

Dua tahun lalu pun, Ross sempat lama mengenakan topi pet dan pakaian seragam parkir di Badan Pengelola Perparkiran (BPP) Kota Pematangsiantar.

“Saya sudah dua tahun berhenti jadi jukir (juru parkir). Yang parkir sekarang adik saya Uli Siadari. Itu pun hanya jadi anggota biasa, mereka memarkir di belakang Pajak Horas,” katanya.

Sekarang Ross Siadari lebih banyak menjalani hari tuanya di rumah bersama adiknya.(herman/hm01)

Related Articles

Latest Articles