7.5 C
New York
Friday, March 29, 2024

Relawan Bencana Siantar Dimaksimalkan, BPBD Sumut: Bencana Adalah Urusan Bersama

Siantar | MISTAR.ID – Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Sumatera Utara (BPBD Sumut) bekerja sama dengan BPBD Kota Pematangsiantar menggelar kegiatan pengembangan kapasitas relawan Penanggulangan Bencana.

Kegiatan tersebut bertujuan agar kesiap-siagaan para relawan lebih maksimal lagi dalam upaya penanggulangan bencana. Kegiatan tersebut digelar selama 2 hari, Senin (18/11/19) dan Selasa (19/11/19), di Convention Hall Siantar Hotel Kota Pematangsiantar.

Pelaksanaannya dihadiri puluhan relawan bencana dari berbagai lembaga, Kepala Pelaksana BPBD Kota Pematangsiantar Midian Sianturi, Kasubdit Peran organisasi BNPB Provsu Wartono, Kabid BPBD Provsu Gelora Viva Sinulingga.

Kepala BPBD Sumut, Riadil Akhir Lubis dalam sambutannya menegaskan bahwa penanggulangan bencana sangat membutuhkan kerja sama antara pemerintah, masyarakat dan dunia usaha. Salah satu unsur masyarakat dalam penanggulangan bencana adalah relawan.

“Bencana adalah urusan bersama, bukan hanya sekadar jargon, melainkan wujud keterpaduan antara pemerintah, masyarakat dan dunia usaha. Tanpa adanya kerja sama, ini mustahil bencana dapat ditangani secara cepat, tepat dan manusiawi,” tuturnya sebelum membuka kegiatan.

“Potensi relawan dapat tumbuh dari masyarakat korban itu sendiri atau survivor dapat pula berasal dari masyarakat yang peduli terhadap bencana atau volunteer,” sambung Riadil yang menyebutkan BPBD Sumut memiliki relawan sebagai mitra dalam penanggulangan bencana pada kabupaten/kota di Sumut.

“Para relawan berasal dari unsur Ormas/OKP, LSM, organisasi keagamaan, perguruan tinggi, pecinta alam, rumah sakit dan organisasi profesi,” ujar Riadil yang meminta para narasumber, pelatih maupun peserta dapat bekerja sama dalam proses pembelajaran pada pembekalan keterampilan di acara itu.

Kasubdit Peran Organisasi Masyarakat/Bidang Pencegahan BNPB, Wartono menjelaskan, bahwa Indonesia rawan bencana karena diapit tiga lempeng, yakni lempeng Pasific, lempeng Eropa dan lempeng Asia. Sehingga Indonesia memiliki potensi bencana besar seperti tsunami, gunung meletus dan gempa bumi.

Sesuai hasil data BNPB tahun 2018, ada 2.572 kejadian di Indonesia. Kalau dirata-ratakan, setiap hari terjadi lima kejadian. Sementara itu di tahun 2019 ada 3.271 bencana di Indonesia. Bencana yang terjadi ada tsunami dan longsor.

“Kejadian bencana ditahun 2019 lebih meningkat. Namun jumlah korban menurun dibandingkan pada tahun 2018. Relawan penanggulangan bencana harus memiliki kemampuan, kepedulian dan kualitas yang tinggi dalam penanggulangan bencana,” ujarnya.

Sementara itu Kabid BPBD Provsu Gelora Viva berharap agar para relawan penanggulangan bencana di Sumutera Utara dapat lebih meningkatkan kemampuan dan kepedulian kepada sesama pada saat peristiwa dan pasca peristiwa.

“Semoga kegiatan pengembangan kapasitas relawan penanggulangan bencana memberikan manfaat banyak bagi relawan,” ujarnya.

Pelaksana Kepala BPBD Kota Pematangsiantar Midian Sianturi menjelaskan bahwa terjadinya bencana dapat menimbulkan dampak kepada manusia yakni korban luka, menderita di pengungsian, kerusakan rumah, rusaknya infrastruktur. Ada beberapa bencana dan jenisnya, yakni bencana alam, bencana non alam dan bencana sosial.

“Ada beberapa bencana yang harus kita ketahui yakni bencana alam, bencana non alam, bencana sosial. Bencana alam yakni bencana yang di akibat oleh alam, misalnya banjir, gempa, dan lainnya. Bencana non alam yakni seperti tenggelam KM Sinar Bangun, dan bencana sosial yakni seperti kejadian di Wamena,” ujarnya.

Secara keseluruhan, kata Midian, karakteristik bencana di Indonesia dipengaruhi posisi geologis, dimana wilayah Indonesia pertemuan tiga lempeng tektonik besar.

“Indonesia salah satu negara rawan bencana serta memiliki jenis bencana yakni tsunami, gempa bumi, letusan gunung berapi, epidemi dan wabah penyakit, kegagalan teknologi dan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla),” tuturnya.

Untuk Kota Pematangsiantar, kata Midian, dilintasi empat sungai utama dengan debit air yang besar, yakni Sungai Bah Bolon, Bah Hapal, Bah Sigulang-gulang dan Bah Sibarambang.

“Karena itu kota Pematangsiantar rentan terhadap bencana longsor dan banjir kiriman,” tandasnya.(hm02)

Penulis : Ferry Napitupulu

Editor : Herman Maris

Related Articles

Latest Articles