6.6 C
New York
Friday, March 29, 2024

Produk Rumah Eco-HKI Dikirim ke Mancanegara

PEMATANGSIANTAR – MISTAR.ID – Rumah Eco-HKI di Kantor Pusat Huria Kristen Indonesia (HKI) Jalan Melanthon Siregar, Kota Pematangsiantar, fokus membawa konsep ramah lingkungan, budaya dan wirausaha, hingga akhirnya sukses mengirimkan barang-barang mereka hingga ke mancanegara.

Kisah rumah Eco-HKI diawali dari ide yang muncul saat kegiatan Pendalaman Alkitab kaum perempuan HKI, yaitu memuji Tuhan dengan talenta yang ada, dan menjaga lingkungan. Seperti disampaikan Project Coordinator Eco Theologi HKI, Pdt Ramayanti Simorangkir STh MA.

“Ada kisah dibalik Eco-HKI ini, kisahnya itu, tahun yang lalu para perempuan HKI berkumpul. Saat pendalaman alkitab, mereka bilang, memuji Tuhan itu bukan hanya dengan nyanyian, bukan hanya melalui koor. Kita memuji Tuhan melalui apa yang kita miliki, termasuk talenta,” tutur Ramayanti saat ditanya mengenai Rumah Eco-HKI, pada Kamis (24/10/19).

“Lalu kemudian, ada ibu yang bilang, aku punya talenta, kulihat di kantor ada mesin jahit, bisa kita pakai itu untuk pelayanan,” sambung Ramayanti setengah menirukan ucapan seorang jemaat perempuan di dalam kegiatan Pendalaman Alkitab kala itu.

“Waktu itu kita tak punya dana untuk membayar tenaga pelatih. Tapi kami tetap memulainya dengan apa yang ada di kita. Kegiatannya dimulai ibu-ibu yang mau melayani Tuhan, mereka menjahit keset kaki dari barang-barang daur ulang. Keuntungannya dipakai untuk pelayanan,” ungkapnya.

Dari situ, kata Ramayanti, mereka terinspirasi untuk membuat pelatihan menjahit satu kali dalam setahun. Yang sudah bisa menjahit setelah mengikuti pelatihan selama 4 bulan, membuat produksi yang bahannya dari barang bekas seperti kain ulos yang sudah koyak termasuk yang digigiti tikus.

“Kami duduk bersama lagi, apa yang bisa kita capai dalam pelayanan, apa visi dan misi kita. Waktu itu saya cerita tentang SDGs, Suistanable Development Goals, tentang program dunia 2030 bagaimana memelihara alam ini. Lalu kemudian tentang ayat alkitab juga, bahwa memelihara alam ini adalah bagian tugas dan tanggungjawab kita,” tukasnya.

Sehingga di BLK (Balai Latihan Kerja) HKI itu, fokus kepada training daur ulang. Lalu bagaimana mengubah ulos bekas menjadi barang baru yang layak jual, kata Ramayanti, pihaknya bekerja sama juga dengan perempuan dari gereja lain. Dan bahkan dari agama lain, yaitu muslim.

“Kami ajarkan mereka bagaimana membuat daur ulang ini. Karena kita tahu bahwa bicara alam, bukan bicara satu agama tertentu, kita bicara mengenai bumi kita. Mereka memproduksi dan memproduksi, kami kurang di pemasaran. Tercetuslah untuk membuat satu galeri untuk menampung barang, sekaligus menjual, yaitu rumah Eco-HKI,” ujarnya.

“Kemudian, karena kita punya tim yang mengelola rumah Eco-HKI, namanya tim Ecologi, datang dari LWF Jenewa (Swiss), mereka tertarik untuk membantu kita mengadakan rumah Eco-HKI ini. Jadi (rumah Eco-HKI) ini, dulunya gedung lama yang tidak terpakai, kita renovasi dengan konsep furniturenya yang juga menggunakan barang-barang bekas,” cecarnya.

Konsep rumah Eco-HKI ini, ditegaskan Ramayanti, adalah ramah lingkungan, membantu ekonomi, budaya dan wira usaha. Dari gereja lain, ada juga yang tertarik menitipkan barang-barangnya di rumah Eco-HKI. Karena memang, tamu yang datang, bukan hanya dari sekitar saja.

“Dari pemerintah dan dari luar negeri juga datang kemari, dari Malaysia, Ruanda, mereka minta dikirimin,” ujar Ramayanti yang akan berupaya menjajaki penjualan secara online, dengan membuat pelatihan pemasaran secara online.

Selanjutnya, kata Ramayanti, untuk menghindari ketergantungan dana dari satu lembaga tertentu, pihaknya mengkombinasikan galeri rumah Eco-HKI dengan kopi dan makanan serta minuman lainnya yang ramah lingkungan.

“Jadi disini kita, selain menjajakan hasil karya jemaat, hasil karya gereja lainnya, kita juga menjajakan kopi, minuman dan makanan yang ramah lingkungan. Jadi, keuntungan itu dibuat menutupi gaji tim yang mengelola rumah Eco-HKI,” tandasnya.

Penulis : ferry

Editor : maris

Related Articles

Latest Articles