10.6 C
New York
Friday, April 26, 2024

Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Covid-19 di Siantar, Guru Dituntut Kreatif

Pematangsiantar, MISTAR.ID

Dalam pembelajaran daring yang dilakukan di tengah pandemi Covid-19 ini, para guru pengajar dituntut harus lebih aktif dan kreatif berinovasi untuk membuat metode-metode pembelajaran secara daring.

Hal itu disampaikan Kepala Sekolah SMP Negeri 6 Kota Pematangsiantar Henri Edwin Tampubolon ketika dikonfirmasi mengenai sistem penilaian terhadap para murid pada Ujian Akhir Semeter (UAS), di masa setelah dan sebelum pandemi Covid-19, Rabu (24/2/21).

“Sistem penilaiannya sama saja, ada kriteria penilain seperti raport bulanan, ujian tengah semester, dan kehadiran serta keaktifannya saat belajar. Demikian juga di masa pandemi, ada raport bulanan, ujian tengah semester dan kehadiran serta keaktifan siswa itu saat pembelajaran daring,” tuturnya.

Baca Juga:Hore! Subsidi Kuota Belajar Daring Cair Maret hingga Mei 2021

Henri yang juga merupakan Ketua Forum Guru Siantar (FGS) menyebutkan, perbedaan dalam pembelajaran daring adalah selain siswa yang harus aktif, guru juga dituntut lebih aktif dan kreatif dalam berinovasi.

“Di pembelajaran daring, guru dituntut lebih aktif dan kreatif,” ujarnya. Saat ditanya mengenai informasi yang menyebutkan adanya siswa yang diberi nilai nol, Henri mengatakan, tidak mungkin.

“Kalau masih aktifnya siswa itu mengikuti pembelajaran daring, mana ada itu. Karena guru memiliki nilai Kinerja Keaktifan Minimum (KKM), kalau siswa itu tidak aktif ikut pembelajaran daring, gurunya kita minta jemput bola mempertanyakan itu kepada siswa yang tak aktif,” jelasnya.

Baca Juga:Kelamaan Belajar Daring Siswa SD Mengalami Kerusakan Mata di Medan, Sang Ayah Butuh Uluran Tangan

Masih kata Henri, bila siswa itu tidak mengikuti pembelajaran daring karena androidnya tidak ada, maka ada pembelajaran secara luring. “Siswa itu bisa menjemput bahan pelajaran atau PR (Pekerjaan Rumah) ke sekolah bersama dengan orangtuanya. Nah kalau secara luring pengetahuannya tetap masih kurang, siswa itu akan dipanggil ke sekolah untuk remedial,” ujarnya.

Dengan KKM ini, kata Henri, guru tidak mungkin memberikan nilai nol kepada muridnya karena masing-masing guru tiap mata pelajaran itu membuat nilai KKM.

“KKM ini mengantisipasi siswa yang dianggap masing kurang pengetahuannya. Misalnya kalau nilai KKM-nya ditetapkan 7, kalau siswa itu aktif mengikuti pembelajaran daring, itu nilainya minimal 7, tidak mungkin nol,” bebernya.(ferry/hm10)

Related Articles

Latest Articles