5.4 C
New York
Friday, March 29, 2024

Pasca Kenaikan Tarif, Pendapat Diver Ojol Siantar Terus Terpuruk

Pematangsiantar | Mistar – Minimnya lapangan kerja dan banyaknya tingkat pemburu kerja di Pematangsiantar, membuat orang berbondong-bondong menjadi driver ojek online (Ojol). Profesi yang satu ini, semula sangat banyak peminatnya, bahkan hampir setiap hari bertambah.

Tapi belakangan, pasca tarif Ojol dinaikkan pemerintah, pendapatan para driver Ojol semakin terpuruk, dan jalan raya pun terlihat sepi.

Seorang ketua di satu perkumpulan driver Ojol Pematangsiantar, Mulyadi Simanjuntak mengatakan, semenjak kenaikan tarif penumpang diberlakukan, penghasilan mereka setiap hari berkurang.

Sebelumnya tarif hanya Rp4000 tapi sekarang naik menjadi Rp9000.
Sama halnya dengan Eko, Driver Ojol ini mengeluhkan hal yang sama soal dampak kenaikan tarif tersebut.

Selain merugikan para pengemudi Ojol, katanya, juga sangat merugikan konsumen yang sangat membutuhkan jasa transportasi itu.

Tadinya, kata dia banyak anak sekolah yang jadi langganannya, para pelajar itu katanya mengejar waktu agar tidak terlambat ke sekolah. Tapi sekarang, langganannya itu sudah tidak pernah lagi memesan melalui online.

“Setiap konsumen yang saya bawa selalu bertanya atas kenaikan tarif, kok bisa naik gitu. Ternyata para konsumen menduga bahwa driver yang naikin tarif,” katanya kesal.
Biasanya jika dia mulai pekerjaannya pada pagi hari,terutama di jam anak sekolah dan orang kantoran beraktifitas, pada siang hari dia sudah bisa mengantongi bonus yang telah disediakan salah satu pihak Ojol, karena dianggap memenuhi syarat atau ketentuan dari banyaknya orderan yang dia dapat.

Romauli Pasaribu seorang pelanggan Ojol mengeluhkan kenaikan tarif itu. Biasanya kata dia, setiap hari menggunakan Ojol dari jalan Tozai Lama menuju kampusnya Universitas HKBP Nomensen di Jalan Sangnawaluh, jaraknya sekitar 3 km.

Sebelum ada kenaikan tarif, wanita berusia 20 tahun itu hanya perlu membayar Rp9.000 saja. Tapi sekarang dia harus bayar hingga Rp14.000.

Demikian juga Yudha Damanik. Pelajar di SMA 6 ini hampir setiap hari menggunakan Ojol. Seperti berangkat sekolah atau ke tempat bimbingan belajar.

“Biasanya saya naik Ojol cuma Rp4.000, tapi sekarang menjadi Rp9.000. Masalahnya ibu di rumah tidak mau menambah uang jajan saya. Jadinya saya beralih ke angkot aja,” katanya.
Kenaikan tarif ini berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan (Kepmenhub) No: KP 348 tahun 2019 tentang Pedoman Perhitungan Biaya Jasa Penggunaan Sepeda Motor.
Keputusan ini menurut para pengemudi Ojol itu sangat merugikan mereka, dan juga konsumennya.

Untuk bagian Sumatra, termasuk Sumatera Utara kata mereka, masih belum cocok untuk menyesuaikan tarif dengan kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya dan lainnya, dengan penyesuaian tarif, yakni tarif bawah Rp1.850/km dan batas atas Rp2.300/km.

Disisi lain, Ahmad driver Ojol yang beda bendera dengan Eko, mengatakan kalau driver sekarang sudah mulai berfikir untuk beralih ke pekerjaan lain. Dia membuka usaha makanan ringan bersama temannya yang merupakan driver Ojol juga.

” Saya harus bayar uang kuliah dan juga membiayai adik – adik dirumah,karena saya yang menjadi tulang punggung keluarga menggantikan almarhum bapak. Teman saya juga begitu. Selain untuk bayar cicilan sepeda motor, juga untuk membayar biaya kuliah yang akan mendekati akhir tahun atau semester,” katanya.

Para driver pun berharap agar tarif Ojol bisa kembali standar semula, seperti pada sebelumnya. Menurut para Ojol, jika memang mau dinaikkan tapi jangan terlalu banyak. Selain itu Menteri Perhubungan bisa memberikan kebijakan dari per daerah. Karena kondisi dan lokasi Pematangsiantar berbeda dengan Jakarta.(yetty/hm02)

Related Articles

Latest Articles