12.9 C
New York
Wednesday, April 24, 2024

Kisah Septian Wansa, Pedagang Cilok Keliling yang Sukses Hingga Bisa Beli Mobil

Pematangsiantar, MISTAR.ID

Sukses di dunia usaha telah menjadi kenyataan bagi Septian Wansa. Pria berusia 29 tahun itu kini bisa dibilang sebagai juragan cilok. Pria asli kelahiran Pematangsiantar ini mengaku dari jualan cilok inilah, akhirnya ia bersama istri, bisa bangkit lagi menata kehidupan perekonomian mereka yang sempat jatuh terpuruk. Ditambah lagi Covid-19 yang mewabah di seluruh dunia, termasuk kota Pematangsiantar.

Salah satu cara untuk meraih kesuksesan dalam berbisnis adalah harus bisa berani mencoba apapun itu menciptakan pasar. Prinsip inilah yang dipegang oleh Septian Wansa dalam menjalani kariernya sebagai wirausaha dan mengantarkannya menikmati kesuksesan seperti sekarang ini.

Dia berkisah pada Mistar, ia pernah merintis usaha sebagai supir angkutan umum beberapa tahun lalu, namun bangkrut. Sebab, penumpang sepi sejak masuknya transportasi ojek online. Kemudian, Covid-19 mulai mewabah sampai sekarang. Ia pun memutuskan menjadi pedagang cilok keliling.

Baca Juga:Karakteristik Paling Unik dari Orang Sukses

“Saya tidak tahu mau kerja apa lagi. Lalu, saya berkenalan dengan seorang pebisnis cilok juga yang berasal dari Bandung, Jawa Barat. Saya pun berupaya bangkit mulai lagi dari bawah dengan coba-coba berjualan cilok,” ucapnya, Sabtu (6/2/21).

Dia menuturkan, ide itu datang begitu saja. Tantangan tak pernah berkurang. Tapi Septian pantang menyerah. Ia terinspirasi membuat usaha camilan yang sudah populer di masyarakat. Bermodal tekad dan kerja keras, sedikit demi sedikit usahanya ternyata berkembang.

Cilok dikenal sebagai makanan rakyat khas Jawa Barat. Dari camilan berbahan dasar tepung tapioka (sagu), bentuknya bulat seperti bakso, dan kenyal saat disantap, mengantarkannya punya 3 gerobak cilok yang beroperasi di sekitar kota.

Baca Juga:Kunci Meraih Kesuksesan Dalam Berkarir

“Alhamdulillah, saat ini saya sedang mencicil mobil angkot. Mudah-mudahan bisa lancar sampai selesai tahun depan,” ungkapnya dengan ramah.

Berjualan cilok merupakan pekerjaan yang dilarang oleh ayahnya. Setelah lulus sekolah kesehatan di salah satu Perguruan Tinggi di Medan, ia memilih berusaha sendiri tanpa campur tangan ayahnya. Septian disuruh meneruskan usaha yang cukup lumayan besar milik keluarganya.

Tak main-main karena kegigihan dia selama berjualan cilok, Septian kerap mendapatkan penghasilan yang tinggi. Omzetnya dalam sehari saja bisa mencapai jutaan dalam sehari. Jumlah tersebut semakin tinggi jika menjelang akhir pekan atau hari raya keagamaan.
Dalam sehari untuk satu gerobak cilok, ia selalu menghabiskan cilok sebanyak 500-700 butir. Harga yang ditawarkan Rp500 setiap butirnya. Bahkan akhir pekan bisa 1.500 hingga 2.000 butir. Pada momen hari besar nasional atau keagamaan bisa terjual hingga 3.000-5.000 butir.

Baca Juga:Menhub: Saya Tidak Menyerah, Saya Selalu Berusaha

“Walaupun usaha tersebut membuat kehidupan kami menjadi berubah 180 derajat, dan sudah mampu membeli rumah sendiri, tapi kami lebih senang tinggal di kontrakan sekarang ini. Karyawan saya juga disitu tinggalnya. Biar jadi investasi aja tanah yang sudah kami beli,” jelas dia seraya menunjukkan alamat kontrakannya di Jalan RPKAD, arah Jalan Kartini.

Bagi ayah dua anak itu, kunci penting untuk sukses di dunia bisnis adalah tekad kuat, berani, dan jujur. Tidak perlu malu untuk memulai usaha apapun itu, jangan pantang menyerah. Meski sukses berjualan cilok, Septian berharap anak-anaknya bisa lebih sukses darinya. (yetty/hm12)

Related Articles

Latest Articles