8.7 C
New York
Sunday, April 21, 2024

Kisah Pilu Ibu Penjual Pecal Gang Demak, Mereka Terlanjur Kena Stigma

Memasuki Gang Demak di Jalan Singosari, Kelurahan Martoba, Kecamatan Siantar Utara, suasana terasa lengang. Warga yang mayoritas menggantungkan hidupnya dari berjualan makanan tidak menunjukkan geliatnya seperti hari biasa.

Beberapa steling tempat makanan dan kereta sorong terlihat kosong melompong, bahkan ditutupi oleh terpal. Aktivitas berjualan jajanan makanan pun nyaris berhenti total.

Situasi ini semakin terasa setelah kampung ini mendadak dibicarakan warga Siantar setelah salah seorang warganya yang dikenal sebagai Ibu Penjual Pecal disebut-sebut terpapar virus corona.

Meskipun empat hari lalu hasil rapit test telah dilakukan Dinas Kesehatan Pematangsiantar dan menyatakan semua warga Gg Demak negatif, atau bersih dari Covid-19, namun dampak informasi yang simpang-siur, membuat warga setempat menjadi korban.

Mereka adalah warga yang tinggal dekat dengan pasien yang diduga positif covid-19 yang diumumkan Tim Gugus Pengendalian Covid-19 Kota Pematangsiantar Senin lalu.

Namun hasil rapid test ini tak menghapus stigma bagi suami dan anak-anak si Ibu Penjual Pecal, serta para tetangganya. Informasi yang tak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya, terlanjur disebar oknum-oknum yang tak bertanggungjawab di media sosial (medsos).

Ada rasa sesak dan tekanan yang tak terkira menghimpit bathin suami dan anak-anak ibu Si Penjual Pecal akibat informasi yang tak jelas tersebut.

“Ibu sudah sembuh, saat ini ibu sedang dirawat di Rumah Sakit Adam Malik. Tiga hari setelah dirujuk ke rumah sakit, ibu sudah sehat,” ujar Juni, anak bungsu dari ibu si Ibu Penjual Pecal yang menurut tim gugus tugas, terkonfirmasi positif Covid.

Juni yang duduk dekat dengan ayahnya saat Mistar menyambangi kediaman mereka kemarin, mengungkapkan, mereka tidak bisa lagi berjualan akibat persoalan ini.

Mereka terlanjur dicap bervirus, walaupun hasil rapit test sebanyak dua kali, mereka dinyatakan negatif. Juni didampingi ayahnya menceritakan perihal sakit yang diderita ibunya. Waktu itu ibunya memang demam tinggi dan batuk.

Oleh Rumah Sakit Tiara, ibunya langsung dirujuk ke Rumah Sakit Djasamen Saragih Pematangsiantar. Namun karena penuh, langsung dibawa ke Rumah Sakit Adam Malik, Medan.

Padahal menurut Juni, jauh hari sebelumnya, sang ibu memang sering batuk. Ibunya memang menderita diabetes.

“Kami hanya dikabari dinas kesehatan melalui telepon, tidak ada berkas apa pun yang kami terima yang menyatakan ibu kami positif (Corona),” ujar Juni pasrah.

Sementara yang mengherankan menurut mereka, dokter di Rumah Sakit Adam Malik Medan mengatakan hasilnya belum ada.

“Ada rekamannya, katanya dokter di Adam Malik bilang belum keluar hasilnya. Karena katanya pemeriksaannya dikirim ke Jakarta, dan disana banyak yang diperiksa, jadi butuh proses,” ujar Juni diaminkan suaminya.

“Makanya bingung, disini gempar, kok dinyatakan sudah positif? Padahal sama sekali kami belum menerima hasil apapun. Mau dari dinas kesehatan, mau dari Medan sana, belum ada yang menyatakan kalau mamak itu positif. Apapun tidak ada kami terima, kertas sekecil apapun surat itu belum ada sama sekali,” ujar menantu ibu pedagang keliling tersebut.

“Ini mungkin musibah buat kami, kami sudah pasrah dengan apa yang dibilang orang. Yang terpenting istri saya kini sudah sembuh,” sambung ayahnya.

Pria ini merasa, dengan kasus yang menimpa istrinya, membuat dia tidak nyaman dengan tetangga, karena tetangga juga terdampak, baik sosial maupun ekonomi.

Pria itu terlihat sudah lelah, ia hanya ingin pemberitaan tentang Covid di Gang Demak segera berakhir karena sangat berdampak pada pencaharian semua warga di sana.

Perasaan tertekan kian bertambah bagi keluarga ini sejak adanya pemberitaan agar mereka yang pernah beli pecal dai si ibu untuk memeriksakan kesehatannya.

“Tempat jualan dicemarkan, diumumkan itu siapa yang sudah pernah beli mulai tanggal 12 bulan 3, disuruh melapor ke gugus untuk diperiksa kesehatannya,” ujar Juni lagi.

Mereka juga sangat menyayangkan foto ibunya yang beredar di media sosial pasca dinyatakan positif Covid-19 hasil swab. Imbas ini juga dirasakan oleh masyarakat sekitar. Masyarakat di seputar Gang Demak ini umumnya berjualan makanan yang dijajakan secara keliling di berbagai tempat di Kota Pematangsiantar. Mulai dari gorengan, mie, pecal dan juga dagangan lainnya.

“Sudah hampir seminggu ini kami tidak berjualan, nyaris kami tidak lagi berpenghasilan. Semua orang sudah mencap kampung kami,” ujar Sri wahyuni didampingi warga lainnya saat belanja di warung.

Mereka meminta pemerintah segera mengumumkan kepada masyarakat, jika kampung mereka bersih dari Covid-19. “Kami semua warga Gang Demak sudah diperiksa rapit test, bahkan anak bayi pun dicucuk jarinya dan tidak ada terkena Covid,” ujar Sri.

Warga berharap pemerintah segera memberikan solusi kepada warga Gang Demak. Karena dampak dari informasi secara terbuka mengakibatkan warga tidak bisa lagi mencari makan. Terdampak secara pshikologis, sosial dan ekonomi.

Saat ini, pasca diumumkan ada korban Covid-19 di Gang Demak, tidak ada bantuan yang diberikan kepada masyarakat sekitar. Mereka juga sudah pernah mengusulkan kepada istri lurah, namun belum ada bantuan yang turun.

Kontroversi terkait surat keterangan yang hingga kini belum diterima oleh keluarga ditanggapi Kepala Dinas Kesehatan Pematangsiantar, dr Ronald Saragih mengatakan, hasil laboratorium swab hanya diberikan setelah pasien menjalaniperawatan di Rumah Sakit Adam Malik, Medan.

Penulis: Rika/Billi/Ferri
Editor: Luhut Simanjuntak

Related Articles

Latest Articles