9.1 C
New York
Friday, March 29, 2024

Kenaikan Harga Kedelai Dilema bagi Pengrajin Tempe

Pematangsiantar, MISTAR.ID
Harga kacang kedelai sebagai bahan dasar pembuatan tempe terus mengalami kenaikan. Di Kota Pematangsiantar, kenaikan harga kacang kedelai sudah terjadi sejak masa pandemi Covid-19. Namun pada bulan Agustus hingga saat ini kenaikan cukup signifikan.

Salah seorang pengrajin tempe di Jalan Seram mengakui kenaikan harga kedelai cukup dirasakan. Pada bulan Agustus lalu harga kedelai sudah mulai naik dari Rp6 ribu menjadi Rp7 ribu per kilo. Setelah itu kenaikan masih terus menanjak hingga terakhir Rp9.200, per kilo. Kenaikan yang terus merangkak secara perlahan ini telah membuat pengrajin harus mengurangi komposisi tempe, sehingga harga persatuannya tidak mengalami kenaikan.

“Kita sudah berusaha mengurangi komposisi sebelumnya, nah sekarang harga kedelai naik lagi, kita bingung mau bagaimana, kemungkinan akan menaikan harga, agar biaya operasional tertutupi,” ujar Yani.

Baca juga: Ini Penyebab Naiknya Harga Kedelai yang Bikin Perajin Tempe Mogok

Tapi biasanya menurut Yani, jika terjadi kenaikan harga maka minat beli menurun, dan itu berpengaruh pada produksi mereka.

Hal yang sama juga dirasakan Juliadi, pengrajin tempe di Jalan Melanton. Bila dihitung dari kebutuhan mereka memproduksi tempe perhari sebanyak 30 kg, maka kenaikan yang mereka alami kurang lebih Rp30 ribu perkarungnya. Kenaikan ini jelas sangat terasa bagi mereka. Ia mengakui pengurangan produksi tempe sudah dirasakan sejak pandemi Covid-19. Hal ini disebabkan turunnya minat beli tempe. Ini ditambah lagi kenaikan harga kedelai, kemungkinan mereka akan menaikan harga tempe.

Baca juga: Harga Kedelai Naik, Pedagang Tempe dan Tahu Mengeluh

“Mau bagaimana lagi, penurunan pembeli sudah dirasakan. Ini kedelai naik lagi, nggak tahu bagaimana,” ujar Juliadi pasrah.

Juliadi mengaku, saat ini mereka tengah dilema, bingung mau menaikan harga tempe. Saat ini saja konsumen mereka sudah banyak yang mengeluh karena komposisi tempe mulai dikurangi.

“Penjualan kami sudah berkurang karena banyak pembeli yang komplain karena tempe semakin kecil dan tipis. Sementara harga sangat susah untuk dinaikan,” tambah Juliadi.

Berbeda dengan pengrajin di Jawa, menurut Juliadi pengrajin di Pematangsiantar tidak memiliki organisasi untuk sama-sama bersuara, setidaknya untuk menaikan harga secara serentak.

Di Pasar Dwi Kora Pematangsiantar, meski terjadi kenaikan harga kedelai namun belum terlihat dampaknya terhadap harga tempe. Untuk tempe yang ukuran kecil masih bisa dipatok Rp1 ribu per potong, yang sedang Rp2 dan yang besar Rp3 ribu.

“Kalau ukurannya mulai dikurangi sudah lama terasa, agak tipis,” ujar ibu safta, salah seorang warga yang berbelanja.

Saat ini, kenaikan harga kedelai belum begitu dirasakan konsumen, termasuk penjual gorengan. Harga penjualan gorengan tempe belum ada kenaikan maupun pengurangan ukuran. (Rika/hm07 )

Related Articles

Latest Articles