15.9 C
New York
Tuesday, April 16, 2024

Keberagaman yang Indah di Flash Mob, Totor Sombah Didominasi Penari Pujakesuma dan Toba

Siantar | Mistar – Sebanyak 70 penari yang tergabung dari pelajar SD Negeri 122370, SMP Negeri 4, dan penari dari sanggar budaya Rayantara, secara bersama menggelar tari Tortor Sombah di parkiran Dinas Pariwisata Jalan Merdeka, Kota Pematangsiantar, Minggu (20/10/19).
Gerakan indah para penari itu diinisiasi beberapa seniman Simalungun, diantaranya dari sanggar budaya Rayantara asuhan ompung Raminah Garingging, merupakan bentuk perayaan penetapan Tortor Sombah sebagai warisan tak benda oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2019.
Pentas seni ini juga merupakan gerakan estafet dalam mewujudkan keberagaman, dalam melestarikan budaya daerah.
Namun menjadi sangat unik, karena para penari yang membawakan Tortor Sombah di flash mob justru lebih didominasi etnik putra jawa kelahiran Sumatera (Pujakesuma) dan dari Toba.
Sultan Saragih sebagai salah satu inisiasi kegiatan, mengajui, bahwa flash mob yang digelar menjadi sangat unik dan sangat menarik karena didominasi warga yang bukan etnik Simalungun.
“Ini sembilanpuluh persen penarinya berasal dari Pujakesuma dan Toba,” ujarnya bangga.
Hal ini lanjutnya, sebagai satu bukti, bahwa Kota Pematangsiantar dan Kabupaten Simalungun adalah daerah yang paling toleran di Indonesia, dimana satu sama lain membaur dalam kebhinnekaan, membangun kebersamaan, tanpa membeda-bedakan.
Dengan ditetapkannya Tortor Sombah sebagai warisan tak benda oleh kementerian, ujar Sultan, mendapat respon positif dari masyarakat, dan sangat mengapresiasi Tortor Sombah sebagai ikon tortor Simalungun.
Sultan Saragih juga menyampaikan rasa terimakasihnya kepada pemerintah pusat atas pengakuan yang diberikan terhadap warisan budaya Simalungun itu.
“Ini menjadi catatan penting dalam sejarah Simalungun, karena setelah penetapan Gotong tahun 2018, menyusul kemudian Tortor Sombah sebagai ikon tortor Simalungun,” katanya.
Ditambahkannya, untuk kebudayaan Simalungun ada beberapa hal yang sedang diperjuangkan agar diakui pemerintah pusat, sebagai bagian dari budaya Simalungun yakni Dayok Binatur dan Hiou.
“Kedua ini masih tahap atau proses, dan sedang diusahakan oleh Pemkab Simalungun dan Pemprov Sumut,” tukasnya.
Sedangkan untuk Totor Sombah, katanya sudah ditetapkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai warisan budaya takbenda atau Itangibel Cultural Heritage (ICH) Indonesia tahun 2019.
Penetapan tarian asal Simalungun ini ditandai pemberian plakat oleh Menteri Dalam Negeri, Tjahjo Kumolo didampingi Menteri Pendididikan dan Kebudayaan, Prof.Dr.Mihajir Efendi kepada Gubernur Sumut diwakili Sekretaris Daerah Provinsi Sumut, Sabrina.(joe)

Related Articles

Latest Articles