Pematangsiantar, MISTAR.ID
Sejak merebaknya wabah korona di Indonesia termasuk Sumatera Utara, jahe menjadi salah satu rempah paling dicari. Namun kini jahe makin langka di pasar karena rempah satu ini dianggap mampu meningkatkan kekebalan tubuh sehingga mampu mengurangi dampak virus korona,
Pantauan Mistar di beberapa pasar tradisional di kota Pematangsiantar, untuk pembelian jahe untuk keperluan sehari-hari di rumah tangga masih bisa didapatkan, tetapi untuk pembelian jahe dalam partai besar memang sangat sulit pada saat ini.
Bernard Hutapea, adalah tengkulak jahe yang biasanya dalam seminggu bisa membeli jahe 2 ton untuk dijualnya kembali keluar kota, seperti Pekanbaru, Batam, Lampung, dan Bengkulu.
” Akhir-akhir ini sangat susah mendapatkan jahe. Padahal sebelumnya sangat gampang. Akibatnya para agen bermain harga pada kami, karena mereka tahu bahwa jahe yang kami beli tersebut akan dijual kembali,” ujarnya pada Mistar di kediamannya di Lorong Tujuh Pematangsiantar, Rabu (18/3/20).
Selain itu, sambung Bernard, para petani masih menahan untuk melakukan panen. Apalagi sudah mendekati bulan Ramadhan, kebutuhan dapur untuk membuat bumbu sangat dibutuhkan banyak orang biasanya.
“Terakhir sekali, kami dapat tawaran dari agen sebesar Rp30 ribu per kilogram, berapa lagi kami jual jika sudah mencapai seperti itu. Belum lagi biaya ini itu, untung pun bisa bisa hanya cukup makan saja,” ucapnya.
Dia juga bingung kenapa para petani menahan panen jahe, seharusnya pemerintah bisa turun tangan mulai dari sekarang. Apalagi lagi maraknya anggapan masyarakat terhadap jahe ampuh menangkal virus Korona.
“Kami yang berdagang jadi serba salah. Jika nanti kami ambil jahe tadi dengan harga seperti itu, kami takut pelanggan kami yang disana tidak ada yang mau ambil barang dengan kami jika harga jahe terpaksa kami naikan juga dengan harga lebih mahal dari harga yang semula. Kita lihat ajalah dulu situasi,” tutur Bernard.
Reporter: Yetti
Editor: Jelita
