6.5 C
New York
Wednesday, March 27, 2024

Harga Jahe Merah Mencapai Rp 70-80 Ribu Per Kg

Pematangsiantar, MISTAR.ID

Ditengarai mampu mengantisipasi virus korona, jahe merah laris manis di berbagai daerah di Indonesia termasuk Kota Pematangsiantar. Hingga kemarin, harga jahe merah mencapai harga Rp70-80 ribu per kg atau mengalami kenaikan harga hingga 70 persen.

Jahe merah atau juga sering disebut dengan jahe sunti merupakan salah satu jenis jahe dengan ciri bentuknya yang kecil, berwarna kemerahan, dan seratnya kasar. Jenis jahe ini memiliki rasa lebih pedas dengan aroma tajam. Jahe ini yang paling populer diantara semua jenis jahe di pasaran.

“Jahe merah ini sekarang jadi primadona, karena katanya bisa menangkal virus Korona, jadi banyak orang mencarinya. Harga jahe merah memang lebih mahal dari jahe biasa tapi sejak wabah korona, harga jahe ini naik 70%,” ujar M Marbun, pedagang rempah-rempah di Pasar Dwikora Pematangsiantar, Senin (9/3/20).

Marbun menambahkan, saat ini jahe dianggap sebagai obat herbal korona sehingga banyak banyak tengkulak dan agen langsung membeli ke petani lalu dijual keluar kota untuk mendapatkan keuntungan besar.

Seorang warga, Reza, pedagang bandrek di Jalan Rakkuta Sembiring membeli jahe untuk membuat minum bandrek dan wedang jahe. Pria ini mulai berjualan bandrek setiap harinya mulai pukul 18.00 WIB. Meski mengakui jahe merah lebih baik tapi harganya terlalu mahal.

“Setiap hari beli jahe untuk untuk bandrek 3-5 kg karena jahe adalah bahan utama. Tapi kami tidak pakai jahe merah, melainkan jahe lokal tapi harganya juga sudah naik Rp30-40 per kilogram,” katanya kepada Mistar.

Sementara itu, Bernard Hutapea (44), seorang agen jahe yang sudah memulai usahanya sejak 2010 lalu mengatakan memanfaatkan situasi sekarang, ada juga petani yang menahan masa panen menunggu harga makin tinggi.

“Harga di tingkat petani sudah mulai naik karena jahe makin banyak dicari sementara pasokan di pasar sudah makin berkurang. Satu sisi kan jahe Thailand yang bentuknya agak besar sudah mulai berkurang di pasaran. Jadi berkurangnya stok mungkin karena isu korona atau menunggu Ramadhan dan Lebaran,”jelasnya ketika ditemui di kediamannya Jalan Rakuta Sembiring kota Pematangsiantar.

Kata Bernard, jahe lokal yang ia peroleh berasal dari Porsea, Parapat, Saribudolok dan Raya, biasanya dari para petani langsung seharga Rp19 ribu per kilogram. Jahe lokal ini pun lebih banyak diminati masyarakat dari segi kwalitasnya, dimana jahe lokal itu lebih terasa wanginya dibandingkan jahe Thailand. Jika dibuat suatu perbandingan, maka satu banding setengah. Artinya, jika bumbu untuk masakan yang enak, satu kilo buat jahe Thailand, sedang jahe lokal hanya diperlukan setengah kilo saja.

“Selain itu jahe Thailand lebih cepat busuk karena kadar airnya banyak. Bentuknya besar namun rasanya kalah jauh dibanding jahe lokal,” katanya. Nantinya, jahe tersebut dijual kembali ke Pekanbaru, Batam, dan Bengkulu. Biasanya, satu ton dalam seminggu. Dia tak terlalu khawatir soal kenaikan harga karena petani langganannya mengutamakan stok barangnya.

“Untuk jahe merah, kami jarang menjualnya, karena tidak gampang mendapatkannya. Selain susah didapatkan, harganya juga mahal. Dan hanya beberapa saja pelanggan saya yang membutuhkannya,” ungkapnya.

Reporter: Yetti
Editor: Jelita

Related Articles

Latest Articles