7.8 C
New York
Friday, April 19, 2024

Harga Jahe Melambung, Begini Kata Konsumen

Pematangsiantar, MISTAR.ID – Harga jahe yang belakangan melonjak, membuat para pedagang berbahan baku rempah itu pusing tujuh keliling. Begitupun, para pedagang makanan dan minuman yang berbahan utama jahe, tetap saja menjalankan usahanya.

Pengakuan pedagang jahe di Pasar Parluasan dan Pasar Horas Kota Pematangsiantar, harga jahe sudah naik sejak sebulan lalu.

“Jahe biasa yang sebelumnya Rp15.000 per kilogram (kg), sekarang jadi Rp 25.000 bahkan mencapai Rp35.000 per kilogram,” kata pedagang.

Lonjakan harga jahe ini ternyata melemahkan tingkat transaksi dari pedagang besar ke pedagang kecil. Banyak pedagang tidak berani mengambil resiko membeli jahe dalam stok besar. Selain takut tidak laku dan membusuk, juga masih dikhawatirkan perubahan harga yang seketika berubah.

Lonjakan harga jahe ini akibat mulai langka, dan kelangkaan ini diperkirakan para pedagang disebabkan faktor cuaca, dan masa panen di beberapa tempat yang sudah usai.

Selain itu, jahe kata pedagang sekarang laris manis dijadikan berbagai produk makanan dan minuman herbal yang berkhasiat.

Bernard Hutapea (41), salah satu pedagang yang sudah berjualan jahe sampai keluar Provinsi, seperti Pekanbaru, Batam, Tanjungpinang, Dumai, saat ditemui di rumahnya, Sabtu (2/11/19), mengatakan kalau jahe ini mahal karena sudah saatnya.

“Masa panen pada petani sudah mulai berakhir, jadi pasokan untuk ke masyarakat berkurang. Pasti naiklah harganya. Biasanya kami mengambil langsung dari petani Porsea, Balige, Raya. Agar tidak terlalu banyak biaya yang keluar,” jawab Bernard.

Kalau penjualan kepada perusahaan, dia mengaku tidak berani. Sebab selain ada aturannya, pasokan ke sana juga tidak sedikit.

“Dulu pernah tergiur ajakan salah satu perusahaan jamu terkemuka di Indonesia. Tapi kutolak. Karena permintaan mereka banyak, sampai 30 ton, bahkan bisa lebih tiap minggu,” katanya.

Apabila pasokan terhenti dan tidak mampu memenuhi target yang ditentukan dalam perjanjian, maka bisa kena denda. Jadi dia lebih memilih bebas memasarkan jahennya.

Menurut Bernard, harga jahe sekarang sudah mulai turun, sebab pasokan jahe mulai terpenuhi dengan masuknya jahe import. Katanya jahe Thailand sudah masuk ke kota Pematangsiantar,

“Kalau harga tidak terlalu berbeda dengan jahe lokal. Kalau dari kami jahe lokal Rp23.000 per kilogram, kalau jahe Thailand itu Rp20.000 per kilogram. Yang membedakannya hanya kulitnya yang agak keputihan, terlihat pucat, jahe lokal kelam atau agak kasar warnanya. Dagingnya juga terlihat berbeda, jahe Thailand putih, karena banyak mengandung air, sedangkan jahe lokal agak kuning dan rasanya lebih menyengat walaupun dikonsumsi sedikit,” ujarnya.

Warni, seorang konsumen mengatakan, setiap hari harus membeli jahe untuk berjualan bandrek.

“Mahal atau tidak, porsi untuk membuat bandrek harus tetap. Karena menjaga kualitas dari rasa bandrek saya jual. Nanti takut pembeli kecewa rasanya berkurang,” jawabnya.

Warni tetap menjual, tapi lebih memilih menaikkan harga per gelasnya ketimbang mengurangi porsi jahenya. Hal ini dilakukan demi menjaga kualitas dan rasa gandreknya.(hm02)

Penulis: Yetty

Editor : Herman Maris

Related Articles

Latest Articles