15.4 C
New York
Wednesday, April 24, 2024

Diskusi Sineas Film di Harian Mistar, Film Sumut Berkembang, Filmmaker Masih Berbenah

Siantar | MISTAR.ID– Dalam sejarah perfilman, Sumatera Utara memiliki banyak nama besar yang sangat diperhitungkan di tingkat Nasional. Namun seiring perkembangannya, generasi itu kini masih belum memperlihatakan taringnya.

Padahal seiring kemajuan teknologi, saat ini perfilman Nasional mulai hangat mengangkat isu daerah di Sumatera Utara. Beberapa film, diantaranya Horas Amang, Toba Dreams, dan Naga Bonar Reborn.

Bicara tentang film bernuansa daerah Sumatera Utara, sejauh ini belum banyak memberi pengaruh sinematografi di Sumatera Utara.

Topik itu dibedah dalam diskusi perfilman Sumatera Utara di kantor Redaksi Harian MISTAR, Jum’at (15/11/19) dengan pengamat film dr.Daniel Irawan SpK dan sutrada/sineas film Onny Kresnawan.

Yang menyedihkan, filmmaker Sumatera Utara hanya menjadi penonton di kampung sendiri. Bukan hanya para pemain, tim produksi pun ditransfer dari Jakarta.

“Kita hanya menjadi penikmat dan bukan pelaku. Padahal, para sineas bisa mengambil kesempatan itu. Sayangnya, harus diakui SDM filmmaker kita belum diakui.” ujar dr Daniel.

Dr Daniel adalah pengamat film di Suamtera Utara, ketertarikannya mengamati perfilman Indonesia berawal dari banyaknya film yang mengetengahkan kisah kesehatan yang tidak sinkron dengan fakta kesehatan.

Dr Daniel yang juga pemilik Production House (PH) Magma Entertainmat di Jakarta. Kita katanya harus lapang mengakui, bahwa filmmaker di Sumatera Utara masih kalah bersaing dengan daerah Makasar dan Batam.

Pemikiran ini ia sampaikan dari hasil produksi film yang dikeluarkan kedua daerah tersebut. Makasar dan Batam telah mampu memproduksi film yang mampu memenuhi kebutuhan pasar.

Sudut pandang sineas film, Onny Kresnawan juga tidak memungkirinya, dan Makasar dan Batam kata dia berhasil merebut pasar. Namun ia menolak bila dilihat dari kemampuan tekhnis, karena filmmaker Sumatera Utara jauh lebih baik.

“Banyak filmmaker kita yang punya kemampuan, dan ini bisa dilihat dari hasil produksinya.”

Jika dibandingkan dengan Jakarta, Onny harus mengakui kemampuan filmmaker Sumatera Utara masih sangat kurang.

Hal ini dikarenakan selama ini pengalaman dan pemahaman tekhnis peralatan yang ada juga sangat kurang. Tidak ada wadah yang bisa memfasilitasi untuk memperbaiki SDM tersebut.

“Filmmaker Sumatera Utara perlu melakukan investor Gadring. Tetapi itu saja tidak cukup, harus pandai melihat pasar, agar proposal yang ditawarkan bisa menarik minat pada investor.” ujar Daniel menimpali.

Harapan besar untuk meningkatkan SDM filmmaker Sumatera Utara adalah peran pemerintah daerah. Menurut Onny, amanat UU Perfilman bahwa pemerintah daerah harus memfasilitasi kegiatan perfilman di daerah minimal 1 tahun sekali untuk film lokal.

“Dengan adanya suport dari pemerintah daerah, ini akan memunculkan gairah para filmmaker Suamtera Utara untuk meningkatkan SDM” ujar Onny.(hm02)

Penulis : Rika

Editor : Herman Maris

Related Articles

Latest Articles