15.4 C
New York
Thursday, April 25, 2024

Di Tengah Pandemi, Peminat Rempah-rempah Meningkat

Pematangsiantar, MISTAR.ID

Bisnis rempah-rempah sepertinya naik pamor di tengah pandemi Covid-19 ini. Pasalnya, banyak warga yang meyakini rempah-rempah seperti cengkeh, kapulaga, kayu secang, bunga lawang, dan kulit manis, dapat menjaga kesehatan dan stamina tubuh.

Sejak virus corona menyebar di Pematangsiantar, penjualan rempah-rempah meningkat hingga 50 % dibanding kondisi normal. Justru sebaliknya, pada jamu herbalnya dalam bentuk bungkusan yang langsung bisa dikonsumsi dengan menggunakan air panas, menurun dari hari biasanya sebelum pandemi ini berlangsung.

“Banyak orang berfikir dengan mengonsumsi rempah-rempah adalah salah satu cara untuk menjaga imunitas tubuh atau penambah daya tahan tubuh. Rempah-rempah itu mereka racik sendiri menurut keinginan masing-masing,” ucap jhon, salah satu pedagang rempah-rempah di Pasar Horas Pematangsiantar, Selasa (22/9/20).

Harga rempah-rempah juga sempat melambung tinggi harganya hingga 100%, seperti jahe merah, kapulaga India, dan jintan. Hal ini dipicu karena tidak adanya barang tersedia di tempat pemasok atau agen. Katanya, dalam hal pendistribusian mengalami beberapa hambatan selama pandemi Covid-19.

Baca Juga:Begini Caranya Mengetahui Rempah di Dapur Anda Palsu atau Asli

Salah satunya adanya lockdown yang terjadi di beberapa daerah. Tapi menurut Jhon, tingginya permintaan rempah-rempah di masa pandemi tidak sebanding dengan pendapatan yang diperoleh dari usaha tersebut. Ketika rempah-rempah banyak diminati masyarakat, harganya melambung tinggi.

Pendapatan tidak sepenuhnya pulih. Disamping itu, masih ada barang-barang lainnya yang tidak laku karena sepinya pengunjung pasar. Hal yang sama juga dirasakan Rara. Dia menyebutkan, kenaikan harga rempah-rempah tersebut sebanding dengan modal ketika membelinya pada para pemasok barang.

“Rempah-rempah ini pun masih ada yang mahal, seperti kapulaga yang biasanya 200 ribu per kilogramnya, sekarang menjadi 500 per kilogram. Belum lagi barang yang tertimbun tak laku dan cepat busuk, seperti temulawak, kunyit, jahe. Jadi sebenarnya tidak ada peningkatan pendapatan keseluruhan dimasa pandemi in,” jelasnya.

Baca Juga:Ini Cara Batasi Gula, Garam dan Lemak Selama Isolasi Diri

Ketika ditanya tentang biji dari daun kelor yang tidak terlihat di jual oleh sejumlah pedagang di pasar tersebut, dia menjawab, bahwa peminat dari biji daun kelor kurang banyak. Mungkin disebabkan harga biji kelor yang sangat tinggi. Justru daunnya yang sering dikonsumsi masyarakat.

“Daun kelor memang terkenal dengan khasiatnya, seperti kaya akan antioksidana, melindungi tubuh dari radikal bebas. Memberikan nutrisi untuk tubuh, terutama yang baru sembuh dari sakit serta menambah imun tubuh,” ujarnya.

Rara juga memaparkan komoditas rempah-rempah yang dipasok para agen didominasi dari Medan. Selain itu, ada pula yang didapatkan langsung dari petani.(yetty/hm10)

Related Articles

Latest Articles