10.4 C
New York
Saturday, April 20, 2024

Budidaya Magot dan BSF, Janjikan Penghasilan Jutaan Rupiah

Pematangsiantar, MISTAR.ID

Sampah memang kotoran yang harus dibersihkan, tak jarang aroma tidak sedapnya juga menimbulkan penyakit. Tapi tidak sedikit pula yang bisa memanfaatkannya menjadi pundi-pundi rupiah.

Salah satunya adalah budidaya magot yang beberapa tahun belakangan ini menjadi populer di kalangan para peternak. Magot dipercaya memiliki protein yang tinggi, disukai hewan ternak, dan menjanjikan hasil peliharaan yang maksimal.

Tidak heran jika magot pun menjadi primadona. Di Kota Pematangsiantar, Mistar mengunjungi salah satu budidaya magot dan BSF, tepatnya di Jalan Sisingamangaraja Kecamatan Siantar Martoba.

BSF atau Black Soldier Fly adalah lalat tentara hitam yang menghasilkan larva. Larva itulah yang kemudian dibudidayakan untuk menjadi magot. Pemilik budidaya magot ini bernama Yudha.

Baca Juga:Mahal Dan Menyehatkan, Umbi Porang Dibudidayakan Petani

Magot yang ia budidayakan ini sejatinya tidak diperjualbelikannya, melainkan untuk
pakan ternaknya sendiri. Karena, selain budidaya magot, Yudhi juga memiliki peternakan ayam, bebek dan ikan lele. Namun yang menariknya adalah, ia menjual telur si lalat tentara hitam atau BSF.

Untuk telur BSF ini, Yudha menjualnya dengan harga Rp5 ribu per satu gramnya. Sedangkan perbulannya, sedikitnya ia bisa memperoleh telur BSG sekitar 300 gram. Atau perbulannya sedikitnya ia bisa menghasilkan Rp1,5 juta.

“Saya hanya menjual telur BSF,” ujar Yudha. “Peminatnya banyak sekali, dari Perbaungan, Medan, Sergai khususnya para peternak juga,” jelas pria yang mengaku belajar sendiri untuk budidaya magot dan BSF.

Yudha mengatakan, dari 1 gram telur BSF ini bisa menghasilkan 15 kilogram magot. Sedangkan bahan-bahan yang memicu tumbuhnya magot tersebut adalah sampah-sampah yang ada di sekitar, seperti sayur-sayuran, dedak, dalaman ikan, ampas tahu
dan sampah lainnya. Untuk wadahnya sendiri, bisa dari baskom atau wadah yang dibuat khusus dari papan.

Baca Juga:Ribuan Lobster Hasil Budidaya Dilepasliarkan Di NTB

“Untuk menghasilkan magot, sebaiknya sampah-sampah yang dikumpulkan tadi sudah dihaluskan, media tersebut dicampur air secukupnya sampai jemek seperti bubur. Kemudian, telur BSF diletakkan di atasnya dengan dialasi tisyu,” beber Yudha.

Telur BSF itu sendiri harus tetap terjaga dan tidak boleh basah. Dalam waktu 14 hari, telur tadi sudah bisa menghasilkan magot. Untuk menjaga siklus bibit magot tetap ada, Yudha juga harus mengembangbiakkan BSF dari larva magot tersebut.

Tidak semua akan dijadikan magot. ada pupa hitam yang dikembangbiakkan untuk menjadi lalat hitam tersebut. “BSF betina ini satu kali bertelur akan mati, sehingga harus dijaga juga keberlangsungannya,” katanya.

Baca Juga:Budidaya Keladi, Membidik Peluang Pasar

Untuk budidaya BSF, Yudha menyiapkan wadah jaring-jaring ukuran 3×3, tinggi sekitar 2 meter di tempat peternakannya tersebut. Tidak banyak tempat yang dibutuhkan, namun ia bisa menghasilkan telur BSF kurang lebih 300 gram setiap bulannya yang siap jual. Saat ini budidaya magot sudah mulai diminati di kalangan peternak.

Magot sendiri di pasaran dijual dengan harga berkisaran Rp8 ribu per kilo. Dan saat ini, di Kota Pematangsiantar sudah mulai banyak yang berminat untuk membudidayakan magot sebagai pakan ternak seperti ikan lele, ayam dan bebek.(rika/hm10)

Related Articles

Latest Articles