8.4 C
New York
Friday, March 29, 2024

Budi Suzaldi, Sosok di Balik Sukses Gelegar Payung Nusantara Gang Tematik Siantar

Pematangsiantar, MISTAR.ID

Gelegar Payung Nusantara Gang Tematik Kota Pematangsiantar, sukses digelar. Satu per satu rangkaian acara berhasil dirampungkan untuk menginspirasi para generasi muda agar lebih kreatif dalam berkarya di bidang seni lukis.

Kesuksesannya bisa terlihat dari animo masyarakat yang mendaftar melebihi kuota. Peserta Gelagar Payung Nusantara itu terbatas, hanya untuk 100 peserta saja. Kenyataannya, peserta yang mendaftar secara online untuk bisa ikut festival melukis di atas payung berwarna putih, jumlahnya ‘meledak’ melebihi kuota.

Gelegar Payung Nusantara adalah event yang dilaksanakan melalui program Fasilitasi Bidang Kebudayaan (FBK) dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), bekerjasama dengan Komunitas Budaya Sanggar Lukis Qalam Jihad Kota Pematangsiantar.

Baca Juga: Gelegar Payung Nusantara Siantar Gelar Workshop Bertemakan Budaya Nusantara

Di balik suksesnya acara tersebut, tentu ada sosok penting menjadi inisiator yang tak boleh dilupakan. Dia adalah Budi Suzaldi (38). Ia menjadi salah satu orang yang berperan signifikan hingga terselenggaranya Gelegar Payung Nusantara di kampung Tematik, Jalan Tongkol, Gang Muhajir, Kelurahan Pardomuan, Kecamatan Siantar Timur, Kota Pematangsiantar.

“Awalnya, ide acara itu muncul ketika saya di rumah saja, sebab lagi masa pengobatan untuk penyembuhan dari penyakit yang menggerogoti tubuh saya hampir dua tahun ini,” ujar pria yang di diagnosa dokter mengidap penyakit Ankylosing Spondylitis (AS).

Sekedar untuk diketahui, penyakit AS adalah gangguan imun atau penyakit autoimun, dengan kekebalan tubuh menyerang sel dan jaringan yang sehat, sehingga menyebabkan peradangan (artritis) pada sendi tulang belakang.

Baca Juga: Gelegar Payung Nusantara Pajang Hasil Karya 100 Pelukis di Gang Tematik Siantar

Kondisi ini menyebabkan Budi harus berhenti dari pekerjaannya sebagai pegawai swasta di salah satu perusahaan group Japfa yang merupakan salah satu perusahaan terbesar dan teritegrasi dalam bidang Agri-Food di Indonesia.

Pada saat Budi ingin membuang kebosanan dari kekosongan hari-harinya, ia pun sering berhubungan dengan media sosial. Alhasil, pada Februari 2021, Budi dapat informasi bahwa Kemendikbud Ristek membuka pendaftaran bagi lembaga seni untuk membuat kegiatan yang seluruh biaya ditanggung oleh Kementerian tersebut.

“Kami pun menjajakinya. Dengan melihat petunjuk teknis (juknis) yang ditentukan kementerian untuk bisa lulus verifikasi agar bisa ikutan di program pemerintah tersebut. Ada beberapa kriteria pada saat itu, salah satunya adalah pemanfaatan ruang publik. Kriteria ini sangat cocok pada Gang Tematik,” jelas lelaki yang lahir pada 16 Maret 1983 itu.

Baca Juga: Juri Gelegar Payung Nusantara Bingung Cari Pemenang, Mayoritas Karya Seni Itu Bagus

“Gang Tematik ini sebagai gang yang sudah diresmikan Wali Kota Pematangsiantar, Hefriansyah, jangan sampai luntur, kebudayaan di sini, dan kesenian lukisan di gang ini. Lantas bagaimana caranya kita untuk menjaganya. Maka timbullah ide payung itu, dimana melukis dengan berkreasi di atas sebuah payung,” tuturnya.

Pria yang sedang mengemban pendidikan S2 Magister Hukum di Inversitas Islam Sumatera Utara (UISU) ini menerangkan, ide membuat payung sebagai bahan utama dalam acara Gelegar Payung Nusantara, tidak ada maksud lain. Tak lebih hanya untuk mengingatkan saja, bahwa ada simbol-simbol yang cukup kuat dalam sisi kebudayaan di Indonesia.

Seperti, pada umat muslim, ketika meninggal dunia, jenazah dipayungi saat penguburan. Begitu pula, ketika menikah, kedua mempelai dipayungi. Di salah satu rumah ibadah juga seperti di Bali, ada payung. Hal ini jarang atau tidak ada ditemukan di negara-negara lainnya.

Baca Juga: Gelegar Payung Nusantara di Gang Tematik Curi Perhatian Wali Kota Siantar

Maka dari itu, lanjut Budi, ia mengajak Komunitas Budaya Sanggar Lukis Qalam Jihad Kota Pematangsiantar untuk mengangkat simbolis payung itu dengan dinaikkan kelasnya. Bagaimana agar payung itu memiliki tempat yang lebih baik.

“Payung itu bukan hanya bisa menyimpulkan satu hal, tapi bisa menyimpulkan banyak hal. Ketika payung tersebut diberikan sentuhan kebudayaan, mulai dari corak, perilaku, atau lukisan-lukisan lain, maka akan menimbulkan hal jauh yang lebih bermakna ketimbang payung itu sendiri. Karena payung itu sendiri sebenarnya sudah sangat jelas manfaatnya,” paparnya.

Rencana awalnya, sambung Budi, kegiatan tersebut ingin dilaksanakan secara luring atau bisa secara langsung mengumpulkan ratusan para pelukis di Kota Pematangsiantar.

Namun, dikarenakan masih suasana pandemi Covid-19 dan pada saat itu, kota Pematangsiantar diberlakukan penerapan PPKM Level IV. Sehingga segalanya harus mengutamakan protokol kesehatan dengan ketat. Kegiatan pun dilakukan secara online.

Rencana awal tersebut kembali diubah. Hal itulah maka pelaksanaannya ujar Budi dilakukan secara online. Maka kalimat “Gang Tematik” itu sedikit mengecil perannya.

“Jadi Kementerian itu hanya melihat apa ide keseniannya. Alhasil, kamipun kolaborasi dengan beberapa seniman lokal,” katanya.

Budi bersama Komunitas Budaya Sanggar Lukis Qalam Jihad Kota Pematangsiantar berkolaborasi untuk mengubah konsep agar kegiatan tersebut bisa berjalan dengan baik,” Kegiatan ini bisa dibilang sebagai “Cahaya”.

Seperti cahaya kebudayaan dari seluruh suku di Pematangsiantar. “Karena hal itulah maka di dalam kegiatan ini, ada bidang seni lain seperti menyanyi dan menari,” tutur pria ramah dan murah senyum itu.

Meski hanya bisa bertahan duduk selama 3 jam saja dalam sehari-harinya, serta merasakan sakit yang luar biasa pada penyakit yang dideritanya, Budi terus menghadirkan beragam ide kreatif dan inovatif untuk acara Gelegar Payung Nusantara. Ia-pun berharap, kegiatan ini akan membantu pekerja seni budaya yang terdampak secara ekonomi akibat pandemi Covid-19.(yetty/hm02)

 

 

Related Articles

Latest Articles