7.8 C
New York
Friday, April 19, 2024

Lonjakan Pesat Layanan Streaming dari 5 Tahun Lalu, Begini Jejak Kehadirannya

Jakarta, MISTAR.ID

Lima tahun lalu, jumlah penyedia layanan streaming di Indonesia bisa dihitung dengan jari. Tapi kini, layanannya jauh berbeda setelah lebih dari satu dekade internet nyata hadir di Nusantara pada awal milenium.

Kala itu, masyarakat Indonesia kebanyakan mengenal streaming melalui YouTube yang telah diakuisisi Google sejak 2006 dan menjalar ke berbagai belahan dunia seiring dengan penggunaan mesin pencari yang melonjak.

Sedangkan di Amerika Serikat, industri streaming sudah berjalan lebih dari satu dekade. Tercatat, layanan streaming komersil pertama tercipta pada 1992 dengan nama StarWorks. Netflix, yang kini dikenal sebagai salah satu layanan streaming raksasa yang menguasai pasar, sudah berdiri sejak 1997 meski baru mulai menjajal dunia internet pada 2007.

Baca Juga: China dengan Pengujian Teknologi Kecepatan Super Jaringan 6G

Hingga 2010, sudah ada sejumlah layanan yang menyediakan streaming di Amerika Serikat, sebut saja Netflix, hulu, dan YouTube. Berkat layanan streaming ini, film yang semula hanya bisa ditonton di bioskop dan sudah berlalu bertahun-tahun bisa kembali disimak melalui layanan streaming via internet.

Bukan hanya itu, Netflix bahkan mulai memproduksi konten orisinal sendiri yang ditandai dengan serial House of Cards dan dirilis pada 2013. Serial ini pun menjadi perbincangan dan favorit banyak orang, serta memenangkan ajang penghargaan seperti Emmy Awards dan Golden Globes sejak musim awal mereka.

Sementara di belahan Bumi yang lain pada masa yang sama, masyarakat Indonesia masih kerap mencari atau mengoleksi DVD atau VCD bila ingin menyaksikan kembali film atau serial yang pernah ditonton. DVD atau VCD itu pun tersedia dalam bentuk orisinal di toko CD ataupun bajakan yang bisa ditemukan mulai dari pinggiran pasar hingga mal besar.

Baca Juga: Jokowi Ingatkan Risiko Keuangan Digital

Pada awal dekade 2010-an ini, internet sudah sebagian besar tersedia di telepon genggam masyarakat Indonesia meski mayoritas dalam jaringan 2G dan 3G.

Sementara itu, Netflix juga mulai menginvasi negara lain di luar Amerika Serikat seiring dengan semakin banyak negara yang mengembangkan jaringan seluler mereka ke tingkat 4G. Indonesia tercatat sudah mulai menggunakan teknologi 4G pada 2010, namun baru secara luas digunakan oleh masyarakat Indonesia sekitar 2015.

Seiring dengan semakin meluas penggunaan jaringan 4G di Indonesia, tahun 2016 merupakan titik awal kehadiran layanan streaming di bumi Nusantara.

Baca Juga: Ini Dia Beda TV Analog dan TV Digital

Pada Januari 2016, Netflix pun resmi menginjakkan kaki di Indonesia bersamaan dengan 129 negara lainnya. Hanya satu negara yang kala itu belum bisa diinvasi oleh Netflix, yaitu China. Netflix menawarkan paket di Indonesia kala itu sebesar Rp109-169 ribu per bulan, dengan promosi satu bulan pertama dimungkinkan untuk gratis.

“Hari ini kita berada di hampir setiap negara, kecuali China. Orang bersedia membayar harga yang setimpal daripada harus melakukan pembajakan,” tutur Pendiri dan Co-CEO Netflix Reed Hastings dalam pameran teknologi Consumer Electronics Show di Las Vegas, Amerika Serikat, 6 Januari 2016.

Jejak Netflix ke Indonesia diikuti oleh layanan streaming lainnya seperti layanan musik streaming Spotify asal Swedia pada Maret 2016. Lalu layanan streaming Iflix dan Hooq ikutan ke Indonesia pada April 2016 setelah sebelumnya beroperasi di sejumlah negara di Asia.

Hooq sendiri sejatinya adalah layanan streaming pertama di Asia yang didirikan pada Januari 2015 oleh Singtel, Sony Pictures Television, dan Warner Bros. Meski pada akhirnya, Hooq menyatakan diri bangkrut pada April 2020.

Jejak itu diikuti oleh Viu pada Mei, dan Prime Videos yang telah ada di Amerika Serikat sejak 2006 ikut masuk pada Desember 2016.

Sebagian masyarakat Indonesia pun menyambut baik kedatangan berbagai layanan streaming yang menyediakan konten baik orisinal maupun yang pernah tayang di bioskop atau televisi sebelumnya itu. Berbondong-bondong masyarakat yang jenuh akan konten di televisi lokal dan bosan mencari film bajakan di tukang penjual CD, merogoh kocek mereka lebih dalam demi tontonan sesuai selera.

Meskipun kala itu, Netflix tak disambut cukup hangat oleh operator telekomunikasi terbesar di Indonesia, Telkomsel dan Telkom Group. Telkom yang juga menaungi Telkomsel baru mengizinkan pengguna mereka mengakses Netflix pada Juli 2020.

“Telkom mengapresiasi perubahan pendekatan yang dilakukan Netflix untuk pasar Indonesia dan karenanya memberi kesempatan pada pelanggan TelkomGroup untuk dapat mengakses beragam konten hiburan,” jelas Vice President Corporate Communication Telkom, Arif Prabowo dalam keterangan resmi, 7 Juli 2020.

Di tengah para raksasa streaming dunia mulai masuk ke ponsel dan gawai masyarakat Indonesia, sejumlah layanan streaming lokal pun ikut muncul dan berusaha menarik pasar domestik.

Sebut saja MAXstream yang masih di bawah naungan Telkomsel. Layanan ini muncul pada 2018 bersamaan dengan Piala Dunia 2018 yang diadakan di Rusia. Kemudian disusul dengan layanan streaming lainnya seperti GoPlay pada 2019, lalu Klik Film, hingga Bioskop Online.

Para pemain lokal ini pun hadir dengan keunikan masing-masing, seperti MAXstream yang menargetkan pasar utama dengan kehadiran seleb terkenal, Klik Film yang memiliki film-film lawas dan remaja, GoPlay dengan konten adaptasi Korea dan Amerika, serta Bioskop Online yang mengincar pasar sidestream serta festival.

Kini, masyarakat pengguna gawai di Indonesia memiliki beragam pilihan untuk menyaksikan konten film atau drama favorit mereka dari berbagai layanan streaming legal. Meskipun, streaming ilegal sebagai evolusi dari CD bajakan tetap menghantui dunia perfilman Indonesia.(CNN/hm02)

 

Related Articles

Latest Articles