14.5 C
New York
Tuesday, April 16, 2024

Fenomena Langka Blue Moon akan Terlihat Malam Ini

Jakarta, MISTAR.ID

Bulan biru atau Blue Moon akan terjadi pada Minggu (22/8/21) malam. Fenomena langka ini bisa disaksikan dari Indonesia sekitar pukul 19.01 WIB.
Peneliti Pusat Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Pussainsa LAPAN), Andi Pangerang mengungkapkan ada dua definisi terkait Blue Moon neliti

Pertama, Bulan Biru Musiman (Seasonal Blue Moon), yaitu Bulan Purnama ketiga dari salah satu musim astronomis yang di dalamnya terjadi empat kali Bulan Purnama.

Kedua, adalah Bulan Biru bulanan (Monthly Blue Moon), yakni Bulan Purnama kedua dari salah satu bulan di dalam kalender Masehi yang di dalamnya terjadi dua kali Bulan Purnama.

Baca juga: Fenomena Bulan Purnama Salju, Astologi: Zodiak Virgo untuk Penyembuhan

Purnama yang akan terjadi pada Minggu mendatang merupakan Bulan Biru Musiman, istilah Bulan biru dikutip dari salinan Almanak Petani Maine di Amerika Serikat edisi 1937 yang sekarang sudah tidak berfungsi.

Berdasarkan keterangan di laman resmi LAPAN, purnama tersebut dinamakan sebagai Purnama Sturgeon dikarenakan pada bulan Agustus, ikan Sturgeon (ikan penghasil kaviar) muncul ke permukaan danau sehingga mudah ditangkap.

Purnama ini juga memiliki nama lain: Purnama Jagung Hijau (Green Corn Moon), Purnama Ceri Hitam (Black Cherry Moon) dan Purnama Terbang Tinggi (Flying Up Moon).

Fenomena Bulan Biru pernah terjadi pada 19 Mei 2019 dan 22 Mei 2016, dan memang fenomena ini terjadi tiga tahun sekali, ia juga akan terjadi kembali pada 20 Agustus 2024 dan 20 Mei 2027 mengutip LAPAN. Berikut fakta-fakta Blue Moon.

Baca juga: Ini Cara Melihat Fenomena Hujan Meteor Quadrantid

Bulan tidak menjadi biru
Fenomena alam yang akan terjadi pada hari minggu nanti tidak akan memperlihatkan Bulan yang memancarkan sinar berwarna kebiruan. Dilansir dari Space, di masa lalu, ada keadaan atmosfer yang sangat tidak biasa, menyebabkan bulan dan matahari tampak kebiruan.

Hal itu disebabkan oleh aerosol antropogenik yang disuntikkan ke atmosfer seperti abu dan debu vulkanik setelah letusan gunung Krakatau pada Agustus 1883, atau asap akibat kebakaran hutan di Kanada bagian barat pada September 1950.

Karena hal tersebut, penutur cerita rakyat berkebangsaan Kanada, Philip Hiscock, mengusulkan bahwa penyebutan “Bulan Biru” bermakna bahwa ada hal yang ganjil dan tidak akan pernah terjadi.

Kali ini tidak ada hal seperti demikian, jadi purnama yang akan disaksikan pada akhir pekan ini akan terlihat seperti biasanya. (cnn/hm06)

Related Articles

Latest Articles