13.9 C
New York
Saturday, April 20, 2024

Fenomena Aphelion, Benarkah Sebabkan Suhu Dingin di Indonesia?

Jakarta, MISTAR.ID

Fenomena Aphelion seketika menjadi heboh sejak menjadi viral di dunia maya. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meluruskan informasi soal fenomena Aphelion tahun ini yang disebut menyebabkan suhu dingin di sejumlah wilayah di Indonesia.

Menurut BMKG, suhu dingin di Indonesia pada 2022 tidak ada kaitannya dengan fenomena alam Aphelion 2022.

Pelaksana Tugas Deputi Klimatologi BMKG Urip Haryoko dalam keterangan tertulis menjelaskan Aphelion merupakan fenomena astronomis yang terjadi setiap tahun, kala posisi Matahari berada di titik paling jauh dengan Bumi.

Baca juga:1 Januari, China Efektif Berlakukan Perdagangan Bebas RCEP

Fenomena tersebut terjadi sekitar Juli setiap tahun, termasuk juga ketika terjadi Perihelion atau periode Bumi letaknya lebih dekat dengan Matahari.

“Aphelion tidak berpengaruh signifikan terhadap suhu di Bumi. Hal itu termasuk pada periode Bumi letaknya lebih dekat dengan Matahari (Perihelion),” ujar Urip.

Saat terjadi Aphelion, posisi Matahari memang berada pada titik jarak terjauh dari Bumi. Namun, kondisi tersebut tidak lantas berpengaruh banyak pada fenomena atmosfer Bumi. Praktis tidak secara signifikan mempengaruhi suhu Bumi.

“Dengan begitu, cuaca dingin dalam beberapa hari terakhir bukan karena Aphelion, tetapi karena faktor-faktor lain di luar sebab Bumi berada di jarak terjauh dari Matahari,” ucap Urip.

Di periode yang sama, secara umum wilayah Indonesia masuk fase musim hujan dengan masa puncak terjadi pada Februari 2022.

Baca juga:Fenomena Alam ‘Hari Tanpa Bayangan’ akan Terjadi di Sumut

Hal ini menyebabkan seolah Aphelion memiliki dampak yang ekstrem terhadap penurunan suhu di Indonesia. Padahal faktanya, penurunan suhu di masa pergantian tahun banyak disebabkan faktor di luar itu.

BMKG menegaskan agar masyarakat tidak termakan hoaks fenomena Aphelion penyebab suhu dingin di Bumi yang telah viral di media sosial.

BMKG sempat menjelaskan ada dua penyebab suhu dingin di Indonesia. Berikut rangkumannya.

1. Australia sedang musim dingin
Pasalnya, pada bulan Juli, wilayah Australia berada dalam periode musim dingin. Berlawanan dengan kawasan utara Bumi yang sedang mengalami musim panas lantaran Matahari sedang melakukan gerak semu tahunan ke utara.

Karena mengalami musim dingin, maka sifat dari massa udara yang berada di Australia ini dingin dan kering. Selain itu, angin ini juga melewati perairan Samudera Indonesia yang memiliki suhu permukaan laut juga relatif lebih dingin saat berhembus ke arah Indonesia.

Akibatnya, suhu di beberapa wilayah di Indonesia terutama bagian selatan khatulistiwa (Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara) terasa juga lebih dingin.

2. Curah hujan berkurang
Secara fisis, uap air dan air merupakan zat yang cukup efektif dalam menyimpan energi panas. Selain itu, adanya tutupan awan juga mampu meningkatkan suhu atmosfer yang ada di bawahnya agar udara tetap hangat.

Tetapi, karena curah hujan dan tutupan awan berkurang selama musim kemarau di Pulau Jawa, Bali, NTB, dan NTT, maka membuat berkurangnya kandungan uap air di atmosfer dan tutupan awan.

Baca juga:Mengenal Fenomena Aphelion, Disebut Bawa Suhu Dingin

Akibatnya, radiasi yang dilepaskan oleh bumi ke luar angkasa pada malam hari tidak tersimpan di atmosfer dan energi yang digunakan untuk meningkatkan suhu atmosfer di atmosfer lapisan dekat permukaan bumi tidak signifikan.

Selain itu kandungan air di dalam tanah menipis dan uap air di udara pun sangat sedikit jumlahnya yang dibuktikan dengan rendahnya kelembaban udara.

Hal inilah yang menyebabkan suhu udara di Indonesia saat malam hari di musim kemarau relatif lebih rendah dibandingkan saat musim hujan atau peralihan.

Peneliti Cuaca dan Iklim BMKG, Siswanto mengatakan fenomena alam ini yang kemudian membuat udara terasa lebih dingin terutama pada malam hari. Kondisi lebih dingin pada periode puncak musim kemarau ini oleh orang Jawa diistilahkan “bediding”, umumnya berlangsung dari Juli hingga September. (cnn/hm06)

Related Articles

Latest Articles